Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Megawati Bantah PDI-P Tak Konsisten soal Wacana Kenaikan Harga BBM

Kompas.com - 30/08/2014, 05:41 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri buka suara soal polemik wacana kenaikan bahan bakar minyak bersubsidi. Selain menolak partainya disebut sebagai oposisi, dia juga membantah PDI-P tak konsisten bila mendukung wacana kenaikan harga tersebut.

"Jangan kami dibilang tidak konsisten, bukan begitu," tepis Megawati di Posko Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-JK di Jalan Sisingamangaraja, Jakarta, Jumat (29/8/2014). Kalau beban subsidi BBM memang masih bisa ditanggung, dia mengatakan, maka tidak perlu ada kenaikan harga BBM.

Menurut Megawati, antrean warga untuk mendapatkan BBM subsidi ditambah pembatasan pasokan BBM  bersubsidi pada beberapa hari terakhir telah membuat kekacauan di masyarakat. Pada saat bersamaan, ada fakta bahwa terjadi defisit anggaran dan pendapatan belanja negara (APBN).

"Ini yang harus diketahui, (harus dicari) bagaimana mencari pemasukannya. Bagaimana?" kata Megawati. "Realitasnya bagaimana, kenyataannya (bagaimana). (Rencana kenaikan harga) ini bukan hal sembarangan. Kami berhitung terus. Kalau bisa, (kenaikan harga) ditahan dan didiskusikan," tekan dia.

Sebagai pengampu pemerintahan mendatang, Megawati berujar, presiden terpilih Joko Widodo juga sudah bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, termasuk membahas masalah rencana kenaikan harga BBM ini. Dia balik mempertanyakan kebijakan Presiden SBY yang menjalankan pemerintahan selama 10 tahun terakhir.

Bukan oposisi

Selama 10 tahun berada di luar pemerintahan, Megawati melanjutkan, PDI-P bukan berarti mengambil sikap oposisi. "Kalian mesti tahu konstitusi. Tidak ada oposisi (di Indonesia). Kami berada di luar kabinet. Kami bersikap, tidak pernah oposisi," papar dia.

Sebagai bukti bahwa partainya hanya mengambil posisi politik berada di luar kabinet, Megawati menyebutkan kehadiran calon yang diusung PDI-P dalam beragam pemilu kepala daerah, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten kota.

Menyusul munculnya wacana kenaikan harga BBM bersubsidi, PDI-P terkena getah karena dianggap tak konsisten dengan penolakannya atas rencana serupa selama 10 tahun terakhir.

Wacana kenaikan harga BBM kali ini muncul setelah kuota BBM bersubsidi sesuai alokasi subsidi dalam APBN-P 2014 diperkirakan tak akan cukup hingga akhir tahun.

Kenaikan harga merupakan salah satu opsi yang tersedia untuk masalah ini agar beban subsidi di APBN tidak bertambah lagi. Pilihan lain adalah mengurangi konsumsi BBM bersubsidi, atau mendongkrak pendapatan negara sehingga lonjakan subsidi bisa tertutupi.

Dalam kesempatan yang sama, Jokowi mengatakan bahwa ia hingga saat ini belum dapat memutuskan pilihan kebijakan terkait BBM dan subsidi. "Semua harus dievaluasi secara ekonomi dan politik," kata dia.

(Ferdinand Waskita/Johnson Simanjuntak)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemerintah Bakal Bentuk Satgas Pemberantasan Judi 'Online' Pekan Depan

Pemerintah Bakal Bentuk Satgas Pemberantasan Judi "Online" Pekan Depan

Nasional
Ketua KPU Diadukan Lagi ke DKPP, Diduga Goda Anggota PPLN

Ketua KPU Diadukan Lagi ke DKPP, Diduga Goda Anggota PPLN

Nasional
KPK Duga Anggota DPR Ihsan Yunus Terlibat Pengadaan APD Covid-19

KPK Duga Anggota DPR Ihsan Yunus Terlibat Pengadaan APD Covid-19

Nasional
Projo Sebut Kemungkinan Prabowo Jadi Jembatan untuk Pertemuan Jokowi-Megawati

Projo Sebut Kemungkinan Prabowo Jadi Jembatan untuk Pertemuan Jokowi-Megawati

Nasional
Pakar Sebut Hakim MK Mesti Pertimbangkan Amicus Curiae Meski Bukan Alat Bukti

Pakar Sebut Hakim MK Mesti Pertimbangkan Amicus Curiae Meski Bukan Alat Bukti

Nasional
Bareskrim: 2 Oknum Karyawan Lion Air Akui Selundupkan Narkoba 6 Kali, Diupah Rp 10 Juta Per 1 Kg

Bareskrim: 2 Oknum Karyawan Lion Air Akui Selundupkan Narkoba 6 Kali, Diupah Rp 10 Juta Per 1 Kg

Nasional
Sekjen PDI-P: Otto Hasibuan Mungkin Lupa Pernah Meminta Megawati Hadir di Sidang MK

Sekjen PDI-P: Otto Hasibuan Mungkin Lupa Pernah Meminta Megawati Hadir di Sidang MK

Nasional
Peduli Kesejahteraan Masyarakat, PT Bukit Asam Salurkan Bantuan Rp 1 Miliar ke Masjid hingga Panti Asuhan di Lampung

Peduli Kesejahteraan Masyarakat, PT Bukit Asam Salurkan Bantuan Rp 1 Miliar ke Masjid hingga Panti Asuhan di Lampung

Nasional
Di Universität Hamburg Jerman, Risma Ceritakan Kepemimpinannya Sebagai Walkot dan Mensos

Di Universität Hamburg Jerman, Risma Ceritakan Kepemimpinannya Sebagai Walkot dan Mensos

Nasional
Kubu Prabowo Anggap 'Amicus Curiae' Sengketa Pilpres sebagai Bentuk Intervensi kepada MK

Kubu Prabowo Anggap "Amicus Curiae" Sengketa Pilpres sebagai Bentuk Intervensi kepada MK

Nasional
Sidang Kasus Dana PEN, Eks Bupati Muna Dituntut 3 Tahun 5 Bulan Penjara

Sidang Kasus Dana PEN, Eks Bupati Muna Dituntut 3 Tahun 5 Bulan Penjara

Nasional
Ajukan 'Amicus Curiae', Arief Poyuono Harap MK Tolak Sengketa Pilpres

Ajukan "Amicus Curiae", Arief Poyuono Harap MK Tolak Sengketa Pilpres

Nasional
Optimistis Pertemuan Prabowo-Megawati Berlangsung, Gerindra Komunikasi Intens dengan PDI-P

Optimistis Pertemuan Prabowo-Megawati Berlangsung, Gerindra Komunikasi Intens dengan PDI-P

Nasional
Dibantu Tony Blair Institute, Indonesia Percepat Transformasi Layanan Digital Pemerintah

Dibantu Tony Blair Institute, Indonesia Percepat Transformasi Layanan Digital Pemerintah

Nasional
Senat Mahasiswa Driyarkara Ajukan 'Amicus Curiae', Minta MK Kabulkan Sengketa Pilpres 2024

Senat Mahasiswa Driyarkara Ajukan "Amicus Curiae", Minta MK Kabulkan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com