Pengamat politik dari Universitas Padjajaran Bandung, Muradi, mengatakan, pengerahan massa juga menunjukkan ketiaksiapan menerima kekalahan dalam sebuah kompetisi.
“Saya termasuk yang menyetujui pilpres ini kegembiraan politik. Tidak bisa dipaksa menang dan dan dipaksa kalah. Nah, dalam konteks itu, pengerahan massa pada saat penetapan justru menunjukkan adanya ketidaksiapan menerima apa yang menjadi pilihan rakyat,” kata Muradi, Jumat (18/7/2014).
Menurut Muradi, argumentasi bahwa pengerahan massa dilakukukan untuk pengamanan hanyalah pembenaran atas sikap ketidakdewasaan dalam berpolitik. Sebab, urusan keamanan sudah menjadi tanggung jawab aparat TNI dan kepolisian.
Jadi, kata dia, rencana pengerahan massa tersebut lebih terlihat sebagai sikap politik intimidatif akibat ketidaksiapan menerima kekalahan.
“Itu artinya, sikap siap kalah sebagaimana diungkapkan saat penandatanganan 'deklarasi damai siap kalah siap menang' hanya sebatas verbal saja, tidak implementatif, ujarnya.
Sebelumnya, anggota Dewan Penasihat Tim Pemenangan Prabowo-Hatta, Yunus Yosfiah, mengatakan, pihaknya akan mengerahkan ribuan relawan untuk menjaga KPU pada 22 Juli. Namun menurut dia, pengerahan relawan itu bukan bertujuan untuk menimbulkan kerusuhan, melainkan menjaga suasana damai.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.