Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anas Minta KPK Periksa SBY dan Ibas sebagai Saksi Meringankan

Kompas.com - 11/04/2014, 19:53 WIB
Icha Rastika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum melalui pengacaranya, Firman Wijaya meminta Komisi Pemberantasan Korupsi untuk memanggil Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) sebagai saksi meringankan baginya.

Menurut Firman, SBY perlu diperiksa KPK karena dianggapnya mengetahui soal pemberian uang Rp 250 juta yang digunakan sebagai uang muka pembelian mobil Toyot Harrier. Mobil ini diduga sebagai salah satu bentuk hadiah atau gratifikasi yang diterima Anas terkait proyek Hambalang dan proyek lainnya.

Sementara Ibas, menurut Firman, mengetahui soal pelaksanaan Kongres Partai Demokrat di Bandung karena ketika kongres itu berlangsung sekitar 2010, Ibas menjadi steering committee.

"Karena itu kami meminta kepada penyidik KPK untuk dihadirkan Pak SBY dan Pak Edhie Baskoro sebagai saksi yang meringankan yang bisa menjelaskan ini," kata Firman di Gedung KPK, Kuningan, Jakarta, Jumat (11/4/2014), seusai mendampingi Anas diperiksa sebagai tersangka Hambalang.

Selain itu, menurut Firman, SBY adalah pihak yang mendorong agar Anas memenangkan Kongres Partai Demokrat 2010. Sebelum pelaksanaan Kongres, kata Firman, Anas mengikuti pertemuan dengan SBY di Wisma Negara. Hadir pula dalam pertemuan itu, Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi. Menurut Firman, dalam pertemuan di Wisma Negara tersebut SBY menekankan kepada Anas agar menghadang Marzuki Alie yang juga maju sebagai calon ketua umum ketika itu.

"Di situ ada disampaikan kepada Mas Anas bahwa apa jadinya Partai Demokrat kalau dipimpin Marzuki Alie, itu yang ditekankan terus Pak SBY kepada Mas Anas," katanya.

Firman menambahkan, pertemuan di Wisma Negara ini merupakan pertemuan penting yang mendahului pelaksanaan Kongres Partai Demokrat 2010. Dia membantah kalau Anas menggunakan uang korupsi untuk membiayai pemenangannya dalam Kongres.

"Kalau Mas Anas sudah menjelaskan bahwa dia hanya punya tim relawan yang tidak pernah menargetkan proses pembiayaan, tapi sesungguhnya menyangkut proses pelaksanaan Kongres, Pak SBY dan Mas Ibas tahu persis, apalagi ada pertemuan di Wisma Negara," sambungnya.

Sementara itu, seusai diperiksa KPK, Anas menilai tim penyidik seharusnya memeriksa Ibas untuk mengonfirmasi soal penerimaan uang 200.000 dollar AS.

Sebelumnya, Firman menyebut Ibas menerima 200.000 dollar AS. Namun dia tidak menjelaskan lebih jauh latar belakang pemberian uang tersebut. Terkait tudingan pihak Anas ini, tim pengacara SBY dan keluarga telah membantahnya.

Anggota tim pengacara SBY dan keluarga, Palmer Situmorang, menyayangkan cara-cara tim kuasa hukum Anas yang dinilainya mengedepankan upaya publikasi daripada pendekatan hukum.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sekjen PDI-P Ungkap Bupati Banyuwangi Diintimidasi, Diperiksa Polisi 6 Jam

Sekjen PDI-P Ungkap Bupati Banyuwangi Diintimidasi, Diperiksa Polisi 6 Jam

Nasional
Menteri ESDM Jelaskan Dampak Konflik Iran-Israel ke Harga BBM, Bisa Naik Luar Biasa

Menteri ESDM Jelaskan Dampak Konflik Iran-Israel ke Harga BBM, Bisa Naik Luar Biasa

Nasional
Jawab PAN, Mardiono Bilang PPP Sudah Akui Kemenangan Prabowo-Gibran

Jawab PAN, Mardiono Bilang PPP Sudah Akui Kemenangan Prabowo-Gibran

Nasional
Kubu Anies-Muhaimin: Ada Fakta Tak Terbantahkan Terjadi Nepotisme Gunakan Lembaga Kepresidenan

Kubu Anies-Muhaimin: Ada Fakta Tak Terbantahkan Terjadi Nepotisme Gunakan Lembaga Kepresidenan

Nasional
Tim Hukum Anies-Muhaimin Sampaikan 7 Fakta Kecurangan Pilpres di Dalam Dokumen Kesimpulan

Tim Hukum Anies-Muhaimin Sampaikan 7 Fakta Kecurangan Pilpres di Dalam Dokumen Kesimpulan

Nasional
Pasca-serangan Iran ke Israel, Kemenlu Terus Pantau WNI di Timur Tengah

Pasca-serangan Iran ke Israel, Kemenlu Terus Pantau WNI di Timur Tengah

Nasional
Temui Megawati, Ganjar Mengaku Sempat Ditanya karena Tak Hadiri 'Open House' di Teuku Umar

Temui Megawati, Ganjar Mengaku Sempat Ditanya karena Tak Hadiri "Open House" di Teuku Umar

Nasional
Kubu Prabowo-Gibran Kritik Megawati Ajukan 'Amicus Curiae' ke MK

Kubu Prabowo-Gibran Kritik Megawati Ajukan "Amicus Curiae" ke MK

Nasional
Soal Gibran Ingin Bertemu, Ganjar: Pintu Saya Tidak Pernah Tertutup

Soal Gibran Ingin Bertemu, Ganjar: Pintu Saya Tidak Pernah Tertutup

Nasional
Telepon Wamenlu AS Pasca-serangan Iran ke Israel, Menlu Retno: Anda Punya Pengaruh Besar

Telepon Wamenlu AS Pasca-serangan Iran ke Israel, Menlu Retno: Anda Punya Pengaruh Besar

Nasional
Bakal Hadiri Putusan Sengketa Pilpres, Ganjar Berharap MK Tak Buat 'April Mop'

Bakal Hadiri Putusan Sengketa Pilpres, Ganjar Berharap MK Tak Buat "April Mop"

Nasional
Serahkan Kesimpulan ke MK, Kubu Anies-Muhaimin Yakin Permohonan Dikabulkan

Serahkan Kesimpulan ke MK, Kubu Anies-Muhaimin Yakin Permohonan Dikabulkan

Nasional
Soal 'Amicus Curiae' Megawati, Ganjar: Momentum agar MK Tak Buat 'April Mop'

Soal "Amicus Curiae" Megawati, Ganjar: Momentum agar MK Tak Buat "April Mop"

Nasional
Ke Teuku Umar, Ganjar Jelaskan Alasannya Baru Silaturahmi dengan Megawati

Ke Teuku Umar, Ganjar Jelaskan Alasannya Baru Silaturahmi dengan Megawati

Nasional
Ganjar Tak Persoalkan Kehadiran Mardiono di Acara Halalbihalal Golkar

Ganjar Tak Persoalkan Kehadiran Mardiono di Acara Halalbihalal Golkar

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com