Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dino Prihatin Kasus Malaysia Airlines

Kompas.com - 11/03/2014, 07:49 WIB
Indra Akuntono

Penulis


AMBON, KOMPAS.com - Peserta Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat Dino Patti Djalal menyatakan prihatin atas hilangnya pesawat Malaysia Airlines MH370. Mantan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat itu berharap pesawat segera ditemukan. Ia juga mengatakan, proses pencariannya dapat menjadi momentum mempererat hubungan Indonesia dengan Malaysia.

"Saya prihatin, dan ini momentum Indonesia-Malaysia menyatukan nasib. Ini suatu tragedi yang apa pun namanya pencarian korban harus dilakukan," kata Dino, saat dijumpai di Kota Ambon, Selasa (11/3/2014).

Dino mengungkapkan, peristiwa ini merupakan tragedi multinasional. Penyelidikan, katanya, harus dilakukan dengan cermat untuk mencari tahu penyebab non teknis hilangnya pesawat tersebut.

"Karena katanya bukan karena kerusakan pesawat, kalau benar terjadi, ini merupakan pukulan berat," ujarnya.

Dengan ada peristiwa ini, menurutnya, juga peringatan pada seluruh negara agar pengamanan di bandar udara harus lebih teliti dan sesuai standar internasional untuk mencegah adanya penumpang yang menggunakan paspor palsu.

Dalam upaya mencari pesawat Malaysia Airlines, sejumlah negara ikut melakukan pencarian di Laut China Selatan, lokasi terakhir terdeteksinya pesawat tersebut. Pemerintah China mengerahkan dua kapal perang Angkatan Laut-nya beserta kapal patroli untuk melakukan pencarian. Hal serupa juga dilakukan oleh Singapura dan Vietnam.

Militer Malaysia sudah menyampaikan permintaan bantuan kepada militer Indonesia untuk membantu pencarian. Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengatakan telah mengirimkan tim untuk ikut melakukan pencarian. TNI AL memberangkatkan lima kapal perang RRI dan satu pesawat intai maritim untuk melakukan pencarian.

Pesawat Malaysia Airlines nomor penerbangan MH370 bertolak dari Kuala Lumpur pada Sabtu pukul 00.41 dan hilang kontak pada pukul 02.40. Seharusnya, pesawat mendarat di Beijing pukul 06.30 waktu setempat, Sabtu (8/3/2014).

Data termutakhir menunjukkan bahwa pesawat jenis Boeing 777-200 itu membawa 239 penumpang. Dari jumlah tersebut, 153 penumpang adalah warga negara China. Ada pula 38 penumpang warga negara Malaysia dan 7 warga negara Indonesia. Upaya pencarian terus dilakukan dengan bantuan lintas negara mulai dari Vietnam, Indonesia, dan China.

Hingga kini, belum diketahui penyebab hilangnya kontak pesawat Malaysia Airlines itu. Maskapai penerbangan masih menelusuri sejumlah nama penumpang yang ternyata diketahui membawa paspor palsu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Nasional
Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Nasional
Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Nasional
Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nasional
JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

Nasional
Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Nasional
Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Nasional
DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

Nasional
Komisi II Sebut 'Presidential Threshold' Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Komisi II Sebut "Presidential Threshold" Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Nasional
Prabowo Nyanyi 'Pertemuan' di Depan Titiek Soeharto: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Prabowo Nyanyi "Pertemuan" di Depan Titiek Soeharto: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Nasional
Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Nasional
Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Nasional
Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

Nasional
Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, PPP: Tak Ada Lagi Koalisi 01 dan 03

Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, PPP: Tak Ada Lagi Koalisi 01 dan 03

Nasional
CSIS: Pemilu 2024 Hasilkan Anggota DPR Muda Paling Minim Sepanjang Sejarah sejak 1999

CSIS: Pemilu 2024 Hasilkan Anggota DPR Muda Paling Minim Sepanjang Sejarah sejak 1999

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com