JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Ibu Negara Ani Yudhoyono dinilai gagal dalam menggunakan media sosial, terutama dalam berkomunikasi dengan rakyat.
“Tahun 2013, Presiden membuka akun Twitter. Pertanyaannya, apakah ini sudah dimanfaatkan rakyat untuk berkomunikasi langsung dengan kepala negaranya? Lalu, apakah Presiden juga merespons dengan baik?” kata aktivis Public Virtue Institute (PVI) John Muhammad saat jumpa pers di kantor Change.org di Jakarta, Selasa (7/1/2014).
Seperti diketahui, Presiden SBY memiliki akun Twitter dengan nama @SBYudhoyono, Facebook Fan Page Susilo Bambang Yudhoyono, dan akun di YouTube. Adapun Ani lebih dikenal melalui akun Instagram @aniyudhoyono.
Jhon mengatakan, rakyat sudah cukup baik dalam menyampaikan aspirasi kepada Presiden melalui media sosial. Namun, SBY dianggapnya tidak mampu merespons aspirasi itu dengan baik. Presiden sangat jarang merespons apa yang diinginkan masyarakat secara langsung. Bahasa politik yang digunakan SBY juga dinilai tinggi sehingga sulit dipahami oleh masyarakat.
Tak hanya itu, apa yang di-posting oleh Presiden di Twitter, menurutnya, juga sangat jarang diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Akibatnya, banyak anggota masyarakat menganggap Presiden hanya bisa beraksi di Twitter tanpa melakukan suatu langkah yang nyata.
“Sementara itu, Ibu Negara kita memang lebih responsif dari Presiden dalam menanggapi aspirasi dan masukan yang datang dari pengikutnya,” lanjut John.
Namun, respons yang datang dari Ani tersebut, menurutnya, lebih banyak bersifat negatif. Beberapa kali Ani memberikan komentar yang dinilainya tidak pantas dikeluarkan oleh seorang Ibu Negara. Pernyataan paling parah ketika Ani menyebut salah satu follower-nya dengan kata "sangat bodoh".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.