Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden: Boleh Berubah, tapi Tak Boleh Ceroboh dan Emosional

Kompas.com - 11/12/2013, 12:26 WIB
Sandro Gatra

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengaku mendukung perubahan sistem pemerintahan di Indonesia untuk menjadi lebih baik. Hanya, menurut Presiden, sistem yang sudah baik mesti dipertahankan dan perubahan itu bukan atas kepentingan politik tertentu.

"Perubahan tidak boleh ceroboh, emosional dan berdasarkan kepentingan politik, kekuasaan tertentu," kata Presiden saat acara acara Kongres Kebangsaan yang digelar Forum Pemimpin Redaksi (Pemred) di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (11/12/2013).

Dalam pidatonya, Presiden menyinggung sejarah perubahan sistem secara dramatis pada 1965 dan 1998. Melihat sejarah itu, kata Presiden, semua pihak tidak boleh menghalangi terjadinya perubahan di masa depan. Menganggap sistem dan kerangka negara yang dianut sudah baik, tepat dan harus dipertahankan, menurut Presiden, sama saja mengingkari hukum alam dan hukum sejarah.

"Bangsa yang cerdas dan bijak selalu melakukan evaluasi dan refleksi untuk secara sadar melakukan perbaikan dan perubahan. Daripada terjadi revolusi baru, revolusi sosial atau perubahan yang dipaksakan yang sering menyakitkan. Kita pernah alami itu," kata Presiden.

Presiden memastikan bakal ada penolakan, hambatan hingga perlawanan untuk mengubah sistem nantinya. Namun, kalau bangsa Indonesia sepakat melakukan pembaharuan, kata Presiden, maka tidak boleh gentar.

Untuk mengubah sistem, Presiden berharap semua pihak memiliki pemikiran jernih dan rasional. Hasil pemikiran itu juga mesti dilaksanakan dengan cara dan proses yang tepat. Segala resiko dari perubahan seperti instabilitas dan resistensi mesti dikalkulasikan dari awal.

"Di atas segalanya, rakyat harus dilibatkan," pungkas Presiden.

Dalam Kongres tersebut, Forum Pemred menyerahkan hasil kongres yang dinamakan Komitmen Jakarta kepada Presiden. Beberapa substansi, yakni Forum Pemred sepakat untuk penyempurnaan lembaga perwakilan dan pemerintah melalui penataan kembali sistem kepartaian, sistem pemilu dan sistem perwakilan.

"Perlu juga dilakukan penataan kembali otonomi daerah, dibentuk kembali haluan negara yang berisi arah utama kebijakan pembangunan jangka panjang, dan kesepakatan lainnya," tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Putus Internet ke Kamboja dan Filipina, Menkominfo: Upaya Berantas Judi 'Online'

Putus Internet ke Kamboja dan Filipina, Menkominfo: Upaya Berantas Judi "Online"

Nasional
Pemerintah Putus Akses Internet Judi 'Online' Kamboja dan Filipina

Pemerintah Putus Akses Internet Judi "Online" Kamboja dan Filipina

Nasional
Upaya Berantas Judi 'Online' dari Mekong Raya yang Jerat 2,3 Juta Penduduk Indonesia...

Upaya Berantas Judi "Online" dari Mekong Raya yang Jerat 2,3 Juta Penduduk Indonesia...

Nasional
Keamanan Siber di Pusat Data Nasional: Pelajaran dari Gangguan Terbaru

Keamanan Siber di Pusat Data Nasional: Pelajaran dari Gangguan Terbaru

Nasional
Tanggal 26 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 26 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Letjen Suryo Prabowo Luncurkan Buku 'Mengantar Provinsi Timor Timur Merdeka Menjadi Timor Leste'

Letjen Suryo Prabowo Luncurkan Buku "Mengantar Provinsi Timor Timur Merdeka Menjadi Timor Leste"

Nasional
Resmikan Destinasi Wisata Aglaonema Park di Sleman, Gus Halim: Ini Pertama di Indonesia

Resmikan Destinasi Wisata Aglaonema Park di Sleman, Gus Halim: Ini Pertama di Indonesia

Nasional
Drag Fest 2024 , Intip Performa Pertamax Turbo untuk Olahraga Otomotif

Drag Fest 2024 , Intip Performa Pertamax Turbo untuk Olahraga Otomotif

Nasional
2.000-an Nadhliyin Hadiri Silaturahmi NU Sedunia di Mekkah

2.000-an Nadhliyin Hadiri Silaturahmi NU Sedunia di Mekkah

Nasional
TNI AD: Prajurit Gelapkan Uang untuk Judi 'Online' Bisa Dipecat

TNI AD: Prajurit Gelapkan Uang untuk Judi "Online" Bisa Dipecat

Nasional
Airlangga Yakin Jokowi Punya Pengaruh dalam Pilkada meski Sebut Kearifan Lokal sebagai Kunci

Airlangga Yakin Jokowi Punya Pengaruh dalam Pilkada meski Sebut Kearifan Lokal sebagai Kunci

Nasional
TNI AD Mengaku Siapkan Pasukan dan Alutsista untuk ke Gaza

TNI AD Mengaku Siapkan Pasukan dan Alutsista untuk ke Gaza

Nasional
Mitigasi Gangguan PDN, Ditjen Imigrasi Tambah 100 Personel di Bandara Soekarno-Hatta

Mitigasi Gangguan PDN, Ditjen Imigrasi Tambah 100 Personel di Bandara Soekarno-Hatta

Nasional
Pusat Data Nasional Diperbaiki, Sebagian Layanan 'Autogate' Imigrasi Mulai Beroperasi

Pusat Data Nasional Diperbaiki, Sebagian Layanan "Autogate" Imigrasi Mulai Beroperasi

Nasional
Satgas Judi 'Online' Akan Pantau Pemain yang 'Top Up' di Minimarket

Satgas Judi "Online" Akan Pantau Pemain yang "Top Up" di Minimarket

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com