"Kalau tidak ada perubahan (perubahan DPT) Pemilu 2014, pemilih tidak gunakan haknya sampai 30 persen. Trennya, orang datang ke bilik suara tinggal 65 persen," ujar Direktur Eksekutif The Political Literacy Institute Gun Gun Heryanto dalam diskusi bertajuk 'Pesta demokrasi 2014 untuk Indonesia Lebih Baik' di Jakarta Pusat, Sabtu (26/10/2013).
Ia mengatakan, permasalahan awal yang muncul dalam pemilu adalah persoalan daftar pemilih yang tercantum dalam DPT. Karut marut DPT, katanya, dapat menyebabkan persoalan pada elemen dan tahapan lain pemilu.
"Problem awal pemilu itu DPT lalu akan snowball ke problem lain. DPT itu jadi bagian paling penting. DPT itu terkait kepercayaan publik. kalau dari awal terjadi material dasar yang buruk, maka karut marut pemilu tinggal tunggu waktu," lanjutnya.
Dia mengatakan, peningkatan kekritisan publik pada penyelenggaraan adalah hal yang wajar. Hanya saja, penyusunan DPT kacau. Untuk itu, lanjutnya, harus ada evaluasi terhadap DPT yang seharusnya ditetapkan pada Rabu (23/10/2013) lalu.
"Penting menjadi catatan apakah pemilih mau masuk ke bilik suara kalau ada cacat di DPT," tambah Gun Gun.
Dijabarkannya, dibandingkan Pemilu 1999, ada penurunan partisipasi pemilih pada Pemilu 2004 maupun Pemilu 2009.
"Pada Pemilu 2004 87 persen dan hanya 71 persen di Pemilu 2009," tuturnya.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) memutuskan menunda penetapan DPT menjadi pada Minggu (4/11/2013). Penundaan tersebut dilakukan atas rekomendasi Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dan desakan partai politik peserta Pemilu 2014 dan Komisi II DPR.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.