"Sebenarnya, ini sudah ada dari sejak awal 2013, sudah ada pertemuan-pertemuan itu. Tapi, memang tidak ada istilah poros tengah, pengamat yang kemudian menamakan ini. Tokohnya tidak hanya tokoh parpol Islam, tetapi Priyo Budi dari Golkar juga hadir," ujar bakal calon Presiden dari PKB, Mahfud MD, saat berkunjung ke Redaksi Kompas.com, Kamis (19/9/2013).
Mahfud mengatakan, forum ini awalnya dimotori oleh Ketua Majelis Pertimbangan Partai Amanat Nasional Amien Rais dan tokoh kiai dari Partai Kebangkitan Bangsa Nur Muhammad Iskandar. Selain kedua tokoh itu, forum, kata Mahfud, juga dihadiri oleh Viva Yoga Mauladi (PAN), Kifran Zein (PPP), Priyo Budi Santoso (Golkar), Amidan (MUI), Saleh Daud (Nahdlatul Ulama), dan perwakilan dari KAHMI.
"Jadi, ini forum lintas ormas dan parpol Islam. Waktu itu memang gagasannya bagaimana organisasi Islam bersatu dan mengajukan calonnya, itu gagasannya. Diskusi pun dilakukan terkait kriteria kepemimpinan ke depan dan selalu dipimpin Amien Rais," ungkap Mahfud.
Mulai tak sepakat
Namun, visi awal forum itu untuk memunculkan satu nama yang bisa diusung partai politik dan ormas Islam akhirnya berjalan tak mulus. Mahfud mengaku, saat diskusi mengerucut pada pembahasan nama-nama yang dianggap sebagai tokoh yang layak sebagai capres, masing-masing sudah memiliki "jagoan" di partainya.
"Jadi, ketika sudah bicara nama, sudah mulai agak kikuk karena setiap orang di sana sudah ada jagoannya," imbuh Mahfud.
Oleh karena itu, kata Mahfud, diskusi itu pun akhirnya tak lagi membahas soal pencapresan, tetapi lebih fokus membahas masalah bangsa. Ia mencontohkan, kasus-kasus Migas, Papua, dan Aceh juga turut didiskusikan dalam forum tersebut.
"Isu pencapresan ini pun akhirnya menjadi cair, lalu kemudian saya menyatakan tak ikut Konvensi Partai Demokrat," imbuhnya.
Menurut Mahfud, koalisi partai Islam sebenarnya sudah tidak lagi relevan melihat perkembangan situasi politik Tanah Air saat ini. Ia mencontohkan, beberapa partai Islam justru dirundung masalah korupsi, demikian pula dengan partai nasionalis sehingga, sebut Mahfud, yang terpenting saat ini adalah partai yang memiliki jejak rekam yang cukup bersih.
"Lalu di daerah, misalnya, PKS yang Islam bisa saja koalisi dengan PKDS yang Katolik di Papua. Pun PDI-P, yang berbenturan dengan Demokrat di pusat, bisa koalisi di daerah, demikian juga dengan PKB. Artinya, ini suatu perkembangan politik yang sangat bagus dan tidak disadari banyak orang," ungkap Mahfud.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.