Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rieke: Hukuman Mati untuk Wilfrida Memalukan bagi Indonesia

Kompas.com - 19/09/2013, 17:01 WIB
Suhartono

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Anggota DPR Komisi X bidang Tenaga Kerja dan Kesehatan Rieke Dyah Pitaloka, Kamis (19/9/2013) siang menyerahkan petisi kepada Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso.

"Petisi berisi ajakan kepada DPR, secara resmi, untuk menyelamatkan Wilfrida Soik, tenaga kerja wanita (TKW) di bawah umur, yang terancam hukuman gantung di Malaysia karena dituduh membunuh majikannya," tandas Rieke, Kamis (19/9/2013) siang ini, saat dihubungi lewat telepon di Jakarta.

"Hukuman mati terhadap Wilfrida sama dengan hukuman memalukan bagi Indonesia. Sebab, Wilfrida adalah korban yang akhirnya harus ikut menderita karena kemiskinan keluarganya sehingga ia harus menjadi pekerja. Wilfrida juga masih di bawah umur, tetapi karena usianya dicatut saat pengurusan paspor dan dokumen lainnya oleh para calo tenaga kerja, akhirnya Wilfrida bisa berangkat ke negeri orang," papar Rieke.

"Ini menjadi tanggung jawab Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi serta Badan Nasional Perlindungan dan Pengerahan Tenaga Kerja Indonesia, yang tidak becus mengawasi TKI," tambahnya.

Menurut mantan calon gubernur Jawa Barat itu, Wilfrida diberangkatkan oleh para calo untuk bekerja di Malaysia saat berlaku moratorium atau larangan TKI asal Indonesia diberlakukan. Namun, karena kurangnya pengawasan Pemerintah RI dan Malaysia, Wilfrida akhirnya bisa bekerja di Malaysia meskipun tidak sah.

"Di Malaysia, Wilrida juga bekerja melayani orang lanjut usia yang sangat rewel dan kasar, sehingga suatu saat Wilfrida yang sering mendapat cacian dan pukulan akhirnya tak sabar sehingga untuk melindungi dirinya yang akan dihukum, Wilfrida akhirnya didakwa membunuh. Ini, kan, tidak adil. Jika sampai dihukum mati, Pemerintah RI harus bertanggung jawab," tandas Rieke.

Lebih jauh, Rieke mengatakan, banyak TKI yang terancam hukuman mati. Di Malaysia 185 orang, dan di Arab Saudi 36 orang. "Mayoritas dari mereka adalah TKI. Jadi, pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono jangan diam saja, dan asyik mengurus konvensi sekarang ini. Ayo bergerak selamatkan Wilfrida dan anak bangsa lainnya yang terancam hukuman mati," harapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited  Capai Rp 17,43 Miliar

Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited Capai Rp 17,43 Miliar

Nasional
KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

Nasional
Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Nasional
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Nasional
Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Nasional
Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Nasional
KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

Nasional
Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Nasional
Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Nasional
Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

Nasional
PPATK Bakal Tindaklanjuti Informasi Jokowi soal Indikasi Pencucian Uang lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

PPATK Bakal Tindaklanjuti Informasi Jokowi soal Indikasi Pencucian Uang lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

Nasional
Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Koarmada I Siapkan KRI Halasan untuk Tembak Rudal Exocet

Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Koarmada I Siapkan KRI Halasan untuk Tembak Rudal Exocet

Nasional
Yusril: Tak Ada Bukti Kuat Kubu Prabowo-Gibran Curang di Pilpres 2024

Yusril: Tak Ada Bukti Kuat Kubu Prabowo-Gibran Curang di Pilpres 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com