Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BPK, Buka Hasil Hambalang Tahap II ke Publik!

Kompas.com - 25/08/2013, 15:53 WIB
Icha Rastika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Koalisi untuk Akuntabilitas Keuangan Negara (KUAK) mendesak Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk membuka hasil audit investigasi tahap II Hambalang ke publik. Hal ini diperlukan agar hasil audit tersebut tidak dipolitisasi dan tidak ada penghilangan informasi terkait kasus dugaan korupsi Hambalang.

"Agar kasus ini tidak hanya ditujukan kepada aktor-aktor yang selama ini diduga dan jadi tersangka KPK. Padahal kalau kita lihat, cukup banyak politikus yang bermain. Kami memiliki kekhawatiran ketika hasil audit lebih dulu diserahkan ke DPR, aroma politisasinya sangat kuat," kata peneliti Indonesia Budget Center (IBC) Roy Salam di Jakarta, Minggu (25/8/2013).

Koalisi menilai tidak masuk akal sikap BPK dan DPR yang enggan membuka hasil audit tersebut dengan mengatakan bahwa informasi di dalamnya tergolong rahasia menurut Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik.

Mantan Ketua Komisi Informasi Publik Pusat, Alamsyah Saragih menilai, informasi dalam hasil audit investigasi Hambalang II tersebut tidak tergolong rahasia lagi karena sudah terlanjur di buka ke publik. Lagipula, katanya, DPR bukan lembaga penegak hukum sehingga tidak relevan lagi jika alasan enggan membuka dokumen hasil audit tersebut karena takut dianggap menganggu proses hukum.

Selain itu, menurut Alamsyah, sikap menutup hasil ini ke publik justru merugikan kepentingan publik yang lebih luas. Publik tidak dapat mengawal bersama-sama proses hukum kasus Hambalang.

"Di KIP dinyatakan, apabila dikecualikan justru merugikan kepentingan publik yang lebih luas, maka harus dibuka, diakses masyrakat, tidak bisa ditarik lagi. Saya berpendapat, karena sudah terlanjur diserahkan ke DPR, maka ini menjadi milik publik," kata Alamsyah.

Selain itu, Alamsyah juga berpendapat bahwa BPK sebaiknya membuat aturan lebih rinci tentang tata cara penyampaian suatu laporan. "Yang sudah diserahkan ke DPR, harus diserahkan juga ke publik," tambahnya.

Aktivis dari Yayasan Penguatan Partisipasi, Inisiatif, dan Kemitraan Masyarakat Indonesia (Yappika) Hendrik Yosdinar menambahkan, sikap DPR dan BPK ini juga menimbulkan kekhawatiran adanya praktik politik dagang sapi. Apalagi, kasus Hambalang ini melibatkan banyak politisi dan pejabat negara.

"Kami khawatir ini jadi politik transaksional," ujar Hendrik.

Sebelumnya, DPR dan BPK kompak menolak membuka hasil audit investigasi tahap II proyek Hambalang. Mereka menganggap hasil audit adalah informasi yang dikecualikan dan tidak dapat diungkap kepada publik.

Saat menerima BPK di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (25/8/2013), Ketua DPR Marzuki Alie menegaskan bahwa dokumen hasil audit investigasi proyek Hambalang tahap II bersifat rahasia. Ia khawatir pihaknya akan menerima sanksi bila membuka dokumen tersebut kepada publik dan memilih menunggu berjalannya proses hukum.

Di tempat yang sama, Ketua BPK Hadi Purnomo juga menyampaikan pernyataan yang sama. Ia mengaku tak dapat menyebarkan isi dari dokumen itu lantaran khawatir mengganggu proses penyidikan.

Adapun audit investigasi tahap II Hambalang ini memuat sejumlah informasi penting terkait proyek Hambalang yang meliputi nilai kerugian negara atas proyek Hambalang, serta penyalahgunaan dan pelanggaran aturan oleh pejabat terkait berkaitan dengan perencanaan, penganggaran, serta pelaksanaan proyek pembangunan pusat pelatihan olahraga Hambalang.

Hasil audit investigasi ini pun memuat sejumlah nama anggota DPR yang dianggap melakukan pelanggaran terkait penganggaran proyek Hambalang serta peran Wakil Menteri Keuangan Anny Ratnawati yang menggolkan anggaran Hambalang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Nasional
Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Nasional
Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Nasional
Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nasional
JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

Nasional
Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Nasional
Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Nasional
DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

Nasional
Komisi II Sebut 'Presidential Threshold' Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Komisi II Sebut "Presidential Threshold" Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Nasional
Prabowo Nyanyi 'Pertemuan' di Depan Titiek Soeharto: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Prabowo Nyanyi "Pertemuan" di Depan Titiek Soeharto: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Nasional
Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Nasional
Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Nasional
Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

Nasional
Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, PPP: Tak Ada Lagi Koalisi 01 dan 03

Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, PPP: Tak Ada Lagi Koalisi 01 dan 03

Nasional
CSIS: Pemilu 2024 Hasilkan Anggota DPR Muda Paling Minim Sepanjang Sejarah sejak 1999

CSIS: Pemilu 2024 Hasilkan Anggota DPR Muda Paling Minim Sepanjang Sejarah sejak 1999

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com