Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Takut Terjerat Korupsi, Memilih Pensiun Dini

Kompas.com - 19/08/2013, 11:39 WIB
Fabio Lopes

Penulis


KOMPAS.com
- Suasana sepi terlihat di rumah Samudi di Kompleks Berlan, Matraman, Jakarta Timur, Sabtu (17/8). Di depan bagian rumahnya terpancang empat tiang bambu yang masing-masing terikat bendera Merah Putih. Begitulah suasana kemerdekaan ke-68 di rumah veteran pejuang yang ikut operasi penumpasan PKI di Madiun (1948) dan operasi Trikora di Irian Barat (1962) tersebut.

Saat ditemui Kompas, pria berusia 86 tahun tersebut sedang membaca sebuah buku di kamarnya. Istrinya, Siti Kasirah (82), sedang asyik menonton acara-acara televisi di ruang tamu. Di usianya yang semakin senja, Samudi masih tampak bugar. Dia masih mampu menyetrika, menyapu, mengepel lantai, dan membaca buku tanpa kacamata.

Ia mengaku sudah beberapa tahun terakhir ini tidak lagi mengikuti peringatan kemerdekaan di Istana Merdeka. Ia memilih mengikuti acara itu di kantor Wali Kota Jakarta Timur bersama rekan-rekannya.

Kemerdekaan, bagi Khotib (52), penjual topi asal Ciputat, Tangerang Selatan, adalah hidup yang cukup berat. Dia mengaku sudah lama merasakan kemerdekaan, tetapi hidupnya jauh dari cukup. ”Sehari pendapatan tidak sampai Rp 100.000,” katanya.

Melihat kondisi saat ini saat banyak pejabat hidup mewah dari hasil korupsi, Ibing (56), tukang parkir di sebuah swalayan di Lenteng Agung,
Jakarta Selatan, mengelus dada. Ia tidak berharap banyak dari para pejabat atau wakil rakyat.

”Kami sudah tidak tahu lagi mesti gimana untuk protes. Jadi, harapannya enggak mau muluk-muluk, pengin mereka melek aja melihat kondisi kami,” kata Ibing.

Berbagai kasus korupsi yang melibatkan anggota DPR dan pejabat lain juga membuat Ibing berpikir ulang dan berhati-hati jika nantinya memilih wakilnya. ”Besok mau lihat seperti apa orangnya. Kalau tidak jelas, saya tidak memilih,” katanya.

Karena cemas terjerat korupsi itu pula, Samudi membuat keputusan penting pada tahun 1981, yaitu pensiun dini dengan pangkat terakhir letnan kolonel. Saat itu dirinya menjabat Kepala Logistik Pembekalan dan Angkutan Angkatan Darat.

”Banyak yang menawarkan saya untuk mengambil beberapa bahan logistik, seperti bahan bakar minyak, dalam jumlah besar. Padahal, itu untuk keperluan Angkatan Darat,” tuturnya.

”Saya merasa terpukul ketika melihat teman kerja yang masuk penjara karena korupsi,” ujar Samudi yang mendapatkan bantuan dari pemerintah sebesar Rp 250.000 per bulan.
(K06/K12)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

MK Diperkirakan Tak Akan Diskualifikasi Prabowo-Gibran

MK Diperkirakan Tak Akan Diskualifikasi Prabowo-Gibran

Nasional
Jadwal Terbaru Pelaksanaan UTBK-SNBT 2024

Jadwal Terbaru Pelaksanaan UTBK-SNBT 2024

Nasional
Dana Zizwaf Selama Ramadhan 2024 Meningkat, Dompet Dhuafa: Kedermawanan Masyarakat Meningkat

Dana Zizwaf Selama Ramadhan 2024 Meningkat, Dompet Dhuafa: Kedermawanan Masyarakat Meningkat

Nasional
MK Diprediksi Bikin Kejutan, Perintahkan Pemungutan Suara Ulang di Sejumlah Daerah

MK Diprediksi Bikin Kejutan, Perintahkan Pemungutan Suara Ulang di Sejumlah Daerah

Nasional
Menakar Nasib Ketua KPU Usai Diadukan Lagi ke DKPP Terkait Dugaan Asusila

Menakar Nasib Ketua KPU Usai Diadukan Lagi ke DKPP Terkait Dugaan Asusila

Nasional
Tak Lagi Solid, Koalisi Perubahan Kini dalam Bayang-bayang Perpecahan

Tak Lagi Solid, Koalisi Perubahan Kini dalam Bayang-bayang Perpecahan

Nasional
TPN Ganjar-Mahfud Sebut 'Amicus Curiae' Bukan untuk Intervensi MK

TPN Ganjar-Mahfud Sebut "Amicus Curiae" Bukan untuk Intervensi MK

Nasional
Percepat Kinerja Pembangunan Infrastruktur, Menpan-RB Setujui 26.319 Formasi ASN Kementerian PUPR

Percepat Kinerja Pembangunan Infrastruktur, Menpan-RB Setujui 26.319 Formasi ASN Kementerian PUPR

Nasional
Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Nasional
TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

Nasional
Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Nasional
Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Nasional
Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Nasional
Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com