Namun kegiatan menghadap Tuhan itu tidak bisa lagi dilakukannya sejak 2008 lalu. Gereja tempatnya beribadah disegel Wali Kota Bogor, Diani Budiarto.
Gereja tersebut dianggap tidak memiliki Izin sah. Merasa mengalami diskriminasi bocah yang biasa disapa Edo itu tidak tinggal diam.
Bocah yang baru duduk di bangku sekolah dasar itu, berupaya sekuat tenaga untuk memperjuangkan hak-haknya sebagai warga negara indonesia yang bebas memeluk agama dan beribadah.
Sejak penyegelan gerejanya itu, Edo bersama jemaaah GKI Yasmin lainnya, beribadah di depan Istana Presiden, Jakarta.
Mereka beribadah di atas trotoar, bertemankan cuaca yang tidak pasti. Jika cuaca panas, maka sinar matahari yang akan menyengat kulit mereka.
Basah dan kedinginan juga akan mereka alami jika hujan turun mengguyur.
Lagu-lagu keagamaan yang biasanya mereka nyanyikan tanpa gangguan, kini harus bersaing dengan suara bisingnya kendaraan ibu kota.
Meskipun dengan berbagai halangan, Edo tetap rutin beribadah setiap dua pekan sekali.
Edo dan umat GKI Yasmin melakukan ini dengan harapan Presiden Susilo Bambang Ydhoyono akan tergerak hatinya.
Sayangnya, hingga saat ini harapan untuk mendapat perhatian orang nomor satu di negeri ini belum terwujud.
Tidak hanya melakukan ibadah di depan Istana, Edo juga menulis surat untuk SBY yang dikirim langsung ke Istana Kepresidenan.
Surat tersebut berisi curahan hati Edo yang hanya terdapat satu permohonan kecil didalamnya yaitu agar Presiden bisa segera menyelesaikan masalah yang dihadapi Gereja GKI Yasmin.
Entah dibaca atau tidak, yang jelas surat Edo tersebut hingga kini tidak mendapatkan respon.
Satu tahun berselang, Edo kembali menulis surat untuk Presiden SBY.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.