Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Caleg "Dikuliti", Itu Risiko Pejabat Publik!

Kompas.com - 06/07/2013, 15:44 WIB
Icha Rastika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Menjelang pemilihan legislatif, masyarakat diminta ikut menyoroti rekam jejak para calon anggota legislatif yang diumumkan Komisi Pemilihan Umum (KPU). Masyarakat diminta melaporkan ke pihak terkait, termasuk kepada KPU dan partai politik jika menemukan rekam jejak buruk dari seorang caleg.

"Dalam arti jika ada informasi yang diketahui masyarakat berkaitan dengan calon-calon ini dan diperkirakan bisa membahayakan bangsa dan masa depan pemberantasan korupsi, masa depan lingkungan, maka harus disampaikan entah kepada KPU maupun kepada lembaga yang memang dipercaya untuk menindaklanjutinya, bahkan bisa juga disampaikan ke parpol," kata Koordinator Forum Masyarakat Peduli Parlemen (Formappi) Sebastian Salang dalam diskusi bertajuk "Caleg Gerah Dituding Prorasuah" di Jakarta, Sabtu (6/7/2013).

Menurut Sebastian, jika masyarakat tidak berani menyampaikan kepada KPU dan partai secara langsung, hal tersebut bisa dilakukan melalui lembaga swadaya masyarakat yang biasa menyoroti masalah ini seperti Indonesia Corruption Watch (ICW). Sebastian juga mengapresiasi langkah ICW yang merilis 36 nama caleg yang dinilai diragukan komitmen pemberantasan korupsinya.

"Kuliti caleg-caleg di daerah, itu sudah risiko kalau mau jadi pejabat publik. Kalau mereka lolos, maka memang layak dipilih masyarakat. Ini sejalan dengan upaya pemerintah memberantas korupsi, jadi jangan hanya ICW yang melakukan," tuturnya.

Langkah ICW yang merilis 36 nama caleg yang dinilai diragukan komitmen pemberantasan korupsinya ini menuai reaksi keras dari sejumlah politikus. Beberapa waktu lalu, politikus Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Ahmad Yani dan Partai Hanura Sarifuddin Sudding melaporkan peneliti ICW Donal Fariz dan kawan-kawan ke Badan Reserse Kriminal Polri atas dugaan pencemaran nama baik. Yani dan Sudding masuk dalam daftar 36 nama caleg yang dirilis ICW tersebut.

Menanggapi langkah kedua politikus ini, Sebastian menilai pelaporan tersebut sudah tepat ketimbang menggunakan cara kekerasan. "Dalam arti, ketika tidak ada kesepahaman terhadap satu hal dan ada upaya untuk menguji dari apa yang disampaikan itu melalui proses hukum, jangan sampai menggunakan jalan lain, yaitu kekerasan," tuturnya.

"Toh nanti di pengadilan akan dibuktikan benar atau tidak, ada pencemaran atau tidak, sehingga bagi LSM dan media jangan pernah khawatir untuk memberitakan karena yang dilakukan ini adalah upaya untuk mendorong kebaikan, biar nanti masyarakat memilih calon yang terbaik," tambah Sebastian.

Koordinator Bidang Hukum ICW Emerson Yuntho, dalam acara yang sama, mengaku siap menghadapi laporan dua politikus tersebut. Emerson juga menegaskan bahwa rilis ICW itu bebas dari pesanan pihak tertentu. ICW, katanya, hanya berniat memberikan pelajaran bagi publik sehingga dapat memilih caleg terbaik.

"Karena ICW juga cinta parpol, ICW melihat parpol masih bisa diharapkan untuk melakukan perubahan. Salah satunya adalah dengan menempatkan orang-orang baik dan tepat dalam parlemen nantinya," ujar Emerson.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Dompet Dhuafa: Kedermawanan Masyarakat Meningkat, Didominasi Gen Z

    Dompet Dhuafa: Kedermawanan Masyarakat Meningkat, Didominasi Gen Z

    Nasional
    MK Diprediksi Bikin Kejutan, Perintahkan Pemungutan Suara Ulang di Sejumlah Daerah

    MK Diprediksi Bikin Kejutan, Perintahkan Pemungutan Suara Ulang di Sejumlah Daerah

    Nasional
    Menakar Nasib Ketua KPU Usai Diadukan Lagi ke DKPP Terkait Dugaan Asusila

    Menakar Nasib Ketua KPU Usai Diadukan Lagi ke DKPP Terkait Dugaan Asusila

    Nasional
    Tak Lagi Solid, Koalisi Perubahan Kini dalam Bayang-bayang Perpecahan

    Tak Lagi Solid, Koalisi Perubahan Kini dalam Bayang-bayang Perpecahan

    Nasional
    TPN Ganjar-Mahfud Sebut 'Amicus Curiae' Bukan untuk Intervensi MK

    TPN Ganjar-Mahfud Sebut "Amicus Curiae" Bukan untuk Intervensi MK

    Nasional
    Percepat Kinerja Pembangunan Infrastruktur, Menpan-RB Setujui 26.319 Formasi ASN Kementerian PUPR

    Percepat Kinerja Pembangunan Infrastruktur, Menpan-RB Setujui 26.319 Formasi ASN Kementerian PUPR

    Nasional
    Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

    Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

    Nasional
    TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

    TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

    Nasional
    Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

    Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

    Nasional
    Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

    Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

    Nasional
    Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

    Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

    Nasional
    Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

    Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

    Nasional
    Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

    Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

    Nasional
    Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan 'Amicus Curiae' seperti Megawati

    Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan "Amicus Curiae" seperti Megawati

    Nasional
    Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah 'Nyapres' Tidak Jadi Gubernur Jabar

    Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah "Nyapres" Tidak Jadi Gubernur Jabar

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com