Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

NU: Jangan Samakan NU dengan Ormas Lain

Kompas.com - 26/06/2013, 20:28 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Wakil Sekretaris Jenderal Nahdlatul Ulama (NU), Enceng Sobirin mengatakan titik terlemah RUU Ormas ada pada definisi ormas yang tercantum pada pasal 1. Pasal tersebut dianggap menyeragamakan bentuk ormas, perkumpulan, yayasan, hingga lembaga swadaya masyarakat (LSM). Padahal masing-masing memiliki ciri dan budaya organisasi yang berbeda-beda.

“Soal definisi, merupakan ttitik terlemah tentang rancangan undang-undang ini,” ujar Enceng dalam rapat dengan Dewan Perwakilan Rakyat di Kompleks Parlemen, Rabu (26/6/2013).

Di dalam pertemuan ini, hadir Ketua DPR Marzuki Alie, Ketua Pansus RUU Ormas Abdul Malik Haramain, dan seluruh pimpinan fraksi. Sementara dari kalangan ormas hadir perwakilan dari Nahdlatul Ulama, Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), dan Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI). Pertemuan dilakukan setelah RUU Ormas ditunda pengesahannya karena banyak penolakan dari ormas-ormas besar.

Menurut Enceng, seharusnya ada pemisahan definisi untuk organisasi yang berbentuk perkumpulan, yayasan, hingga LSM. Selain itu, Enceng juga meminta agar posisi ormas-ormas yang sudah ada sebelum masa kemerdekaan mendapatkan definisi khusus. Ormas-ormas seperti Nahdlatul Ulama, Muhmmadiyah, Sarikat Islam, dinilai tidak wajar jika harus disamakan dengan organisasi massa yang baru saja muncul.

“Ada perbedaan sejarah dan motif yang harus dihormati bangsa ini,” tutur Enceng.

Ia pun menilai setiap bentuk organisasi seharusnya diatur dengan undang-undang sendiri dan tidak disatukan dengan RUU Ormas. “Misalnya perlu ada Undang-undang LSM, Undang-undang lembaga asing,” katanya.

NU, ungkap Enceng, menerima semangat dari pembentukan RUU Ormas yang ingin menertibkan ormas-ormas nakal hingga ormas asing. NU juga menerima sejumlah pasal yang ada di dalam RUU Ormas.

“Kami dukung asalkan ormas Muhammadiyah, dan NU tidak dicampurkan dengan LSM apalagi dengan lembaga asing atau perkumpulan dan yayasan. Dari logiak undang-undang yang ada ini, menjadi sangat memalukan kalau sampai dicampuradukkan,” tukas Enceng.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bersikukuh Rampas Aset Rafael Alun, Jaksa KPK Ajukan Kasasi Ke Mahkamah Agung

Bersikukuh Rampas Aset Rafael Alun, Jaksa KPK Ajukan Kasasi Ke Mahkamah Agung

Nasional
Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Nasional
Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Nasional
Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Nasional
Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nasional
JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

Nasional
Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Nasional
Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Nasional
DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

Nasional
Komisi II Sebut 'Presidential Threshold' Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Komisi II Sebut "Presidential Threshold" Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Nasional
Nyanyi 'Pertemuan' di Depan Titiek Soeharto, Prabowo: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Nyanyi "Pertemuan" di Depan Titiek Soeharto, Prabowo: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Nasional
Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Nasional
Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Nasional
Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

Nasional
Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, PPP: Tak Ada Lagi Koalisi 01 dan 03

Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, PPP: Tak Ada Lagi Koalisi 01 dan 03

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com