Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: Citra PKS di Mata Publik Negatif

Kompas.com - 14/05/2013, 14:53 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat politik Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma) Said Salahudin berpendapat, perseteruan Partai Keadilan Sejahtera dengan Komisi Pemberantasan Korupsi itu pada tingkat tertentu akan berimplikasi negatif pada citra PKS dalam proses Pemilu 2014.

"Semakin pelik perseteruannya maka akan semakin menarik perhatian publik. Pada gilirannya, tidak menutup kemungkinan akan terbangun persepsi dibenak publik bahwa PKS adalah partai yang dekat dengan persoalan korupsi," kata Said di Jakarta, Selasa.

Hal itu, kata Said yang juga sebagai Koordinator Sigma, karena sejauh ini publik mempunyai kepercayaan yang lebih tinggi kepada KPK daripada kepada partai politik.

"Kalau sudah begitu, pemilih akan mulai berpikir dua kali untuk memilih PKS dan para calegnya saat pemilihan nanti," ujarnya.

Sementara pengamat politik Charta Politica Yunarto Wijaya menilai sikap PKS terhadap KPK akan memengaruhi elektabilitas partai itu saat Pemilu 2014.  "Cara mereka menghadapi KPK minimal akan mengorbankan basis masa kritis, yang kebanyakan merupakan masyarakat perkotaan," ucapnya.

Yunarto mengatakan, PKS mungkin dapat bermain dengan logika hukum melawan KPK terkait kasus yang membelit mantan presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq, namun soal elektoral, masyarakat cenderung lebih memercayai KPK daripada partai politik.

"Perlawanan terhadap KPK sama saja melawan lembaga kebijakan
publik, sama saja melawan aktor yang paling dipercaya oleh publik," tukasnya.

Menurut Yunarto, sebagai partai yang mencitrakan diri bersih dari korupsi, sebaiknya PKS dapat menyelesaikan persoalannya dengan cara profesional dan mengontrol pernyatan para kadernya yang terlalu keras, sehingga dianggap sebagai sikap partai. Hal itu bisa menghancurkan citra partai yang selama ini dicitrakan santun dan bebas korupsi.

Sikap PKS tersebut, tambah dia, sangat disayangkan, mengingat parpol peserta Pemilu 2014 memiliki kesempatan untuk meraih suara dan dukungan di tengah kasus yang tengah dihadapi Partai Demokrat. "Padahal, dengan kasus-kasus yang dihadapi Demokrat itu bisa
dimanfaatkan oleh PKS atau parpol lain untuk menarik dukungan yang terpental dari Demokrat," tuturnya.

Sebelumnya, Juru Bicara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Johan Budi S.P. dilaporkan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam penyitaan mobil yang diduga terkait dengan mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq.

"Kami melaporkan Johan Budi terkait dengan pernyataannya saat dia menyatakan PKS menghalangi-halangi eksekusi penyitaan oleh penyidik KPK," kata kuasa hukum PKS Faudjan Muslim.

Poin yang diadukan PKS atas Johan Budi, lanjut Faudjan adalah pasal penghinaan, di mana pernyataan Johan Budi bahwa PKS tidak kooperatif dalam penyitaan mobil di kantor DPP PKS, pada Senin (6/5).

Sementara sepuluh penyidik KPK lainnya juga akan dilaporkan atas perbuatan tidak menyenangkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

Nasional
Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited  Capai Rp 17,43 Miliar

Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited Capai Rp 17,43 Miliar

Nasional
KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

Nasional
Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Nasional
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Nasional
Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Nasional
Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Nasional
KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

Nasional
Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Nasional
Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com