Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beranikah Ramadhan Ungkap "Mr A"?

Kompas.com - 04/06/2011, 15:37 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ikrar Nusa Bakti, mengatakan, politisi Demokrat, Ramadhan Pohan, harus menyebutkan secara jelas nama "Mr A" sesungguhnya. Mr A dituding Ramadhan sebagai politisi senior dari partai lain yang ingin menghancurkan Demokrat.

Ia menuturkan, gaya Ramadhan dengan cara menuding tersebut sama dengan gaya politik era Orde Baru yang suka saling menuduh. Hal ini justru menimbulkan pertanyaan dan polemik baru.

"Kita ini di era transparansi politik, di mana persaingan politik telah terbuka. Menurut saya, kalau memang Ramadhan itu punya data, yang katanya berasal dari partai maupun intelijen, mengapa kemudian Pohan tidak menyebutkan siapa orang itu, yang kemudian hanya menyebut Mr A. Nama A itu kan banyak. Bisa Akbar Tandjung, Aburizal Bakrie, semualah, yang kata orang disebut-sebut politisi senior itu Agung Laksono. Kalau Anda (Ramadhan) sudah melakukan secara terbuka, harus juga secara jantan, secara tegas menyatakan siapa yang Anda maksud dengan Mr A itu," papar Ikrar seusai menghadiri diskusi di Warung Daun, Jakarta Selatan, Sabtu (4/6/2011).

Ikrar menambahkan, dirinya pun tidak bisa menganalisa sosok sebenarnya Mr A yang dimaksud oleh Ramadhan. Bahkan, ia juga menunggu Ramadhan menyampaikannya langsung pada publik mengenai sosok tersebut.

"Saya terus terang enggak tahu. Di BlackBerry (BB) saya banyak nama yang dikirim. Tapi, saya lihat dia bukan politisi, buat saya asing nama-nama itu dan bukan orang  politik yang memiliki satu kepiawaian politik," kata Ikrar.

Ia menuturkan, dengan pernyataan Ramadhan yang tidak sejalan bersama anggota partai Demokrat lainnya, telah menunjukkan bahwa Ramadhan telah melanggar nasihat Dewan Pembina yang menyatakan para kader harus solid dan satu suara. Selain itu juga, cara itu justru akan memperburuk citra Demokrat yang tengah dilanda banyak persoalan lain.

"Dia melanggar nasihat Dewan Pembina sendiri. Anda (Ramadhan Pohan) harus membuat pernyataan yang valid. Kalau masih dugaan, jangan sampaikan kepada publik melalui media massa. Bukan hanya nantinya menjadi santapan media, karena kalau sudah ke media massa, itu akan menjadi milik publik dan akan mendapatkan sorotan yang harus dipertanggungjawabkan untuk dibuktikan," tukas Ikrar.

Seperti diberitakan sebelumnya, Ramadhan Pohan, Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, pernah menyatakan bahwa baik Nazaruddin maupun Demokrat sendiri merasa bahwa dalam berbagai permasalahan yang dihadapi partainya saat ini sebenarnya dilatarbelakangi oleh Mr A. Sosok A, menurut dia, adalah seorang politisi senior, tapi baru terlihat bermain dalam hal politik semacam itu. Ia bahkan menyatakan niat A dari partai luar itu adalah bukan lagi menggoyang, tapi menghancurkan Demokrat dengan memanfaatkan orang-orang dalam partai SBY tersebut.

Namun, hingga saat ini Ramadhan belum juga menyebutkan siapa A yang dimaksud. Hal ini meniupkan isu baru yang menyebut-nyebut A berasal dari Partai Golkar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

    TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

    Nasional
    Terseretnya Nama Jokowi di Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

    Terseretnya Nama Jokowi di Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

    Nasional
    Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

    Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

    Nasional
    Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

    Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

    Nasional
    Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

    Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

    Nasional
    Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

    Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

    Nasional
    Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

    Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

    Nasional
    Serba-serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

    Serba-serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

    Nasional
    Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

    Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

    Nasional
    Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

    Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

    Nasional
    Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

    Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

    Nasional
    Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

    Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

    Nasional
    Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

    Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

    [POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

    Nasional
    Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

    Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com