Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekerasan di Negara Pancasila

Kompas.com - 01/06/2011, 09:36 WIB

Oleh Franz Magnis-Suseno SJ

Peringatan 66 tahun peristiwa Ir Soekarno untuk kali pertama mencetuskan Pancasila (yang mendapat bentuk akhir dan indah dalam Pembukaan UUD 1945, yang telah membuktikan diri sebagai acuan dasar reorientasi apabila bangsa lagi-lagi tenggelam dalam keributan) dibayangi oleh kekerasan yang semakin merajalela dalam masyarakat kita.

Tawuran anak-anak sekolah dan geng-geng narkoba kampung, perlawanan rakyat terhadap penggusuran, pengeroyokan pencuri sebagai sesuatu yang ”lazim”, kekerasan etnik dengan nada kepentingan politisi lokal rakus dalam kaitan dengan pilkada, kekerasan—betapa memalukan— atas nama agama. Pasti masih ada yang terlupa di sini.

Yang betul-betul menggelisahkan adalah kedalaman rasa benci dan dendam yang kadang-kadang mencuat. Katanya ada khotbah dengan seruan, ”Bunuh, bunuh, bunuh!” Astaga! Setan apa yang telah merasuki bangsa kita yang ramah, terbuka, berbaik hati?

Selama lebih dari 50 tahun saya menyaksikan bahwa ciri-ciri yang sering dibanggakan itu merupakan kenyataan! Orang desa dan orang kota, orang sederhana dan orang canggih, orang seagama dan orang berbeda agama, termasuk yang umumnya dicap ”garis keras”, selalu menyambut saya dengan kebaikan yang memberi rasa aman. Indonesia yang ”ramah, sopan, terbuka” bukan mitos, melainkan kenyataan. Di situ terletak teka-tekinya.

Gelap

Sebaiknya kita berani melihat kenyataan dengan mata yang tidak berkedip: sejarah Indonesia merdeka juga ditulis dengan darah, darah bangsa Indonesia, darah yang dicurahkan oleh bangsa Indonesia sendiri. Sebutkan saja kekejaman luar biasa yang sampai hari ini—misalnya di Papua— dilakukan oleh angkatan bersenjata kita. Lalu, pembunuhan keji Marsinah, Udin, Theis, dan Munir yang semuanya belum memperoleh keadilan. Para korban tahun 1998 dan 1999.

Tingkat kebencian yang tampak dalam dua perang saudara di Maluku dan Sulawesi, 11 tahun lalu. Sudah sejak dalam Peristiwa Madiun 1948 mencolok bahwa kedua belah pihak membunuh ribuan orang jauh melebihi apa yang ”secara operasional” perlu.

Dalam bagian kedua abad ke-20 terjadi lima pembunuhan berskala raksasa di.............(selengkapnya baca Harian Kompas, Rabu 1 Juni 2011, halaman 7)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

    JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

    Nasional
    Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

    Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

    Nasional
    Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

    Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

    Nasional
    DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

    DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

    Nasional
    Komisi II Sebut 'Presidential Threshold' Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

    Komisi II Sebut "Presidential Threshold" Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

    Nasional
    Prabowo Nyanyi 'Pertemuan' di Depan Titiek Soeharto: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

    Prabowo Nyanyi "Pertemuan" di Depan Titiek Soeharto: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

    Nasional
    Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

    Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

    Nasional
    Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

    Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

    Nasional
    Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

    Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

    Nasional
    Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, PPP: Tak Ada Lagi Koalisi 01 dan 03

    Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, PPP: Tak Ada Lagi Koalisi 01 dan 03

    Nasional
    CSIS: Pemilu 2024 Hasilkan Anggota DPR Muda Paling Minim Sepanjang Sejarah sejak 1999

    CSIS: Pemilu 2024 Hasilkan Anggota DPR Muda Paling Minim Sepanjang Sejarah sejak 1999

    Nasional
    PPATK Koordinasi ke Kejagung Terkait Aliran Dana Harvey Moeis di Kasus Korupsi Timah

    PPATK Koordinasi ke Kejagung Terkait Aliran Dana Harvey Moeis di Kasus Korupsi Timah

    Nasional
    Prabowo-Titiek Soeharto Hadiri Acara Ulang Tahun Istri Wismoyo Arismunandar, Ada Wiranto-Hendropriyono

    Prabowo-Titiek Soeharto Hadiri Acara Ulang Tahun Istri Wismoyo Arismunandar, Ada Wiranto-Hendropriyono

    Nasional
    Banyak Catatan, DPR Dorong Revisi UU Pemilu Awal Periode 2024-2029

    Banyak Catatan, DPR Dorong Revisi UU Pemilu Awal Periode 2024-2029

    Nasional
    Pakar Ragu UU Lembaga Kepresidenan Terwujud jika Tak Ada Oposisi

    Pakar Ragu UU Lembaga Kepresidenan Terwujud jika Tak Ada Oposisi

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com