Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demokrat Turun, Efek Nazaruddin?

Kompas.com - 29/05/2011, 18:52 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Survei yang dilakukan Lembaga Survei Indonesia (LSI) medio 15-25 Mei 2011 menunjukkan bahwa tingkat elektabilitas (keterpilihan) Partai Demokrat menurun drastis jika dibandingkan dengan perolehan suara pada Pemilu 2009.

Pertanyaan yang diajukan kepada 1.220 responden adalah, "Apa partai yang akan dipilih jika pemilu diadakan bulan (Mei) ini?". Hasilnya, Demokrat memang masih menempati peringkat teratas dengan 18,9 persen. Pada Pemilu 2009, Demokrat menjadi pemenang pemilu dengan 20,85 persen suara.

Apa penyebab penurunan elektabilitas partai bentukan Susilo Bambang Yudhoyono ini? Adakah efek Nazaruddin di dalamnya?

Peneliti utama LSI, Saiful Mujani, mengungkapkan, dalam survei ini tidak ada instrumen yang menjadi ukuran faktor mana saja yang menjadi penyebab penurunan Demokrat. Sebab, hasil survei ini berbeda dengan hasil-hasil survei LSI sebelumnya, di mana Demokrat tidak pernah memperoleh hasil di bawah perolehan pemilunya.

"Apakah karena Nazaruddin atau tidak, tidak ada instrumen untuk itu. Tetapi, kalau lihat trennya, terjadi penurunan sejak April tahun lalu. Bersamaan dengan itu, PDI-P naik," ujar Mujani seusai diskusi di kantor LSI, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (29/5/2011).

Meski demikian, menurut Mujani, faktor Nazaruddin, mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, yang diduga terlibat kasus dugaan suap, bisa jadi memengaruhi. Sebab, kasus ini dinilainya bukan persoalan individu Nazaruddin, melainkan persoalan partai.

"Survei ini memang saat lagi gonjang-ganjing Nazaruddin. Tetapi, kita lihat bulan depan dalam survei lain, apakah efek Nazaruddin itu ada pengaruhnya atau tidak," kata Mujani.

Pernyataan Demokrat yang menyatakan bahwa Nazaruddin merugikan citra partai, dinilai Muzani, justru merusak partai itu sendiri di mata publik. "Terkesan hanya mengambil untung saja. Seharusnya, bisa dengan alasan memberikan peluang untuk penegakan hukum," ujarnya.

Selain itu, survei LSI juga menunjukkan bahwa pemilih partai pemenang Pemilu 2009 ini paling tidak stabil. Saat diajukan pertanyaan kepada responden apakah akan memilih partai yang sama dengan pilihan Pemilu 2009 jika pemilu diadakan bulan ini, hanya 54,5 persen responden pemilih Demokrat yang akan memilih partai itu kembali. Jumlah ini jauh di bawah pemilih dua partai yang masuk tiga besar Pemilu 2009, yaitu Partai Golkar (77,5 persen) dan PDI-P (75,4 persen).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Usung Perubahan Saat Pilpres, PKB-Nasdem-PKS Kini Beri Sinyal Bakal Gabung Koalisi Prabowo

    Usung Perubahan Saat Pilpres, PKB-Nasdem-PKS Kini Beri Sinyal Bakal Gabung Koalisi Prabowo

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] Anies-Muhaimin Hadir Penetapan Presiden-Wapres Terpilih Prabowo-Gibran | Mooryati Soedibjo Tutup Usia

    [POPULER NASIONAL] Anies-Muhaimin Hadir Penetapan Presiden-Wapres Terpilih Prabowo-Gibran | Mooryati Soedibjo Tutup Usia

    Nasional
    Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

    Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

    Nasional
    Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

    Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

    Nasional
    Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

    Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

    Nasional
    Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

    Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

    Nasional
    AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

    AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

    Nasional
    Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

    Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

    Nasional
    Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

    Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

    Nasional
    AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

    AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

    Nasional
    Prabowo Presiden Terpilih, AHY: Kami Imbau Semua Terima Hasil, Semangat Rekonsiliasi

    Prabowo Presiden Terpilih, AHY: Kami Imbau Semua Terima Hasil, Semangat Rekonsiliasi

    Nasional
    Prabowo: Jangan Jadi Pemimpin kalau Tak Kuat Diserang, Duduk di Rumah Nonton TV Saja

    Prabowo: Jangan Jadi Pemimpin kalau Tak Kuat Diserang, Duduk di Rumah Nonton TV Saja

    Nasional
    Dewas Akan Sidangkan Dugaan Pelanggaran Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron 2 Mei

    Dewas Akan Sidangkan Dugaan Pelanggaran Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron 2 Mei

    Nasional
    Prabowo-Gibran Tiba di Istana untuk Bertemu Jokowi

    Prabowo-Gibran Tiba di Istana untuk Bertemu Jokowi

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com