Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selalu Ada "Penabuh Genderang"

Kompas.com - 24/05/2011, 19:03 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat politik Charta Politika, Yunarto Wijaya, menduga ada semacam skenario dari setiap partai politik untuk menempatkan orang-orang yang berperan sebagai penabuh genderang dengan menyampaikan pernyataan-pernyataan kontroversial terkait isu yang berkembang. Hal ini mengakibatkan seringnya terjadi kontroversi atas pernyataan para politisi. Terakhir, politisi Golkar, Bambang, dikecam karena melontarkan pernyataan bernuansa rasis. Ia menyebut kebijakan Mari Elka Pangestu yang membeli pesawat Merpati buatan China karena faktor nenek moyang meskipun ia tidak menyebutkan secara langsung kesukuan dari Mari Elka.

Yunarto mencontohkan, orang seperti Bambang sama posisinya dengan Ruhut Sitompul yang sering kali memberikan komentar yang mengundang kontroversi.

"Di tiap partai hampir setiap ada tukang tabuh genderang. Sama seperti Ruhut Sitompul di Demokrat. Partai memainkan skenario. Orang-orang ini menjadi seperti mouse yang memainkan perannya. Khusus Bambang ini, konsekuensi dalam posisi orang yang diplot untuk hal-hal yang kontroversi dan menarik perhatian publik. Dia siap jadi bemper politik," ujar Yunarto dalam diskusi "Sikap Politik Rasis Anggota DPR" di Bumbu Desa, Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (24/05/2011).

Menurut Yunarto, dengan kehadiran orang seperti Bambang, partai justru dalam posisi aman karena individu pelontar pernyataan yang akan terus diserang oleh publik. Pernyataan rasis Bambang, dinilainya, sengaja dilemparkan untuk membuka kasus lain di balik pembelian pesawat Merpati tersebut. Sayangnya, pemilihan bahasa Bambang Soesatyo dalam menyampaikan pemikirannya justru menimbulkan permasalahan baru terkait diskriminasi secara kesukuan.

"Hal ini menunjukkan rekrutmen parpol yang sudah rusak sehingga melahirkan aktor-aktor anggota DPR yang berpotensi kontroversial dengan menyampaikan hal yang menarik perhatian publik. Ini bisa menimbulkan konflik, di mana orang bisa saja membenci Mari Elka dan di sekitarnya karena pernyataan semacam ini. Yang menjadi pertanyaan, apakah betul-betul dia rasis atau ada hal lain yang ingin dikejar dengan pernyataan seperti itu," kata Yunarto.

Sementara itu, menurut psikolog Universitas Indonesia, Hamdi Muluk, pernyataan Bambang Soesatyo yang kontroversial ini bisa memunculkan konflik horizontal antarkesukuan di negara ini. Dunia politik, lanjutnya, bisa dikacaukan dengan model politik rasisme yang dilontarkan Bambang.

"Ini mengakibatkan munculnya kelompok Tionghoa bisa saja dijadikan kambing hitam oleh orang yang tidak mengerti maksud yang disampaikannya (Bambang Soesatyo). Bisa terjadi konflik horizontal yang berakibat pada perpecahan," kata Hamd.

Ia mengungkapkan, orang yang selalu membangkitkan unsur rasisme sebenarnya cenderung orang yang tidak percaya pada diri sendiri sehingga mengeluarkan pernyataan yang pada ujungnya membakar niat orang lain untuk berpihak kepadanya. "Bamsat (Bambang Soesatyo) harusnya tahu bahwa bahwa sebagian masyarakat kita ini, kan, ada yang masih sakit terhadap hal yang berbau suku, agama, dan ras. Oleh karena itu, gampang terprovokasi. Dari pernyataan ini, sinyal politik rasismenya menunjukkan gaung yang jelek dan bisa berdampak buruk kepada masyarakat yang termakan omongannya," tukas Hamdi.

Pernyataan Bambang itu dilontarkan dalam sebuah diskusi di Gedung DPR yang membahas pembelian pesawat MA-60, pekan lalu. Ia mengatakan, "Bedanya dengan zaman Soeharto, maaf bukan mau membandingkan, tapi terlihat dari kualitas yang berbeda. Karena zaman Soeharto itu ada seleksi yang ketat, bukan hanya basa-basi pemilihan menteri, hanya show up, tapi kualitasnya tidak terlihat. Jangan heran kalau kebijakan Mari membeli pesawat MA-60 dari China itu lebih mengacu ke nenek moyangnya," ujar Bambang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

Nasional
Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

Nasional
JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin 'Merampok'

JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin "Merampok"

Nasional
Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

Nasional
Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

Nasional
Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Nasional
Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

Nasional
BKKBN Minta Bocah 7 Tahun Sudah Tunangan Tak Dianggap Biasa

BKKBN Minta Bocah 7 Tahun Sudah Tunangan Tak Dianggap Biasa

Nasional
Terungkap di Sidang, Biaya Ultah Cucu SYL Di-“reimburse” ke Kementan

Terungkap di Sidang, Biaya Ultah Cucu SYL Di-“reimburse” ke Kementan

Nasional
Tanggapi Jokowi, Djarot PDI-P: Konstitusi Dilanggar dan Direkayasa, Kekaderannya Patut Diragukan

Tanggapi Jokowi, Djarot PDI-P: Konstitusi Dilanggar dan Direkayasa, Kekaderannya Patut Diragukan

Nasional
Polri Akan Gelar Operasi Puri Agung 2024, Kawal World Water Forum Ke-10 di Bali

Polri Akan Gelar Operasi Puri Agung 2024, Kawal World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama seperti Anies Kemarin

Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama seperti Anies Kemarin

Nasional
Kasus Dana PEN, Eks Bupati Muna Divonis 3 Tahun Bui

Kasus Dana PEN, Eks Bupati Muna Divonis 3 Tahun Bui

Nasional
Surya Paloh Bakal Bertemu Prabowo Sore Ini, Nasdem Belum Ambil Keputusan

Surya Paloh Bakal Bertemu Prabowo Sore Ini, Nasdem Belum Ambil Keputusan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com