JAKARTA, KOMPAS.com — Teror dan ancaman kepada aktivis organisasi nonpemerintah serta aktivis propluralisme dan hak asasi manusia bukan baru terjadi pada aktivis Jaringan Islam Liberal, Ulil Abshar Abdalla, melalui paket bom dengan mengatasnamakan isu agama, Selasa (15/3/2011). Sebelumnya, Senin (14/3/2011), Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika kehilangan beberapa harddisk berisi data-data penting mengenai isu-isu pluralisme, khususnya tentang kebebasan beragama.
Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika (ANBTI) kehilangan enam CPU dan monitor komputer serta lima laptop. "Kami baru saja kehilangan arsip penting yang berisi data-data kami tentang korban akibat anti-pluralisme dan korban akibat intimidasi. Yang dicuri komputer kami yang sudah tua sekali. Sementara itu, komputer yang lebih canggih, kamera, dan TV tidak diambil. Sepertinya orang-orang ini sudah mengincar data-data kami yang sangat detail," ungkap salah satu anggota Majelis Nasional ANBTI, Pendeta Emmy Sahertian, saat menghadiri jumpa pers Forum Pluralisme Indonesia di kantor Kontras, Rabu (16/3/2011).
Menurut Emmy, seseorang yang tak dikenal pada Jumat (11/32011) menelepon anggota ANBTI dan menanyakan lokasi ANBTI. Ia menyatakan butuh data-data. Namun, ANBTI tidak menanggapi permintaan tersebut. Setelah telepon gelap itu, terjadilah aksi pencurian data-data penting milik ANBTI.
Lain lagi teror yang dialami oleh Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta. Beberapa pengacara LBH Jakarta beberapa kali menerima kiriman surat kaleng yang secara garis besar mempertanyakan aktivitas LBH yang serius mengurus advokasi untuk memperjuangkan hak-hak minoritas, termasuk untuk Ahmadiyah.
"Kami juga sudah sering mendapat surat-surat kaleng yang mempertanyakan beberapa dari kami yang merupakan umat Muslim, tetapi tetap mengurus advokasi untuk Ahmadiyah. Bahkan tahun lalu beberapa kaum radikal pernah memukuli pengacara kami di Mahkamah Konstitusi saat kami hendak mengurus undang-undang untuk perlindungan agama. Mereka juga pernah melempari kantor LBH dengan batu. Namun, kami tidak menanggapi surat-surat seperti itu," ungkap salah satu pengacara LBH, Muhammad Isnur.
Menurut Isnur, kejadian yang menimpa Ulil memang menyebarkan ketakutan terhadap mereka yang merupakan pembela-pembela hak asasi manusia (HAM). Namun, hal tersebut tidak akan menyurutkan semangat mereka untuk memperjuangkan penegakan HAM dan kaum minoritas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.