Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Bandingkan Pengalaman Indonesia

Kompas.com - 04/02/2011, 21:14 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Untuk mendapatkan gambaran mengenai transisi demokrasi yang kini sedang berlangsung di Mesir, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Jumat (4/2/2011), meminta pandangan Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng.

Pengalaman transisi demokrasi di Indonesia 12 tahun yang lalu pada tahun 1997-1998, diakui sangat penting dan relevan dengan transisi demokrasi yang kini tengah berlangsung di Mesir.

Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, saat ditanya pers, seusai dipanggil Presiden Yudhoyono di Kantor Presiden, Kompleks Istana, Jakarta, Jumat sore, menyatakan Presiden Yudhoyono baru sebatas ingin mendapatkan gambaran dan pengalaman yang terjadi antara di Indonesia dan di Mesir.

"Jadi, belum sejauh itu untuk menawarkan pengalaman transisi demokrasi itu kepada Presiden Hosni Mubarak. Presiden hanya ingin mendapatkan penjelasan bagaimana pengalaman yang pernah terjadi di Indonesia. Apakah pengalaman Indonesia relevan bagi Mesir," katanya.

Menurut Marty, setelah pemerintah melakukan evakuasi warga negara Indonesia dan memberikan bantuan untuk jaminan keamanan dan keselamatan WNI, tentunya Presiden Yudhoyono ingin dapat melakukan apa yang bisa dilakukannya lagi. "Sebab, Mesir adalah negara yang memiliki jejak luas terkait keanggotaannya sebagai anggota negara-negara Islam (OKI), Liga Arab, dan juga anggota Gerakan Non-Blok, serta negara Timur Tengah," ujar Marty.

Sementara, sebagai Doktor Ilmu Politik Northern Illinois University, Amerika Serikat, Andi membenarkan dirinya bersama Presiden Yudhoyono bertukar pendapat mengenai transisi demokrasi yang kini berlangsung di Mesir. "Sebagai negara sahabat, tentu kita peduli, bagaimana transisi demokrasi di Mesir itu bisa berjalan dengan damai dan berakhir dengan baik," ujar Andi.

Ditanya apakah Presiden Yudhoyono akan memberikan pandangan juga kepada Presiden Mesir Hosni Mubarak, Andi mempersilakan pers bertanya langsung kepada Menlu. "Saya belum tahu. Coba tanya saja kepada Pak Marty," ungkapnya.

Antisipasi kelompok radikal

Lebih jauh, mengenai kemungkinan masuknya kelompok radikal dalam evakuasi WNI dari Kairo, Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar mengaku mendata dengan ketat setiap WNI yang dievakuasi. "Tentu, kita melakukannya dengan ketat dan identitas yang jelas untuk mencegahnya," kata Patrialis.

Menurut Patrialis, pihaknya mengirimkan surat perjalanan laksana paspor (SPLP) terhadap WNI di Kairo yang paspornya hilang. "Kami juga menerapkan sistem on board (pemeriksaan di atas pesawat) untuk langsung dapat mengecek setiap warga yang dipulangkan," katanya.

Selanjutnya, kata Patrialis, pihaknya sudah mengirimkan 3.000 paspor kosong yang tercatat oleh Imigrasi bagi setiap WNI. "Jadi, kami benar-benar antisipasi persyaratan administrasi kepulangan dan pencegahannya (masuknya kelompok radikal)," katanya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

    Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

    Nasional
    Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

    Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

    Nasional
    Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

    Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

    Nasional
    Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan 'Amicus Curiae' seperti Megawati

    Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan "Amicus Curiae" seperti Megawati

    Nasional
    Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah 'Nyapres' Tidak Jadi Gubernur Jabar

    Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah "Nyapres" Tidak Jadi Gubernur Jabar

    Nasional
    Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

    Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

    Nasional
    Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

    Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

    Nasional
    Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

    TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

    Nasional
    Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

    Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

    Nasional
    Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

    Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

    Nasional
    Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

    Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

    Nasional
    Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

    Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

    Nasional
    Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited  Capai Rp 17,43 Miliar

    Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited Capai Rp 17,43 Miliar

    Nasional
    KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

    KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com