JAKARTA, KOMPAS.com — Peringatan dan ancaman dari Front Pembela Islam atau FPI terhadap panitia Q-Film Festival dinilai kurang tepat jika tanpa disertai penilaian obyektif terhadap film-film yang akan diputar.
Komisioner Komnas HAM Bidang Penyelidikan dan Pemantauan Johny Nelson Simanjuntak mengatakan bahwa selama film-film bertemakan kelompok lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) ini bersifat edukasi, pemutarannya tak perlu dipersoalkan.
"Pemberhentian pemutaran film itu harus dilihat dalam konteks apakah di dalamnya dominan karena unsur edukasi atau unsur-unsur yang mendorong perilaku yang tidak bersusila, misalnya terkait pornografi. Kalau tujuannya edukasi, ya tidak masalah. Itu kan dari UU Pornografi juga tidak masalah kalau bersifat edukasi," ungkapnya kepada Kompas.com, Rabu (29/9/2010).
Meski mengaku belum pernah menonton film-film yang akan diputar, Johny cukup yakin film-film tersebut bersifat edukasi karena panitia membatasi para penontonnya, yaitu dari kalangan LGBT saja. Tujuannya pun kepada personal kalangan LGBT.
"Saya belum lihat. Tetapi, saya yakin tujuannya untuk edukasi, yaitu agar mereka, kaum transeksual itu, mengetahui problem mereka sendiri dan bagaimana mengatasinya," tambahnya.
Sebagai informasi, Q-Film Festival 2010 digelar dari 24 September sampai 3 Oktober di Jakarta. Festival tahun ini rencananya juga akan digelar di Surabaya, Malang, Bali, Yogyakarta, dan Makassar secara bertahap sampai 22 Oktober.
Selain pemutaran film, panitia juga menggelar sejumlah kegiatan, seperti pameran dan juga acara perjodohan gay. Namun, untuk dapat mengikuti rangkaian acara dan pemutaran film ini, penonton terlebih dahulu harus terdaftar sebagai anggota Q-munity.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.