Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika Atasi Radikalisme Agama di Indonesia

Kompas.com - 07/12/2009, 19:13 WIB

MELBOURNE, KOMPAS.com - Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika berperan penting dalam melestarikan keragaman budaya dan agama, serta memelihara perdamaian dan harmoni di Indonesia. Anand Krishna dan Maya Safira Muchtar dari Yayasan Anand Ashram mengungkapkan hal ini dalam Parliament of the World’s Religions 2009 di Melbourne, Australia.

Menurut Anand Krishna,  sila pertama Pancasila yakni Ketuhanan Yang Maha Esa,  menjamin kebebasan baik para pemeluk agama dan aliran kepercayaan, maupun tidak, untuk beribadah (ataupun untuk tidak beribadah) sesuai dengan agama dan sistem kepercayaan masing-masing. "Semboyan negara Bhinneka Tunggal Ika sebenarnya lebih dari sekedar makna ‘persatuan,’ tapi merupakan apresiasi dari keragaman itu sendiri, melihat keragaman sebagai suatu keindahan daripada sebuah perbedaan belaka," kata Anand Krishna, yang ditunjuk sebagai Duta Besar Lintas Agama sejak akhir Agustus 2009 lalu.

Dalam acara di Parliament of the World’s Religions 2009 di Melbourne itu, Anand dan Maya Safira mempresentasikan “Mengapresiasi dan Membudayakan Bhinneka Tunggal Ika (Persatuan dalam Keragaman) dan Pancasila untuk Mengatasi Radikalisme Agama di Indonesia”.

Anand Krishna menceritakan sejarah dari kepulauan dan kearfian lokal Indonesia yang mempunyai kemiripan akar budaya dengan peradaban kuno India dan Asia Tenggara. Krishna juga berbicara tentang Australia dan keterlibatan Raja Kubera dari Astraleh (Australia di masa lampau) dalam keterlibatan cerita epik Ramayana. Raja Kubera adalah saudara laki-laki dari Raja Ravana (kebalikan dari saudara laki-lakinya yang tidak baik, Kubera adalah raja yang baik). Australia telah menjadi teman yang baik bagi Indonesia untuk millenium ini, dan hal ini seharusnya berlanjut -- walaupun tidak terbatas – dalam memerangi radikalisme beragama bagi perdamaian dan kesejahteraan wilayah.

Anand Krishna mengkritisi kebijakan dan pengaruh negara-negara petrodollar  yang telah mengikis budaya-budaya lokal Indonesia, dan menggantinya dengan budaya-budaya keras yang sama sekali tidak menghormati apresiasi terhadap keragaman. "Hukum Syariat di Aceh adalah salah satu contoh. Fenomena ini sama sekali tidak membantu perdamaian bagi keseluruhan negara. Kebenaran sejarah menceritakan bagaimana Aceh pernah mengalami masa-masa damai ketika diurus oleh para wanita. Selama pemerintahan empat Sultan Aceh di masa lampau, Aceh mengalami masa-masa kejayaan dan perdamaian, dengan menerima secara terbuka semua orang dari berbagai latar belakang etnis dan kepercayaan yang mengunjungi tanah Aceh," ungkap Anand kepada sekitar 100 peserta dari berbagai negara, etnik, agama, tradisi dari seluruh dunia.

Tidak ada kaitan dengan agama
Krishna menegaskan, naiknya data konflik beragama di Indonesia ini sebenarnya tidak ada kaitannya dengan agama. “Apa yang terjadi di Indonesia sekarang ini adalah pertikaian antara para radikal melawan mereka yang mempertahankan budaya Indonesia. Dan kekuatan di balik semua ini adalah uang dan akhirnya kekuasaan, yang mengalir dari Amerika Serikat dan baru-baru ini juga dari Arab Saudi," jelasnya.

Sebagai tindakan penyeimbang, Anand Krishna menyarankan sebuah seruan bersahabat kepada para pemimpin agama untuk tidak mempromosikan upaya pergantian agama yang dapat menciptakan ketidaksenangan dan keradikalan.

Krishna juga tidak lupa menjelaskan pentingnya Tibet bagi Indonesia. Hubungan antarkedua negara sudah terjalin sejak lebih dari seribu tahun yang lalu ketika Dharmakirti Swarnadwipi dari Sriwijaya (sekarang Sumatera) mengajarkan muridnya Asiha dari Tibet teknik Meditasi Tong Len (Terima dan Kasih)

Pembicara kedua dari Indonesia, Maya Muchtar juga memberikan sudut pandang pada keragaman beragama di Indonesia. “Sayangnya, kata harmoni tidak dipraktikkan sebagaimana mestinya di Indonesia,” katanya. “   Untuk mempromosikan nilai-nilai perdamaian sejati dari Islam, Maya bersama teman-temannya telah membentuk “The Islamic Movement for Non Violence” (Gerakan Islam Anti Kekerasan).

Ditegaskannya, Pancasila lebih dari sekaar ideologi. "Pancasila adalah saripati dari kearifan lokal budaya-budaya yang ada di Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika adalah pengingat bagi kita semua untuk mengapresiasikan keberagaman kita melalui Cinta. Tidak ada cara lain. Cinta, dan kebangkitan dari Pancasila serta Bhinneka Tunggal Ika adalah jalan satu-satunya untuk menyelamatkan Indonesia dari kehancuran dan memulihkan kembali negara ini seperti yang telah diimpikan oleh para pendiri bangsa ini. Bila, Dunia Internasional memulai untuk mengapresiasi nilai-nilai universal dari Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, maka kita berharap Indonesia juga akan melakukan hal yang sama," tandasnya.

 
 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pendiri Mustika Ratu Mooryati Soedibyo Meninggal Dunia di Usia 96 Tahun

Pendiri Mustika Ratu Mooryati Soedibyo Meninggal Dunia di Usia 96 Tahun

Nasional
Sirekap Dipakai Lagi di Pilkada, KPU Siap Sempurnakan Sesuai Saran MK

Sirekap Dipakai Lagi di Pilkada, KPU Siap Sempurnakan Sesuai Saran MK

Nasional
Bongkar Pemerasan SYL, Jaksa KPK Bakal Hadirkan Sespri Sekjen Kementan di Pengadilan

Bongkar Pemerasan SYL, Jaksa KPK Bakal Hadirkan Sespri Sekjen Kementan di Pengadilan

Nasional
MK Minta Sirekap Dikembangkan Lembaga Mandiri, KPU Singgung Kemandirian Penyelenggara Pemilu

MK Minta Sirekap Dikembangkan Lembaga Mandiri, KPU Singgung Kemandirian Penyelenggara Pemilu

Nasional
Pelajaran Berharga Polemik Politisasi Bansos dari Sidang MK

Pelajaran Berharga Polemik Politisasi Bansos dari Sidang MK

Nasional
Prabowo-Gibran Akan Pidato Usai Ditetapkan KPU Hari Ini

Prabowo-Gibran Akan Pidato Usai Ditetapkan KPU Hari Ini

Nasional
Penetapan Prabowo-Gibran Hari Ini, Ganjar: Saya Belum Dapat Undangan

Penetapan Prabowo-Gibran Hari Ini, Ganjar: Saya Belum Dapat Undangan

Nasional
Prabowo-Gibran Sah Jadi Presiden dan Wapres Terpilih, Bakal Dilantik 20 Oktober 2024

Prabowo-Gibran Sah Jadi Presiden dan Wapres Terpilih, Bakal Dilantik 20 Oktober 2024

Nasional
[POPULER NASIONAL] Para Ketum Parpol Kumpul di Rumah Mega | 'Dissenting Opinion' Putusan Sengketa Pilpres Jadi Sejarah

[POPULER NASIONAL] Para Ketum Parpol Kumpul di Rumah Mega | "Dissenting Opinion" Putusan Sengketa Pilpres Jadi Sejarah

Nasional
Sejarah Hari Bhakti Pemasyarakatan 27 April

Sejarah Hari Bhakti Pemasyarakatan 27 April

Nasional
Tanggal 26 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 26 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Golkar Ungkap Faktor Keadilan Jadi Rumusan Prabowo Bentuk Komposisi Kabinet

Golkar Ungkap Faktor Keadilan Jadi Rumusan Prabowo Bentuk Komposisi Kabinet

Nasional
Soal Gugatan PDI-P ke PTUN, Pakar Angkat Contoh Kasus Mulan Jameela

Soal Gugatan PDI-P ke PTUN, Pakar Angkat Contoh Kasus Mulan Jameela

Nasional
Prabowo: Kami Akan Komunikasi dengan Semua Unsur untuk Bangun Koalisi Kuat

Prabowo: Kami Akan Komunikasi dengan Semua Unsur untuk Bangun Koalisi Kuat

Nasional
PDI-P Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda, KPU: Pasca-MK Tak Ada Pengadilan Lagi

PDI-P Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda, KPU: Pasca-MK Tak Ada Pengadilan Lagi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com