Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kristiadi: Anggota DPR Masih seperti Anak TK

Kompas.com - 11/11/2009, 19:26 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Kericuhan yang terjadi dalam rapat dengar pendapat antara Komisi III dan sejumlah kalangan masyarakat sipil macam lembaga swadaya masyarakat (LSM), kalangan akademisi, mahasiswa, dan para pegiat antikorupsi, Selasa malam kemarin, kembali memicu kecaman terhadap lembaga legislatif.

Peneliti senior Center for Strategic and International Studies (CSIS) J Kristiadi menilai pernyataan mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid beberapa tahun lalu, yang menyebut anggota DPR punya sifat seperti sekumpulan murid taman kanak-kanak (TK), tampaknya masih sangat relevan sampai sekarang. Hal itu disampaikan Kristiadi, Rabu (11/11), seusai berbicara dalam diskusi terbatas di Departemen Pertahanan.

Dia memperingatkan para anggota legislatif agar ingat kalau mereka tidak lebih dari sekadar wakil rakyat, yang seharusnya peka dan menuruti kemauan dan perasaan rakyat akan keadilan. "Saya masih ingat omongan Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid) itu dan sepertinya masih relevan sampai sekarang. Buat saya, yang namanya anggota DPR itu seharusnya berkualitas dalam arti mengerti aspirasi, dinamika, dan suasana batin masyarakat," ujar Kristiadi.

Sebagai wakil rakyat, anggota legislatif diminta punya dan memperlihatkan empati pada rasa keadilan masyarakat. Kristiadi bahkan menilai sebagian besar dari anggota Komisi III kemarin tampak masih belum punya kualitas macam itu, yang menjadikan mereka belum pantas menjadi anggota DPR. "Kok, ya bisa enggak nyambung itu antara rakyat dengan wakilnya. Fenomena kemarin menunjukkan mindset dan paradigma para anggota legislatif itu masih jauh dari yang kita harapkan. Sangat disayangkan sekali," ujar Kristiadi.

Lebih lanjut, tambah Kristiadi, jika kondisi seperti itu terus terulang dan terjadi, dirinya mengaku sangat pesimistis anggota DPR periode 2009-2014 ini tidak akan menghasilkan apa-apa yang berarti bagi rakyat Indonesia. Apalagi, jika partai politik juga tidak ambil peduli. Jika seperti itu, menurut Kristiadi, rakyat harus secara tegas mendesak parpol memperbaiki kualitas orang-orang mereka di legislatif. Perbaikan kualitas dalam konteks menjadikan para anggota legislatif sebagai orang-orang yang bersedia menomorsatukan dan bersedia menyerahkan dirinya bagi kepentingan rakyat.

"Perkara mereka kurang jago berdebat atau berbicara, hal itu bisa dipelajari dan diperbaiki. Namun, harus dipastikan mereka punya attitude yang mendahulukan kepentingan rakyat banyak, yang mereka wakili. Anggota DPR sekarang harus segera bertobat dan belajar dari pengalaman kemarin," ujar Kristiadi.

Kristiadi juga meminta masyarakat dalam lima tahun mendatang mempersiapkan diri untuk menjadi lebih kritis dalam memilih calon wakil mereka di legislatif. Selain itu, perlu juga dilakukan perbaikan aturan perundang-undangan, terutama terkait parpol dan dari mana saja mereka mendapat aliran dana untuk membiayai parpol. Dengan cara itu diharapkan masyarakat bisa memastikan tidak lagi terjadi parpol, politisi, dan anggota legislatif hanya mendahulukan kepentingan orang atau pihak tertentu yang telah membiayai mereka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited  Capai Rp 17,43 Miliar

Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited Capai Rp 17,43 Miliar

Nasional
KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

Nasional
Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Nasional
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Nasional
Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Nasional
Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Nasional
KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

Nasional
Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Nasional
Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Nasional
Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

Nasional
PPATK Bakal Tindaklanjuti Informasi Jokowi soal Indikasi Pencucian Uang lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

PPATK Bakal Tindaklanjuti Informasi Jokowi soal Indikasi Pencucian Uang lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com