Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisruh KPK Tekan Rupiah

Kompas.com - 02/11/2009, 10:10 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Kurs rupiah terhadap dollar AS di pasar spot antarbank, Jakarta, Senin (2/11) pagi, merosot 50 poin karena pelaku pasar, terutama asing, melepas rupiah membeli dollar AS karena mereka khawatir dengan berbagai kasus yang terjadi di dalam negeri.
    
Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS menjadi Rp 9.595-Rp 9.605 per dollar AS dibandingkan penutupan hari sebelumnya, Rp 9.540-Rp 9.555, atau turun 55 poin.
    
Pengamat pasar uang, Edwin Sinaga, di Jakarta, Senin, mengatakan, merosotnya rupiah dinilai wajar karena berbagai kasus yang terjadi di dalam negeri memberikan tekanan negatif pasar. "Kasus penahanan dua wakil pimpinan KPK nonaktif yang menimbulkan pro dan kontra memicu kekhawatiran pelaku terhadap hukum di Indonesia," katanya.

Meski demikian, kata Edwin Sinaga yang juga Direktur PT Finan Corpindo Nusa, rupiah masih berpeluang untuk menguat lagi karena investor masih berada di pasar menunggu kelanjutan kasus KPK setelah Presiden menyatakan akan tetap mempertahankan KPK. "Kami optimistis kasus KPK tidak akan berlangsung lama yang mendorong pelaku asing kembali masuk pasar," katanya.
    
Sementara itu, pengamat pasar uang dari Standard Chartered Bank, Fauzi Ichsan, mengatakan, rupiah akan kembali menguat pada akhir tahun ini karena pasar uang itu akan kembali bergairah. "Rupiah diperkirakan akan dapat mencapai angka antara Rp 9.200 sampai Rp 9.300 per dollar," ujarnya.

Waktu yang tinggal dua bulan lagi, menurut Fauzi, akan memberikan peluang bagi rupiah untuk menguat karena Kabinet Indonesia Bersatu II bertekad akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di dalam negeri makin tumbuh dengan baik. "Apalagi, pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi tahun 2010 akan tumbuh lebih besar dibandingkan tahun lalu," ucapnya.

Indonesia, menurut dia, masih merupakan pasar potensial untuk mencari "gain" yang lebih baik ketimbang negara Asia lainnya. "Selisih bunga rupiah terhadap dollar AS yang masih tinggi merupakan faktor utama yang memicu pelaku untuk lebih baik bermain di pasar domestik," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com