Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kunan Tewas Tertimbun Bersama Uang Rp 10 Juta

Kompas.com - 06/10/2009, 11:41 WIB

KOMPAS.com — Bau anyir langsung menyeruak begitu anggota tim dokter Posko Bantuan Polda Sumatera Selatan membuka kantong mayat untuk melakukan identifikasi, sore itu. Hasil identifikasi memastikan jenazah itu merupakan Kunan, lelaki berusia 65 tahun, warga setempat.
   
Jenazah lelaki itu merupakan korban terakhir yang bisa dikeluarkan oleh tim evakuasi dari timbunan tanah longsor di Desa Pulau Air, Kecamatan Patemuan, Kabupaten Padang Pariaman, Sumbar, beberapa saat sebelum berakhirnya masa pencarian pada Senin (5/10) petang. "Ada banyak uang di kantongnya," kata seorang dokter yang tiba-tiba berteriak.
   
Teriakan itu membuat puluhan orang yang berada di sekitar posko terperanjat dan langsung mengerubungi mayat Kunan. Tim evakuasi menemukan jenazah Kunan sekaligus uang tunai yang tak sedikit. Jumlah uang yang ada di saku pria itu diperkirakan mencapai Rp 10 juta.
   
Ketika puluhan orang heboh dan mengabadikan kejadian itu lewat lensa kamera telepon seluler, seorang perempuan terlihat terguncang di ujung sebuah tenda posko bantuan. Perempuan itu adalah Refli (30), anak kandung korban gempa bumi yang baru saja dievakuasi dari timbunan tanah longsor.

Refli mungkin sudah terjerembap ke tanah apabila seorang kerabatnya tak langsung memeluk tubuh perempuan itu yang tiba-tiba lunglai. Air mata Refli tak tertahankan lagi membasahi pipinya. Bibirnya tampak bergetar saat ia berulang kali mengucapkan kalimat tauhid, "La illahaillalah Muhammadurasulullah."
   
Dia tampaknya tak sanggup lagi melihat jasad ayahnya yang sudah membusuk. Ketika berulang kali dokter meminta Refli untuk menerima uang ayahnya, tak setapak pun dia melangkah dari tempatnya berdiri. "Tidak, saya tidak kuat melihatnya," ujar perempuan berjilbab itu.
   
Berkat dorongan dari beberapa orang di sekitarnya, Refli akhirnya berani mendekat dan menerima uang itu. Uang yang diselamatkan dari tubuh Pak Kunan semuanya basah dan berbau busuk. Dengan perlahan dan hati-hati, Refli memasukkan uang itu ke dalam sebuah kantong plastik. Ia masukkan begitu saja uang itu, tanpa mau menghitungnya lagi.
   
Kunan adalah satu korban dari ratusan korban di daerah itu yang tertimbun tanah longsor akibat gempa bumi di 30 September yang melanda Sumatera Barat. Berdasarkan data posko bantuan Polda Sumatera Selatan, jumlah korban jiwa yang tertimbun longsor di tempat itu mencapai 391 orang.
   
Korban jiwa sangat besar karena longsor menimpa tiga desa, yakni Desa Pulau Air, Desa Lebak Laweh, dan Desa Lebahan Panjang. Hingga kini masih ada lebih dari 200 orang yang masih tertimbun longsor dan belum bisa dievakuasi. Di sana sebagian rumah dan penghuninya hilang ditelan bumi.
   
Sejumlah rumah yang tak tertimbun tidak bisa dihuni lagi karena ambruk hingga rata dengan tanah. Sedangkan warga yang rumahnya rusak ringan menyatakan tidak ingin tinggal di rumah itu lagi.
   
Kondisi sama juga terjadi di dusun tetangga mereka, Lubuk Laweh. Di sana hanya tersisa 15 orang yang hidup. Berdasarkan data di Posko PB Padang Pariaman, warga korban tertimbun longsor di Dusun Lubuk Laweh mencapai 130 orang, yang telah dievakuasi 19 orang.
   
Refli mengatakan, ayahnya baru saja selesai menjual kerbau di pasar tak jauh dari desanya. Itu sebabnya banyak uang tunai ditemukan di saku celana Kunan. "Ayah saya kerja berjualan ternak, waktu itu dia baru saja selesai berdagang ketika gempa tiba-tiba terjadi," kata Refli.
   
Keluarga korban memutuskan untuk langsung menguburkan jenazah korban pada saat itu juga di pemakaman umum yang tak jauh dari desa mereka. "Saya cuma bisa pasrah saja," kata Refli.
  
Informasi dari seorang petugas evakuasi, Kunan ditemukan terkubur dengan tangannya menggenggam Al Quran. Malang memang tak bisa ditebak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com