JAKARTA, KOMPAS.com - Musyawarah Nasional VIII Golkar akan segera digelar 4-7 Oktober mendatang di Pekanbaru, Riau. Munas akan memilih pemimpin baru partai berlambang pohon beringin ini. Siapapun yang terpilih akan turut menentukan besarnya perubahan di tubuh Golkar.
Pengamat politik J Kristiadi dengan keras menegaskan agar persaingan menuju kursi kepemimpinan di tubuh Partai Golkar hendaknya didasarkan pada isu kapital atau mengamankan diri. "Kalau orangnya cuma punya tujuan untuk memproteksi, untuk membersihkan diri dari kasus-kasus yang dia alami, dia enggak bisa mengembangkan apa-apa di Golkar," tutur Kristiadi sebelum diskusi di media lounge Golkar, Senin (28/9).
Pemimpin ke depan, ungkapnya, harus bisa mendorong kebangkitan di tubuh Golkar supaya Golkar tak akan terpuruk ke angka tujuh persen pada Pemilu mendatang. "Kalau Golkar mau jadi parpol yang benar harus bangkit dulu dari mimpi buruk yaitu memisahkan diri dari politik pragmatis. Kalau tidak Golkar akan bisa mati," lanjutnya.
Kristiadi tak membantah ketika ditanyakan apakah dua kandidat, yaitu Aburizal Bakrie yang terkait kasus Lapindo dan Tommy Soeharto yang pernah terkait kasus pembunuhan, yang disinggungnya berpotensi 'cuci tangan' dengan kursi kepemimpinan Golkar. "Jangan seperti kura-kura dalam perahulah," ujarnya sambil tertawa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.