Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ambalat, Taruhan Hidup Nelayan Bagan

Kompas.com - 13/06/2009, 10:00 WIB

KOMPAS.com — "Saya tidak tahu ini masuk wilayah Malaysia. Kalau soal batas laut itu urusan negara Indonesia." Sebuah pernyataan tegas meluncur dari mulut Bella, nelayan Desa Tanjung Aru, Kecamatan Sebatik, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur, saat bertemu di bagan ikan milik Nasrun, rekan Bella di ambang batas laut (ambalat) Indonesia di laut Sulawesi.

Pernyataan itu merupakan jawaban Bella ketika beberapa bulan lalu, ia bertemu beberapa petugas Police Marine Malaysia yang datang ke bagan miliknya saat petugas Polisi Air atau TNI Angkatan Laut tidak sedang berpatroli di daerah tersebut. "Setelah saya jawab, para petugas Police Marine Malaysia itu pergi," tuturnya.

Nasrun juga mengalami hal yang sama. Namun, petugas Police Marine Malaysia tidak berani naik karena melihat ada bendera merah putih berkibar di atas bagan. "Mereka hanya memotret-motret bagan saya sebentar," katanya.

Didatangi, dipaksa tidak mencari ikan di ambalat oleh aparat Malaysia ternyata tidak satu kali dua kali. Peristiwa itu sudah berkali-kali terjadi sehingga menjadi rahasia umum di kalangan nelayan Sebatik. Pengalaman yang sama juga terungkap dari beberapa nelayan Tarakan dan Nunukan.

Bahkan, sebelum kapal perang Indonesia (KRI) mengusir aksi manuver kapal perang Malaysia beberapa waktu lalu, tiga kapal nelayan dari Tarakan dan Nunukan dicegat di perairan ambalat, tanggal 27 Mei lalu. "Kami dipaksa tanda tangan dan cap jempol pada sebuah surat pernyataan. Setelah itu disuruh kembali ke Tarakan," kata Irham, salah satu juragan kapal tersebut.

Akibat kondisi itulah sebagian nelayan di utara Kaltim sempat tidak berani mencari ikan di perairan ambalat. Seakan-akan nelayan setempat sudah tak berhak berada di sana. Untuk memastikan masih berada di perairan Indonesia itulah sekitar 200 bagan yang berada antara perairan Sungai Tawain, Sebatik, dan perairan ambalat pun dipasangi bendera merah putih.

Setelah enam kapal KRI terus berpatroli secara bergantian, dalam sepekan terakhir, perairan ambalat mulai aman untuk pelayaran. Kondisi itu terasa ketika satu malam berada di bagan ikan milik Nasrun, hari Minggu (7/6) malam.

Bagan Nasrun berada hanya beberapa mil dari rambu suar Karang Unarang di perairan ambalat. Dari bagan berukuran 9,5 x 9,5 meter tersebut, cuma butuh waktu sekitar 30 menit berlayar untuk mencapai rambu suar Karang Unarang.

Sekadar mengingatkan, rambu suar ini yang dibangun tahun 2005, saat pengerjaannya sempat terganggu karena diduga tentara Malaysia saat itu menangkap dan menganiaya beberapa pekerja yang sedang membangunnya.

Berpatokan rambu suar itulah beberapa tahun terakhir para nelayan Sebatik berani membuat bagan, apalagi di rambu suar itu juga dipasangi bendera Merah Putih. Bendera itu tiga bulan sekali diganti karena robek-robek akibat terkena terpaan angin laut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com