JAKARTA, KOMPAS.com — Dalam Deklarasi Pemilu Damai Presiden dan Wakil Presiden 2009 yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Hotel Bumikarsa Bidakara, Rabu (10/6), setiap pasangan calon presiden dan wakil presiden diberi kesempatan untuk mempersembahkan salah satu kesenian.
Pasangan capres dan cawapres Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto menghadirkan kesenian Kentongan yang berasal dari daerah Purbalingga, Jawa Tengah. Tarian pria dan wanita yang berseragam merah ini diiringi musik daerah dan juga lagu "Gebyar-Gebyar" yang diciptakan oleh adik Mega, Guruh Soekarnoputra.
Kesenian yang memukau ini mendapat penghormatan dari para hadirin yang datang dengan senyum dan tepuk tangan. Namun, pasangan SBY dan Boediono tampak tidak tersenyum sedikit pun. Tarian kemudian selesai dan diikuti dengan monolog oleh seniman Butet Kertaredjasa.
Dalam monolog ini, Butet menggambarkan kondisi bangsa Indonesia lima tahun terakhir yang cukup menyedihkan. Menurut Butet, perlu gebrakan dari pemimpin yang berpihak kepada rakyat dan membawa kemajuan bangsa, dan pemimpin itu adalah Megawati dan Prabowo. Itulah setidaknya pendapat Butet.
"Nilai kedamaian sesungguhnya ada pada budaya kita sehari-hari. Nomor satu, kita harus berdamai dengan diri kita sendiri. Hari ini kenapa saya ada di sini karena saya yakin mereka sudah berdamai dengan diri mereka sendiri," ujar Butet.
Sepanjang Butet ber-monolog, tak sesungging senyum pun yang diberikan oleh SBY. Begitu pula dengan Boediono. Substansi monolog Butet memang kerap "menyindir" produk-produk pemerintahan yang dipimpin oleh SBY, mulai dari banyaknya utang, direbutnya hak paten batik dan kesenian reog, Blok Ambalat, para tenaga kerja Indonesia (TKI) dan tenaga kerja wanita (TKW) yang kerap disiksa, pesawat militer yang berturut-turut jatuh, hingga upaya pemberantasan korupsi yang tak maksimal.
"Ada anekdot, jangankan untuk bertempur, pesawatnya sudah jatuh duluan. Upaya pemberantasan korupsi masih tebang pilih," tutur Butet diikuti tepuk tangan hadirin, tetapi tidak dengan SBY.
Seakan tak puas menyindir dengan lima materi, Butet kembali menyindir pasangan SBY-Boediono yang sebelumnya bercita-cita untuk menang satu putaran. Lembaga survei, katanya, bisa dipesan untuk apa saja. "Mau satu putaran juga bisa," katanya disambut tepuk tangan hadirin.
Pasangan Jusuf Kalla dan Wiranto tersenyum, tetapi lagi-lagi tidak dengan SBY dan Boediono.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.