Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sepanjang Penampilan Butet, SBY-Boediono Tak Tersenyum

Kompas.com - 10/06/2009, 20:53 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Dalam Deklarasi Pemilu Damai Presiden dan Wakil Presiden 2009 yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Hotel Bumikarsa Bidakara, Rabu (10/6), setiap pasangan calon presiden dan wakil presiden diberi kesempatan untuk mempersembahkan salah satu kesenian.

Pasangan capres dan cawapres Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto menghadirkan kesenian Kentongan yang berasal dari daerah Purbalingga, Jawa Tengah. Tarian pria dan wanita yang berseragam merah ini diiringi musik daerah dan juga lagu "Gebyar-Gebyar" yang diciptakan oleh adik Mega, Guruh Soekarnoputra.

Kesenian yang memukau ini mendapat penghormatan dari para hadirin yang datang dengan senyum dan tepuk tangan. Namun, pasangan SBY dan Boediono tampak tidak tersenyum sedikit pun. Tarian kemudian selesai dan diikuti dengan monolog oleh seniman Butet Kertaredjasa.

Dalam monolog ini, Butet menggambarkan kondisi bangsa Indonesia lima tahun terakhir yang cukup menyedihkan. Menurut Butet, perlu gebrakan dari pemimpin yang berpihak kepada rakyat dan membawa kemajuan bangsa, dan pemimpin itu adalah Megawati dan Prabowo. Itulah setidaknya pendapat Butet.

"Nilai kedamaian sesungguhnya ada pada budaya kita sehari-hari. Nomor satu, kita harus berdamai dengan diri kita sendiri. Hari ini kenapa saya ada di sini karena saya yakin mereka sudah berdamai dengan diri mereka sendiri," ujar Butet.

Sepanjang Butet ber-monolog, tak sesungging senyum pun yang diberikan oleh SBY. Begitu pula dengan Boediono. Substansi monolog Butet memang kerap "menyindir" produk-produk pemerintahan yang dipimpin oleh SBY, mulai dari banyaknya utang, direbutnya hak paten batik dan kesenian reog, Blok Ambalat, para tenaga kerja Indonesia (TKI) dan tenaga kerja wanita (TKW) yang kerap disiksa, pesawat militer yang berturut-turut jatuh, hingga upaya pemberantasan korupsi yang tak maksimal.

"Ada anekdot, jangankan untuk bertempur, pesawatnya sudah jatuh duluan. Upaya pemberantasan korupsi masih tebang pilih," tutur Butet diikuti tepuk tangan hadirin, tetapi tidak dengan SBY.

Seakan tak puas menyindir dengan lima materi, Butet kembali menyindir pasangan SBY-Boediono yang sebelumnya bercita-cita untuk menang satu putaran. Lembaga survei, katanya, bisa dipesan untuk apa saja. "Mau satu putaran juga bisa," katanya disambut tepuk tangan hadirin.

Pasangan Jusuf Kalla dan Wiranto tersenyum, tetapi lagi-lagi tidak dengan SBY dan Boediono.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

Nasional
Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Nasional
Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Nasional
Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

Nasional
PPATK Bakal Tindaklanjuti Informasi Jokowi soal Indikasi Pencucian Uang lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

PPATK Bakal Tindaklanjuti Informasi Jokowi soal Indikasi Pencucian Uang lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

Nasional
Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Koarmada I Siapkan KRI Halasan untuk Tembak Rudal Exocet

Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Koarmada I Siapkan KRI Halasan untuk Tembak Rudal Exocet

Nasional
Yusril: Tak Ada Bukti Kuat Kubu Prabowo-Gibran Curang di Pilpres 2024

Yusril: Tak Ada Bukti Kuat Kubu Prabowo-Gibran Curang di Pilpres 2024

Nasional
Hakim MK Diminta Selamatkan Konstitusi lewat Putusan Sengketa Pilpres 2024

Hakim MK Diminta Selamatkan Konstitusi lewat Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
MK Bakal Unggah Dokumen 'Amicus Curiae' agar Bisa Diakses Publik

MK Bakal Unggah Dokumen "Amicus Curiae" agar Bisa Diakses Publik

Nasional
PSI Punya 180 Anggota DPRD, Kaesang: Modal Baik untuk Pilkada

PSI Punya 180 Anggota DPRD, Kaesang: Modal Baik untuk Pilkada

Nasional
Polri Sebut 8 Teroris yang Ditangkap di Sulteng Pernah Latihan Paramiliter di Poso

Polri Sebut 8 Teroris yang Ditangkap di Sulteng Pernah Latihan Paramiliter di Poso

Nasional
MK Kirim Surat Panggilan untuk Hadiri Pembacaan Putusan Sengketa Pilpres 2024

MK Kirim Surat Panggilan untuk Hadiri Pembacaan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Putusan MK Soal Sengketa Pilpres 2024 Dinilai Bakal Tunjukan Apakah Indonesia Masih Negara Hukum

Putusan MK Soal Sengketa Pilpres 2024 Dinilai Bakal Tunjukan Apakah Indonesia Masih Negara Hukum

Nasional
Daftar Aset Mewah Harvey Moeis yang Disita Kejagung dalam Kasus Dugaan Korupsi Timah

Daftar Aset Mewah Harvey Moeis yang Disita Kejagung dalam Kasus Dugaan Korupsi Timah

Nasional
Hanya Pihak Berkepentingan yang Boleh Hadir di Sidang Putusan Sengketa Pilpres

Hanya Pihak Berkepentingan yang Boleh Hadir di Sidang Putusan Sengketa Pilpres

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com