Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prajurit Terlatih TNI Bisa Habis akibat Kecelakaan

Kompas.com - 10/06/2009, 05:23 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah seharusnya berupaya menginventarisasi dan memisahkan aset yang efektif dan rongsokan dalam kelompok alat utama sistem persenjataan yang digunakan Tentara Nasional Indonesia. Selama ini kondisi alutsista itu dalam laporannya tidak jelas mana yang masih layak dan yang tidak dapat dipakai lagi.

Demikian dikatakan Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Anwar Nasution seusai bertemu dengan DPR di Jakarta, Selasa (9/6). Ia menjelaskan, neraca Departemen Pertahanan dan Markas Besar TNI mencatat penguasaan aset senilai Rp 163 triliun atau 24 persen dari total aset tetap (aset berupa sarana fisik, bukan nonfisik seperti surat utang pemerintah).

Sekitar Rp 47 triliun atau 29 persen dari aset tetap Dephan dan TNI itu berupa alat utama sistem persenjataan (alutsista). Padahal, untuk mengetahui kesiapan tempur TNI, kondisi aset itu perlu diketahui mana yang masih efektif, yang menjadi rongsokan, dan yang teknologinya ketinggalan zaman.

”Ketidakcermatan dalam melaporkan kondisi alutsista akan mengakibatkan DPR, pemerintah, dan pengguna laporan keuangan tersesat dalam mengambil keputusan. Dengan mengatasi kelemahan ini, saya berharap kecelakaan bisa dihindari,” ujarnya.

Hingga saat ini BPK baru bisa mengaudit kondisi keuangan Dephan dan TNI, tetapi belum bisa menentukan kemampuan alutsista. ”Kami tak memiliki ahlinya. Kami tak bisa menilai atau memperhitungkan, jika Indonesia perang, pasti menang,” tuturnya.

Habiskan SDM andal

Secara terpisah, pengamat militer dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Andi Widjojanto, Selasa di Jakarta, mengatakan, sejumlah kecelakaan bertubi-tubi yang menimpa alutsista TNI, yang merenggut korban jiwa, sangat merugikan. Kerugian itu tidak hanya berdasarkan jumlah dan nilai persenjataan yang rusak atau hancur, melainkan juga akibat kehilangan sumber daya manusia (SDM) personel TNI yang terlatih dan profesional, seperti pilot dan awak pesawat, maupun helikopter dan personel pasukan khusus.

Menurut Andi, yang paling sulit digantikan adalah membentuk kembali pasukan berklasifikasi khusus, apalagi mereka yang pernah dikirim belajar ke luar negeri. ”Pembentukan pasukan komando butuh pelatihan selama enam bulan, ditambah berbagai program pelatihan khusus rutin yang diselenggarakan per tahun. Indeksnya, per prajurit komando membutuhkan biaya sedikitnya 300 dollar AS per hari,” ujarnya.

Andi memprihatinkan berulangnya sejumlah kecelakaan pesawat militer. Ini dapat berdampak buruk pada mental dan moral prajurit TNI secara keseluruhan. Proses demoralisasi terjadi sebab muncul anggapan keselamatan prajurit TNI sama sekali tidak diperhatikan.

Menurut Andi, sudah saatnya Mabes TNI dan Dephan membentuk tim khusus untuk mencari penyebab sejumlah peristiwa kecelakaan belakangan ini. Tak hanya mengungkap penyebab teknis, tim gabungan itu juga bertugas mengungkap sebab struktural kecelakaan alutsista.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Nasional
Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan 'Amicus Curiae' seperti Megawati

Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan "Amicus Curiae" seperti Megawati

Nasional
Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah 'Nyapres' Tidak Jadi Gubernur Jabar

Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah "Nyapres" Tidak Jadi Gubernur Jabar

Nasional
Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Nasional
Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Nasional
Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

Nasional
Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited  Capai Rp 17,43 Miliar

Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited Capai Rp 17,43 Miliar

Nasional
KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

Nasional
Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Nasional
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com