Makassar, Kompas - Potensi gologan putih alias tidak menyalurkan hak pilih dalam Pemilu 2009, tidaklah sebesar yang dikhawatirkan bilamana isu yang ditawarkan oleh para calon legislatif dan calon presiden menyentuh akar persoalan mereka. Khusus untuk masyarakat di Kawasan Timur Indonesia, isu yang strategis adalah ketidakadilan ekonomi serta ketimpangan infrastruktur. "Mestinya, para caleg dan capres melihat isu ini sebagai hal strategis," kata Dr Hasrullah, pakar komunikasi politik Universitas Hasanuddin, Makassar, Dr Hasrullah, Minggu (8/2), terkait kekhawatiran tingginya jumlah golongan putih dalam Pemilu 2009. Hasrullah yang mendalami konflik sosial di sejumlah wilayah di Kawasan Timur Indonesia menilai, ketidakadilan ekonomi merupakan salah satu akar masalah timbulnya konflik di Ambon, Poso, dan dan sejumlah daerah di Papua. Pada kadar tertentu, kelompok kepentingan membelokkan isu benturan horizontal ke isu agama dan ras. Situasi itu diperkeruh oleh lemahnya infrastruktur, termasuk transportasi dan telekomunikasi. Ia menambahkan, tidak lancarnya transportasi darat, laut, dan udara, serta banyaknya area blank spot telekomunikasi membuat komunikasi antarkomunitas tidak berjalan baik. Pada gilirannya situasi itu memantik kecurigaan antarkomunitas lalu memicu bentrokan tak berkesudahan. Ia menilai, Kawasan Timur Indonesia adalah gudang masalah yang selama ini hanya dikunjungi oleh petinggi politi dan pemerintahan dari pusat jika terjadi bencana alam, semisal bencana kelaparan di Yahukimo (Papua) dan gempa bumi di Manokwari (Papua Barat). Kalaupun ada kunjungan tanpa bencana biasanya lebih kental dengan seremonial. Nyaris tak ada waktu khusus dan luang bagi petinggi -- termasuk pejabat Kementerian Daerah Tertinggal -- untuk menyelami persoalan di Kawasan Timur Indonesia. Padahal, kawasan ini merupakan gudangnya masalah strategis untuk eksistensi NKRI di masa depan. "Ketertinggalan ekonomi dan infrastruktur di tengah potensi ekonomi yang tinggi -- sangat berisiko memelihara gerakan separatisme. Ini sangat berbahaya jika apatisme politik tidak diretas dengan isu yang tepat," papar Hasrullah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.