LHOKSEUMAWE, KOMPAS.com - Di bawah terik matahari Desa Bluka Teubai, Kabupaten Aceh Utara, Abdullah (84 tahun) sibuk memilah daun pohon sagu. Beberapa helai daun yang diambilnya kemudian dianyaman dengan rotan, dan dijadikan atap rumbia.
Kegiatan menganyam itu Abdullah lakukan hampir setiap hari di halaman rumahnya. Tujuannya bukan sekadar untuk mencari penghasilan, tapi Abdullah ingin tetap bisa produktif di usia senjanya.
“Bosan katanya kalau duduk-duduk terus. Heeh. Jadi kalau begini kan ada kegiatan. Alhamdulillah, enggak banyak sedikit pun ada,” ujar Zubaidah (47), anaknya, saat menerjemahman perkataan Abdullah, Senin (27/5/2024).
Abadullah, kata Zubaidah, kurang fasih menggunakan bahasa Indonesia ketika berbicara. Sehari-harinya, lansia itu hampir sepenuhnya menggunakan bahasa daerah.
Baca juga: Puncak Perayaan Hari Lansia Nasional 2024 Bakal Digelar di Aceh Utara
Menurut Zubaidah, pihak keluarga sudah memintanya untuk tidak bekerja, demi menjaga kesehatannya, tetapi Abdullah menolak untuk berdiam diri di rumah.
Pihak keluarga pun akhirnya memfasilitasi Abdullah yang terampil menganyam atap rumbia. Hitung-hitung, sebagai pengganti pekerjaan Abdullah sebelumnya sebagai pemanjat pohon kelapa.
“Sehari enggak ada daun pusing dia. Kalau mau panjat kelapa kan sudah enggak mungkin lagi ini ya,” ujar Zubaidah berkelakar.
Kegiatan untuk mengisi luang itu akhirnya menjadi mata pencaharian Abdullah. Setiap pekan ataupun bulan, hampir dipastikan ada pembeli yang datang dan memborong atap rumbia buatannya.
Abdullah yang awalnya harus membeli bahan-bahan, kemudian bekerja sama dengan pemasok daun sagu dan rotan. Sistem bagi hasil pun kemudian dijalankan.
“Harga Rp 8.000 (per satu lembar atap rumbia),” kata Abdullah.
Menurut Zubaidah, dalam sehari ayahnya mampu membuat sedikitnya 7 lembar atap rumbia. Pada momen-momen tertentu, Abdullah bahkan bisa menganyam 10 lembar atap rumbia.
“Tergantung fisiknya. Kadang-kadang, paling minimal tujuh, kadang lebih sepuluh. Kalau sehat sepuluh lebih,” ucap Zubaidah.
Adapun atap rumbia buatan Abdullah tak hanya di beli oleh warga Desa Bluka Teubai. Terdapat pelanggan dari daerah lain yang membeli untuk keperluan atap tempat pembuatan batu bata.
“Bukan orang sini juga beli pak. Kadang sekarang kan orang buat tempat pembuatan batu bata, jadi beli ini untuk atapnya. Pakai ini katanya lebih murah,” tutur Zubaidah.
Kini, Abdullah yang tercatat sebagai lansia penerima bantuan sosial mendapatkan suntikan modal usaha dari Kementerian Sosial (Kemensos).
Baca juga: Tema Hari Lansia Nasional 2024 dan Sejarahnya
Besaran bantuan yang disalurkan sebesar Rp 3,3 juta rupiah, untuk mengembangkan usaha kecil yang dirintisnya.
Zubaidah berharap, bantuan ini dapat membuat usaha ayahnya berkembang dan lebih mandiri dibandingkan sebelumnya.
“Kalau sekarang udah dapat modal alhamdulillah bisa untuk beli langsung bahannya,” ucap Zubaidah.
Adapun penyaluran bantuan program RST ini menjadi salah satu rangkaian Hari Lansia Nasional 2024, yang puncak kegiatannya berpusat di Aceh Utara.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.