JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mengatakan, ia sering mengungkapkan informasi di media sosial (medsos) karena ingin ada dukungan publik mengalir kepada kasus-kasus yang diungkapnya.
Dengan begitu, menurut Mahfud, pihak-pihak yang diduga terlibat dalam kasus yang dimaksud tak bisa lagi mengelak.
Hal itu disampaikan Mahfud dalam acara Podcast Kabinet (Podkabs) yang disiarkan YouTube Sekretariat Kabinet pada Senin (29/5/2023) malam.
"Begitu saya ngomong dukungan publik mengalir. Kalau dukungan publik mengalir, dia enggak bisa ngelak. Iya kan," ujar Mahfud.
Baca juga: Soal Perpanjangan Masa Jabatan Pimpinan KPK, Mahfud: Kita Clear-kan Dulu dengan MK
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) ini lantas mengungkapkan latar belakang lain yang membuatnya sering "speak up" di medsos.
Mahfud mengatakan, sebagai Menko Polhukam, ia harus menyelesaikan persoalan mafia hukum hingga mafia tambang.
Dalam proses penyelesaian, kerap diketahui ada oknum pejabat yang melakukan back up kepada pihak-pihak tertentu.
Oleh karenanya, Mahfud mengakui memang ada kerumitan tersendiri menyelesaikan persoalan mafia hukum, mafia tambang, dan mafia kekayaan alam lainnya.
"Dan itulah sebabnya, kalau saya, daripada saya bicara berbisik, berdua ini menyelesaikan, saya lebih baik menyelesaikan secara terbuka. Agar orang tidak bisa menghindar," kata Mahfud.
"Kalau ada apa-apa kan saya juga bicara keras kan, suka speak up gitu ya. Saya bilang itu apa, biar orang enggak bisa menghindar. 'Lho itu Pak Mahfud sudah ngomong gitu lho'," ujarnya lagi.
Baca juga: Soal Kebocoran Informasi Sistem Proporsional Pemilu, Mahfud MD Minta MK Usut Tuntas
Meski demikian, menurut Mahfud, ia sebenarnya juga merasa tidak enak karena seolah meneriaki orang lain.
Namun, karena mempertimbangkan banyak kasus yang tidak terungkap jika dirinya tidak memberikan penegasan, Mahfud memilih tetap speak up.
Mahfud mencontohkan, kejadian seorang nenek yang dihajar oleh sejumlah siswa yang baru pulang sekolah di Bengkulu awalnya tidak ada yang menindaklanjuti.
"Itu yang di Bengkulu ada nenek-nenek. Lalu, ada anak-anak pulang sekolah dihajar si nenek. Masuk, viral di media. Beberapa hari enggak bergulir. Enggak ada beritanya," katanya.
"Saya ambil, lalu saya kirim ke polisi. Lewat medsos. 'Pak masa ada begini, ini. Cari dong'. Nah sorenya ketangkep," ujar Mahfud lagi.
Baca juga: Mahfud Sebut Dugaan Kebocoran Putusan MK Penuhi Syarat untuk Direspons Polisi