PERUBAHAN yang dilakukan manusia selalu diharapkan mengarah pada kemajuan peradabannya. Sebab peradaban adalah akumulasi dari terus menerus dilakukannya perubahan dalam waktu yang panjang.
Semakin banyak perubahan, maka semakin berkembang pula peradaban tersebut. Namun tak sedikit pula peradaban yang runtuh tinggal cerita, justru karena perubahan yang terjadi, ini yang tentu tidak diinginkan.
Secara empirik, berbagai perubahan yang terjadi di berbagai belahan dunia, adalah inisiatif atau lahir dari upaya para pemuda. Kaum muda selalu menjadi energi dominan dalam setiap perubahan.
Sejarah menjelaskan dengan terang benderang bagaimana pemuda menjadi pelopor dari lahirnya setiap perubahan besar dan mendasar.
Pun bagaimana cikal bakal berdirinya Indonesia sebagai satu negara-bangsa diawali oleh generasi muda tercerahkan yang menyadari realitas keterjajahan bangsanya.
Mereka kemudian yang terdidik itu berinisiatif mendirikan organisasi modern sebagai wadah berhimpun pemuda bumiputera untuk bangkit bersama melawan penjajahan bangsa asing.
Inisiatif yang diejawantahkan pada 20 Mei 1908, dengan membentuk organisasi Boedi Oetomo. Selanjutnya menjadi embrio lahirnya kebangkitan pergerakan nasional, yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas).
Momentum bangkitnya semangat nasionalisme, persatuan, kesatuan dan kesadaran suatu bangsa yang muncul dari anak-anak muda. Mereka bergabung melalui gerakan dan organisasi yang sebelumnya tidak pernah muncul di masa kolonial.
Pesan dari sejarah berdirinya organisasi Boedi Oetomo sejatinya adalah cerita bagaimana para pemuda yang berasal dari berbagai suku bangsa mampu menurunkan ego primordialisme-nya, untuk membangun sebuah komitmen besar bersama.
Komitmen untuk menghadapi tantangan zaman itu terus menggelinding menjadi peristiwa sumpah para pemuda; satu bangsa; satu bahasa; dan satu tanah air; Indonesia, pada tanggal 28 Oktober 1928, yang lebih dikenal dengan sumpah pemuda.
Ikhtiar luar biasa, yang kemudian titik kulminasinya ada pada Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, yang lagi-lagi juga dipelopori oleh pemuda. Ketika itu para pemuda bahkan harus menculik Soekarno-Hatta dan memaksa Proklamasi dibacakan.
Peran pemuda kemudian berturut-turut ikut menandai fase sejarah dan perubahan arah perjalanan Indonesia dari waktu ke waktu. Seperti ditunjukan oleh pemuda angkatan 1966, maupun belakangan oleh angkatan 1998 yang melahirkan era reformasi.
Dari garis sejarah yang dilalui, yang mesti dicatat dan menjadi pelajaran terpenting bagi generasi hari ini adalah bukan semata pada perubahan itu, tapi mengapa sehingga perubahan itu perlu dilakukan dan bisa terjadi.
Belajar dari setiap peristiwa yang menandai perubahan arah perjalanan negara-bangsa ini, perubahan selalu diawali dari kesadaran atau consciousness. Kesadaran kolektif kemudian memicu dan memacu satu perjuangan yang melahirkan perubahan.
Gerakan atau Boedi Oetomo misalnya, bisa lahir karena kesadaran kolektif. Kesadaran akan realitas bahwa sesungguhnya suku-suku bangsa yang terbentang di Nusantara, adalah satu komunitas besar masyarakat yang sedang dijajah dan ditindas.