“Saya ikut partai itu karena keyakinan. Sejak PNI, PDI hingga PDIP saya selalu memilihnya. Tidak peduli saya tidak jadi anggota Dewan atau tidak, karena memang bukan itu tujuan saya berpartai. Saya mencoblos PNI, PDI hingga PDIP karena memperjuangkan wong cilik. Pejah gesang nderek Bung Karno atau Mbak Mega” – Soemarno (89)
PENUTURAN Mbah Marno – demikian saya biasa menyapa kakek lanjut usia di Magelang, Jawa Tengah itu mengenai preferensi politiknya yang tidak lekang dimakan zaman.
Soemarno seperti halnya kader-kader “militan” yang dimiliki PDIP memang begitu besar andilnya dalam memenangkan PDIP dalam setiap kontestasi pemilihan.
Konsistensi dan komitmen berpartai seperti yang ditunjukkan oleh Soemarno, senapas dengan kredo yang selalu dilontarkan pendiri PDIP, Megawati Soekarnoputeri.
Seorang kader harus tegak lurus dalam memperjuangkan cita-cita partai termasuk dalam mendukung calon pemimpin yang direkomendasikan PDIP.
Salah satu keunggulan militansi PDIP dalam memenangkan kontestasi pemilihan kepala daerah di banyak daerah termasuk calon-calon yang menang di Solo, Medan, DKI Jakarta bahkan selalu unggul di Pilpres adalah kegigihan seperti yang ditunjukkan Soemarno.
Pihak-pihak di internal PDIP seperti yang diperlihatkan Ketua Badan Pemenangan Pemilu yang juga Ketua DPD PDI Jawa Tengah, Bambang Pacul atau anggota-anggota DPR-RI yang sempat membentuk “Dewan Jenderal” untuk menyokong pencapresan Puan Maharani di Pilpres 2024, langsung “bubar jalan” ketika Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputeri mengumumkan penugasan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai Capres.
Megawati Soekarnoputeri yang disertai Presiden Joko Widodo mengumumkan pencapresan Ganjar Pranowo di Batutulis, Bogor, Jawa Barat pada Jumat, 21 April 2023 lalu.
Begitu Ganjar yang juga selaras dengan suara dominan di akar rumput diumumkan sebagai Capres, semua organ dan indvidu di tubuh partai berlambang kepala Banteng kompak bersatu mendukung Ganjar.
Sembari menunggu finalisasi nama Cawapres yang akan disandingkan dengan Ganjar, hampir semua anggota Dewan yang dimiliki PDIP baik di tingkat pusat maupun daerah langsung menginisiasi pembentukan tim pemenangan termasuk mensinergikan kerja dari jaringan relawan pendukung Ganjar.
Militansi dan “bonding” di PDIP terus bergerak dengan dana swadaya masing-masing individu yang memang telah “jatuh hati” kepada Ganjar maupun kecintaannya terhadap PDIP.
Sikap Ganjar yang selama ini konsisten tetap berada di PDIP walaupun beberapa partai meminangnya untuk maju sebagai Capres, menunjukkan kesetiaannya kepada jalan kerakyatan.
Ganjar juga membuktikan kepada Megawati dan menjadi teladan bagi kader-kader militan, di saat dia “dikuyoh-kuyoh” oleh rekan partainya, dia tetap konsisten dan setia kepada PDIP walau sebelum pengumuman Capres di Batutulis, justru nama Puan yang notabene putri kandung Megawati yang menguat sebagai Capres dari PDIP.
Saya kerap diundang menjadi pembicara di berbagai forum politik, hampir semua fungsionaris partai-partai lain selain PDIP selalu “khawatir” kalah dengan calon yang disokong PDIP.
Mereka merasa “ngeri-ngeri sedap” dengan militansi kader dan simpatisan PDIP yang loyal sejak kampanye hingga proses penghitungan suara di Tempat Pemungutan Suara (TPS). Kondisi tersebut berbeda dengan kesetiaan kader dan simpatisan mereka.
Kedatangan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang juga menjadi salah satu Capres yang akan berlaga di Pilpres 2024 ke Solo, Jawa Tengah, Jumat (19/05/2023), serta adanya deklarasi relawan pendukung Jokowi dan Gibran Rakabuming untuk mendukung Prabowo, sebenarnya hal yang lumrah terjadi.
Menjadi tidak lumrah jika Wali Kota Solo Gibran ikut menghadiri acara deklarasi yang dilakukan 15 koordinator lapangan dari Relawan Jokowi-Gibran yang berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Jika alasan yang dipakai Gibran adalah menjadi kewajibannya selaku kepala daerah untuk menerima kedatangan Prabowo selaku menteri, tentu bisa dipahami dari aturan keprotokolan.
Hanya saja jika Gibran ikut-ikutan menghadiri acara deklarasi dukungan yang dilakukan relawan ayah dan dirinya, tentu sangat tidak dibenarkan dari kacamata partai yang mendukungnya selama ini.
Gibran berhasil menang dan terpilih sebagai Wali Kota Solo, selain karena “diuntungkan” dengan namanya ayahnya, tentu saja mendapat andil dari PDIP yang mencalonkannya secara resmi di jalur politik.
Gibran mungkin juga masih belum lupa, adik iparnya yang bernama Bobby Nasution juga melenggang menjadi Wali Kota Medan berkat “endors” dari PDIP.