JAKARTA, KOMPAS.com - Wacana pembentukan koalisi besar bersama Partai Gerindra yang dimotori oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Golkar kini tengah di ujung tanduk.
Hal ini terjadi setelah PKB dan Golkar saling berambisi agar masing-masing pucuk pimpinan kedua partai bisa mengunci posisi bakal calon wakil presiden (bacawapres) pendamping Prabowo Subianto.
Walhasil, kondisi ini membuat PKB berubah sikap dan menganggap pembentukan koalisi besar sekadar wacana yang tidak akan dideklarasikan secara resmi.
Di sisi lain, mengendurnya gairah PKB dalam membentuk Koalisi Besar dinilai lekat dengan nasihat Jusuf Kalla ketika bertemu Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin beberapa waktu lalu.
Saat itu, Kalla mengingatkan bahwa Koalisi Besar sulit terwujud sekalipun itu merupakan ide bagus.
Semula, PKB dan Golkar sepakat menjadi motor dalam membangun komunikasi dengan partai-partai politik guna membentuk koalisi besar di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Kesepakatan ini terwujud dalam momen pertemuan antara Cak Imin dan Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto di Restoran Plataran, Jakarta, Rabu (3/5/2023).
Dalam kesepakatan ini, Airlangga menyatakan Golkar dan PKB siap menyatukan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR).
Baca juga: Golkar-PKB Sepakat Jadi Motor Bangun Komunikasi untuk Bentuk Koalisi Besar
Adapun KIB merupakan koalisi yang berisi Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Sedangkan KKIR dibentuk oleh Gerindra dan PKB.
Dalam mewujudkan ambisi ini, Golkar dan PKB kemudian membentuk tim pemenangan yang masing-masing diwakili oleh Ketua Bappilu Golkar Nusron Wahid dan Ketua DPP PKB Faisol Riza.
"Kedua tim ini tentu akan duduk untuk meneruskan langkah-langkah teknis," ujar Airlangga, Rabu pekan lalu.
Dalam kunjungan ini, Airlangga melaporkan perihal perkembangan wacana pembentukan koalisi besar kepada Jusuf Kalla.
Setelah menerima laporan tersebut, Jusuf Kalla menilai bahwa pembentukan koalisi besar merupakan ide bagus.
Meski demikian, Jusuf Kalla mengingatkan Airlangga bahwa tak mudah untuk menjalankan koalisi besar apabila wacana tersebut benar-benar terwujud.