Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hanif Sofyan
Wiraswasta

Pegiat literasi di walkingbook.org

Menunggu Permainan PDIP Berikutnya...

Kompas.com - 02/05/2023, 13:59 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BANYAK orang begitu baper melihat nasib Ganjar Pranowo dalam selama di “kandang” banteng merah. Namun Ganjar Pranowo sebagai salah satu kader terbaik PDIP, dianggap legowo dengan perlakuan politik partai yang diterimanya.

Seolah cukup menggunakan keyakinan dan akal sehatnya untuk tetap kukuh pendirian, menunggu komando dari atasannya. Ganjar menunjukkan militansinya sebagai kader.

Selama masih dipercaya memimpin Jawa Tengah dalam kapasitas sebagai kader PDIP, ia hanya bertugas menjalankan perintah saja.

Padahal publik begitu geregetan atas perilaku dan tindakan institusi partai pengayomnya dan para petinggi yang mempersoalkan pelanggaran disiplin kader, justru pada saat elektablitasnya naik pesat dan malah dianggap sebagai ancaman terhadap partainya sendiri.

Publik menilai ketika itu, keputusan PDIP adalah pilihan yang absurd. Sudah ada calon populer berelektabilitas tinggi, mengapa justru “membuangnya”. Bisa saja barisan pendukung Ganjar akan berubah haluan mengikut jagoannya.

Bahkan dalam acara HUT ke-50 PDIP, Ganjar seolah diabaikan. Sosok Ganjar tak tersorot, bahkan dalam materi pidato satu setengah jam Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri, nama Gubernur Jawa Tengah seolah pantang disebut.

Ternyata semua itu ibarat clue. Bagaimanapun PDIP tak mau sesumbar, meskipun didaulat sebagai partai yang bisa langsung melenggang karena lolos presidensial treshold. Artinya dengan atau tanpa tanpa koalisi, PDIP bisa maju ke gelanggang Pilpres 2024.

PDIP di bawah pimpinan Megawati memainkan tes ombak dengan lihai. Mendorong Puan Maharani sebagai putri mahkota, menunda pengumuman calon presiden hingga membuat kubu lawan tak sabaran dan melakukan manuver politik terburu-buru.

Peluang itu menjadi input bagi PDIP untuk memastikan siapa yang layak dijadikan kawan sepermainan dalam koalisi politiknya nanti.

Strategi kejutan

Posisi tawar Ganjar sebagai Gubernur Jawa Tengah, sebenarnya pertanda positif bahwa tanpa jadi presiden pun ia sudah punya posisi baik.

Jadi ketika ia memutuskan nyapres secara sepihak tanpa kompromi partainya, orang menduga ia sedang memberontak. Banyak orang menduga-duga keputusannya bentuk perlawanan kepada PDIP, terutama Megawati atas keputusannya mencalonkan Puan Maharani.

Sebagian orang merasa Ganjar begitu gegabah, sebagian lainnya justru mendukungnya.
Padahal PDIP sedang melakukan tes ombak secara ekstrem untuk melihat sikon politik yang terjadi.

Siapa yang grasa-grusu segera mendukung Ganjar atau bahkan meminangnya, dan siapa yang sama sekali cuek, meskipun Ganjar ber-ektabilitas tinggi.

Ketika itu sikon politik berubah, banyak pihak menilai PDIP terlalu memaksakan diri mendorong Puan dan mengabaikan Ganjar.

Bahkan ketika bergema teriakan “Ganjar Presiden” dalam HUT PDIP-pun, Megawati bergeming meresponsnya. Menjadi semacam gerakan tutup mulut dan tutup telinga.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

Nasional
Prabowo Presiden Terpilih, AHY: Kami Imbau Semua Terima Hasil, Semangat Rekonsiliasi

Prabowo Presiden Terpilih, AHY: Kami Imbau Semua Terima Hasil, Semangat Rekonsiliasi

Nasional
Prabowo: Jangan Jadi Pemimpin kalau Tak Kuat Diserang, Duduk di Rumah Nonton TV Saja

Prabowo: Jangan Jadi Pemimpin kalau Tak Kuat Diserang, Duduk di Rumah Nonton TV Saja

Nasional
Dewas Akan Sidangkan Dugaan Pelanggaran Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron 2 Mei

Dewas Akan Sidangkan Dugaan Pelanggaran Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron 2 Mei

Nasional
Prabowo-Gibran Tiba di Istana untuk Bertemu Jokowi

Prabowo-Gibran Tiba di Istana untuk Bertemu Jokowi

Nasional
AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum 'Clear', Masih Dihuni Warga

AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum "Clear", Masih Dihuni Warga

Nasional
Tak Persoalkan PKB Ingin Kerja Sama dengan Prabowo, PKS: Kita Enggak Jauh-jauh

Tak Persoalkan PKB Ingin Kerja Sama dengan Prabowo, PKS: Kita Enggak Jauh-jauh

Nasional
Bapanas Prediksi Harga Bawang Merah Normal 30-40 Hari ke Depan

Bapanas Prediksi Harga Bawang Merah Normal 30-40 Hari ke Depan

Nasional
PKS Jajaki Komunikasi dengan Prabowo

PKS Jajaki Komunikasi dengan Prabowo

Nasional
Dewas Harap Wakil Ketua KPK Laporkan Albertina Ho Bukan karena Sedang Tersangkut Kasus Etik

Dewas Harap Wakil Ketua KPK Laporkan Albertina Ho Bukan karena Sedang Tersangkut Kasus Etik

Nasional
Wapres Ma'ruf Amin Tak Titip Program Tertentu untuk Dilanjutkan Gibran

Wapres Ma'ruf Amin Tak Titip Program Tertentu untuk Dilanjutkan Gibran

Nasional
Gibran Minta Petuah Saat Sowan ke Wapres Ma'fuf Amin

Gibran Minta Petuah Saat Sowan ke Wapres Ma'fuf Amin

Nasional
Tantang PDI-P Tarik Semua Menteri Usai Sebut Jokowi Bukan Kader Lagi, TKN: Daripada Capek-capek PTUN

Tantang PDI-P Tarik Semua Menteri Usai Sebut Jokowi Bukan Kader Lagi, TKN: Daripada Capek-capek PTUN

Nasional
Relaksasi HET Beras Premium Diperpanjang hingga 31 Mei 2024

Relaksasi HET Beras Premium Diperpanjang hingga 31 Mei 2024

Nasional
Gibran Disebut Masih Fokus di Solo, Undang Wapres Ma'ruf Resmikan Destinasi Wisata

Gibran Disebut Masih Fokus di Solo, Undang Wapres Ma'ruf Resmikan Destinasi Wisata

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com