JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota DPR Fraksi PDI-P Deddy Sitorus membela rekan satu fraksinya, Ketua DPR Puan Maharani yang fotonya diunggah Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) seolah berbadan tikus mencuat dari Gedung DPR.
Menurut dia, unggahan itu terkesan bukan sebagai bentuk kritik, melainkan penghinaan.
"Saya pribadi menganggap BEM hanya mengejar sensasi dan kontroversi tetapi mengabaikan substansi. Kritik dengan menghina itu beda, dan mereka gagal nalar dengan melakukan over simplifikasi," kata Deddy kepada Kompas.com, Kamis (23/3/2023).
Anggota Komisi VI DPR ini menganggap unggahan BEM UI di sejumlah media sosial itu kurang etis dan bahkan melanggar hukum.
Baca juga: Protes Perppu Ciptaker, BEM UI Buat Meme DPR Rumahnya Tikus
Pertama, ucap dia, DPR merupakan lembaga negara. Deddy menilai BEM UI dianggap melakukan fitnah terhadap lembaga negara.
"Kalau mereka tidak punya data dan bukti bahwa DPR merampok rakyat, maka tudingan itu bernada fitnah dan menyerang kehormatan lembaga," nilai Deddy.
Poin kedua, lanjut Deddy, menghina Puan secara pribadi tidak tepat sebagai pimpinan DPR.
Sebab, menurut dia, lembaga DPR memiliki desain kolektif kolegial.
"Jadi melakukan personifikasi dan menyerang pribadi Ibu Puan pribadi secara sendiri, tidak kolektif pimpinan DPR adalah tindakan tidak etis," tutur politisi PDI-P itu.
Baca juga: BEM UI Protes Perppu Ciptaker, Faldo Maldini: Narasinya Mirip Kelompok Anti-Pemerintah
Diberitakan sebelumnya, BEM UI mengunggah meme animasi berupa Puan Maharani berbadan tikus mencuat dari Gedung DPR/MPR RI, sebagai bentuk kritik atas langkah Dewan menyetujui Perppu Cipta Kerja.
Ketua BEM UI Melki Sedek Huang menegaskan bahwa meme itu merupakan bentuk kritik yang lazim diutarakan di negara demokratis.
Ia juga menegaskan bahwa visual semacam itu, termasuk figur tikus yang berkonotasi dengan koruptor, dibuat bukan sekadar untuk mencari sensasi melainkan memang memiliki arti.
"Kami rasa tidak ada hal lain yang ingin ditunjukkan selain Puan Maharani itu sebagai representasi dari DPR kita hari ini," kata Melki kepada Kompas.com, Kamis.
"Kami menganggap gedung DPR itu sudah bukan lagi rumah rakyat, melainkan itu sudah menjadi rumahnya para tikus yang suka merampas hak-hak masyarakat," ia menambahkan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.