JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie menilai, sistem pemilu proporsional tertutup tidak akan melahirkan figur seperti Presiden Joko Widodo dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Menurut dia, dalam pemilu tertutup, partai politik (parpol) bakal memiliki kekuasaan absolut, sehingga figur yang diajukan sebagai pemimpin sangat mungkin hanya dari lingkaran terdekat elite parpol.
“Mungkin enggak akan ada orang kayak Pak Jokowi, mungkin enggak akan ada orang kayak Pak Ganjar dan lain sebagainya,” tutur Grace ditemui di kantor DPP PSI, Tanah Abang, Jakarta, Selasa (7/3/2023).
“Mungkin orangnya ya anak, ponakan, teman dari pejabat elite partai,” kata dia.
Baca juga: Dukung Pemilu Proporsional Terbuka, PSI Singgung Kasus Harun Masiku
Ia menyatakan, sistem pemilu proporsional terbuka yang selama ini berjalan juga masih membatasi kebebasan para calon legislatif (caleg).
Sebab, ada saja biaya yang dibebankan untuk figur yang ingin mengikuti kontestasi elektoral, bahkan setelah terpilih parpol masih memiliki wewenang untuk menggantinya di kursi parlemen.
“Kejadian Harun Masiku, itu kan ada orang yang udah terpilih, mau digeser supaya yang lain naik. Jadi di kita ini selama ini (pemilu) terbuka, enggak (sepenuhnya) terbuka juga,” ujar dia.
Mahkamah Konstitusi (MK) masih melakukan proses persidangan gugatan uji materi terkait sistem proprosinal terbuka.
Baca juga: PSI Menyatakan Tak Akan Bergabung dengan Koalisi Perubahan
Para penggugat meminta agar MK menyatakan bahwa sistem pemilu dilakukan secara tertutup.
Adapun DPR dan pemerintah telah menuturkan agar sistem pemilu tetap berjalan terbuka.
Dari 9 parpol di parlemen hanya PDI-P yang mendukung agar pemilu kembali berjalan secara tertutup.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.