JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Lembaga Survei KedaiKOPI, Kunto Adi Wibowo, menilai, sapaan Presiden Joko Widodo ke "kandidat" calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) bisa dimanfaatkan sebagai amunisi politik.
Tokoh-tokoh yang namanya disebut Jokowi seperti Prabowo Subianto, Sandiaga Uno, hingga Erick Thohir sangat mungkin mengeklaim telah mengantongi dukungan dari kepala negara untuk berlaga di panggung Pemilu 2024.
"Yang disebut namanya pun bisa mengeklaim, 'Pak Jokowi mendukung saya, nyatanya menyebut saya. Kalau beliau nggak mendukung saya, kan nggak mungkin beliau nggak nyebut saya, apalagi di urutan pertama, kedua, atau ketiga'," kata Kunto kepada Kompas.com, Selasa (21/2/2023).
Baca juga: Jokowi Dulu Lempar Sinyal Dukungan ke Prabowo dan Ganjar, Kini Goda Erick Thohir hingga AHY
Sedianya, menurut Kunto, Jokowi hanya bercanda ketika menyapa sejumlah figur tersebut sebagai capres dan cawapres.
Sebab, yang namanya disebut tidak hanya satu dua tokoh saja, tetapi hampir seluruh elite politik yang kebetulan hadir dalam acara yang turut mengundang Jokowi.
Presiden pun dinilai hendak berlaku adil dan tidak memihak dengan menyapa semua petinggi politik sebagai figur capres dan cawapres.
Namun, sekalipun hanya bergurau, kelakar Jokowi itu dinilai mampu membuat para tokoh yang disebut jadi gede rasa.
Tak menutup peluang pula candaan presiden itu mengundang dukungan publik ke sejumlah sosok yang kerap dia sebut.
"Sangat mungkin Pak Jokowi bercanda, tapi kan karena beliau presiden, ini kan jadi diinterpretasikan berbeda oleh yang disebut namanya," ujar Kunto.
"Apalagi kalau yang disebutkan itu di urutan pertama kayak Pak Prabowo, Pak Erick Thohir, Pak Sandiaga, bisa jadi ini kan jadi membuat orang yang disebut namanya berbunga-bunga dan akhirnya kepedean," tuturnya.
Menurut Kunto, sedianya tak ada yang salah dengan candaan Jokowi ini. Presiden berhak menyapa siapa pun elite politik dengan caranya sendiri.
Namun demikian, mengingat ini tahun politik, kepala negara diharapkan lebih bijak dalam bersikap, apalagi yang menyinggung urusan dukung mendukung capres.
Bagaimanapun, Jokowi merupakan orang nomor satu di RI yang mana segala tutur kata dan gerak-geriknya bakal menimbulkan beragam interpretasi.
"Menurut saya Pak Presiden harus lebih bijak dalam mengabsen tokoh-tokoh. Boleh saja mengabsen tokoh-tokoh, kan dia presiden, cuma ini kan melabelinya dengan capres cawapres, padahal kan tahapan pemilu belum sampai ke situ," tutur dosen Universitas Padjadjaran itu.
Baca juga: Sebut Prabowo hingga AHY sebagai Figur Capres-Cawapres, Jokowi Dinilai Hanya Basa-basi
Sebagaimana diketahui, belakangan Jokowi kerap "mengabsen" para tokoh politik yang disebut-sebut berpotensi menjadi capres-cawapres Pemilu 2024.