Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menlu: RI Khawatir Meningkatnya Rivalitas di Kawasan Indo-Pasifik Dapat Jadi Konflik Terbuka

Kompas.com - 11/02/2023, 18:25 WIB
Fika Nurul Ulya,
Novianti Setuningsih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi mengatakan, Indonesia sangat khawatir terhadap meningkatnya rivalitas di kawasan.

Kekhawatiran itu disampaikannya ketika melakukan pertemuan bersama Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto dengan Menteri Luar Negeri (Menlu) Australia Penny Wong dan Menhan Australia Richard Marles pada pekan ini.

Menurut Retno Marsudi, pertemuan itu memiliki arti yang sangat penting bagi Indonesia dan Australia.

Sebab, membahas isu strategis politik luar negeri serta pertahanan dan keamanan baik yang sifatnya bilateral maupun kawasan dan dunia. Termasuk, soal komitmen Indonesia-Australia pada pembebasan kawasan dari senjata nuklir.

Baca juga: Menlu Retno Marsudi: Yang Dapat Menolong Myanmar adalah Bangsa Myanmar Sendiri

"Indonesia sangat khawatir terhadap meningkatnya rivalitas di kawasan. Jika tidak dikelola dengan baik, rivalitas tersebut dapat menjadi konflik terbuka yang sangat berdampak terhadap kawasan," kata Retno Marsudi dikutip dari kanal Youtube MoFA Indonesia, Sabtu (11/2/2023).

Retno mengungkapkan, pihaknya terus mengajak Australia agar dapat bersama-sama menjadi positive force dalam menjaga kawasan indo-pasifik yang damai, stabil, dan sejahtera.

Di sisi lain, ia mengatakan, Indonesia menyampaikan kembali cara pandang soal Indo-Pasifik yang mengedepankan kerja sama inklusif di bidang ekonomi dan pembangunan.

Baca juga: Di Bawah Keketuaan RI, Menlu ASEAN Bakal Bertemu Perdana Pekan Ini

Dalam kaitan itu, Indonesia menekankan pentingnya sinergi implementasi ASEAN Outlook on Indo-Pacific (AOIP) yang akan menjadi salah satu pilar utama keketuaan Indonesia di ASEAN tahun 2023.

"Harapannya, dengan kerja sama inklusif, ketegangan ini dapat diturunkan," ujar Retno Marsudi.

Hal kedua yang disampaikannya dalam pertemuan adalah pentingnya penghormatan terhadap hukum internasional, khususnya UNCLOS 1982. Sehingga, laut menjadi kekuatan yang mendukung perdamaian dan kemakmuran.

Menurutnya, situasi kondusif juga harus diciptakan oleh semua pihak di Laut Tiongkok Selatan.

Baca juga: Menlu Retno Ragu Konflik Myanmar Akan Selesai Tahun Ini

Retno lantas mengungkapkan, dalam pertemuan itu Indonesia menekankan pentingnya mengatasi tantangan maritim non-tradisional, khususnya human trafficking dan IUU fishing.

"Di sinilah pentingnya mekanisme kerja sama Kawasan, seperti Bali Process yang diketuai bersama oleh Indonesia dan Australia," katanya.

Sebagai informasi, sebelumnya, pertemuan antara Menlu dan Menhan kedua negara dilakukan terakhir di Jakarta pada tahun 2021.

Sementara itu, dalam pertemuan pekan ini, keduanya membahas dua agenda besar. Pertama, dinamika kawasan, yang antara lain membahas mengenai kompetisi major powers di kawasan, keamanan maritim, ASEAN, dan Pasifik.

Kedua adalah kerja sama bilateral, yang antara lain membahas ketahanan ekonomi, kerja sama keamanan siber, dan kebijakan pertahanan.

Baca juga: Bertemu Menlu Negara-negara Asia Tenggara, Jokowi Minta ASEAN Tak Boleh Jadi Proksi Siapa Pun

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Menhan AS Telepon Prabowo Usai Penetapan KPU, Sampaikan Pesan Biden dan Apresiasi Bantuan Udara di Gaza

Menhan AS Telepon Prabowo Usai Penetapan KPU, Sampaikan Pesan Biden dan Apresiasi Bantuan Udara di Gaza

Nasional
Terima Nasdem, Prabowo: Surya Paloh Termasuk yang Paling Pertama Beri Selamat

Terima Nasdem, Prabowo: Surya Paloh Termasuk yang Paling Pertama Beri Selamat

Nasional
Partai Pendukung Prabowo-Gibran Syukuran Mei 2024, Nasdem dan PKB Diundang

Partai Pendukung Prabowo-Gibran Syukuran Mei 2024, Nasdem dan PKB Diundang

Nasional
MKMK: Hakim MK Guntur Hamzah Tak Terbukti Langgar Etik

MKMK: Hakim MK Guntur Hamzah Tak Terbukti Langgar Etik

Nasional
Ratusan Bidan Pendidik Tuntut Kejelasan, Lulus Tes PPPK tapi Dibatalkan

Ratusan Bidan Pendidik Tuntut Kejelasan, Lulus Tes PPPK tapi Dibatalkan

Nasional
Surya Paloh Ungkap Alasan Nasdem Tak Jadi Oposisi Pemerintahan Prabowo

Surya Paloh Ungkap Alasan Nasdem Tak Jadi Oposisi Pemerintahan Prabowo

Nasional
Golkar: Belum Ada Pernyataan Resmi Pak Jokowi Keluar dari PDI-P, Kami Enggak Mau 'Ge-er'

Golkar: Belum Ada Pernyataan Resmi Pak Jokowi Keluar dari PDI-P, Kami Enggak Mau "Ge-er"

Nasional
Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

Nasional
Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

Nasional
JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin 'Merampok'

JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin "Merampok"

Nasional
Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

Nasional
Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

Nasional
Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Nasional
Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com