Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Heryadi Silvianto
Dosen FIKOM UMN

Pengajar di FIKOM Universitas Multimedia Nusantara (UMN) dan praktisi kehumasan.

Golkar Menanti Tuah Ridwan Kamil yang Bermodal Medsos

Kompas.com - 23/01/2023, 07:38 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

GUBERNUR Jawa Barat, Ridwan Kamil, resmi berlabuh ke Partai Golkar sebagai Wakil Ketua Umum Bidang Penggalangan Pemilih dan co-chair Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu). Emil – panggilan akrab Ridwan Kamil - sesumbar, berbekal modal 30 juta follower di media sosial (medsos) dia siap berkontribusi untuk partai berlambang beringin tersebut.

Baca juga: Gaet Suara 30 Juta Followers, Ridwan Kamil: Saya Posting soal Golkar 1 Hari Sekali

Jelang perhelatan pemilu, bukan hal baru para pesohor bergabung dengan partai politik. Kini tidak hanya selebritas dan birokrat, jejak itu pun diikuti para pegiat media sosial atau influencer. Terkini tersebutlah artis yang juga influencer Narji merapat ke Partai Keadilan Sejahtera (PKS), kemudian Uya Kuya, Denny Cagur, dan Varel Bramasta ke Partai Amanat Nasional (PAN).

Nama terakhir malah memiliki 25, 9 juta follower di Instagram, modal yang memiliki daya tawar luar biasa di era selfie dan wifi. Sekarang influencer yang gesit berkumpul secara online untuk mengasah keahlian bertukar ide, menyempurnakan konten mereka, dan bersaing untuk menjawab semua tantangan politik.

Dulu seseorang maju dalam dunia politik berbekal modal sosial, kini bermodal digital berupa follower dan sejenisnya. Situasi ini terjadi karena kehendak dari dua pihak, tumbuh dari pola relasi yang saling menguntungkan satu sama lain atau simbiosis mutualisme.

Di satu sisi partai politik membutuhkan vote getter, sedangkan para pesohor membutuhkan ‘perahu’ untuk menapaki jalan menuju kekuasaan. Kepemilikan akun yang ber-follower ‘mega’ bukan tanpa alasan, mengingat wajah pemilih Indonesia lebih dari 65 persen generasi muda yang secara umum aktif di media sosial.

Tantangan komunikasi kaum muda sebagaimana diketahui beralih ke platform media sosial untuk informasi politik. Platform ini memungkinkan komunikasi langsung antara politisi dan warga negara, menghindari pengaruh berita tradisional.

Baca juga: Pemilu 2024 Didominasi Pemilih Muda, Apakah Peta Politik Akan Berubah?

Pertanyaan selanjutnya, apakah jumlah follower mampu dikonversi menjadi voter atau suara dalam pemilu. Soalnya, belum tentu follower mereka yang suka (lovers) saja, di dalamnya ada yang tidak suka (haters) dan netral yang mengikuti sekedar ingin update informasi.

Ada kompleksitas yang perlu diuji dan diformulasi ulang untuk kesuksesan aktivitas politik. Sebuah contoh terjadi di pemilihan di Amerika Serikat (AS). Kandidat senat dari Negara Bagian Pennsylvania, Mehmet Oz, dan kandidat gubernur Arizona, Kari Lake, memiliki banyak pengikut di media sosial. Oz dari acara TV-nya dan Lake dari pekerjaannya sebagai pembawa berita lokal di Arizona.

Pada hari-hari setelah pemilihan paruh waktu, beberapa pengguna media sosial mengklaim bahwa pengikut online yang besar itu membuat Lake dan Oz tidak mungkin kalah dalam pemilihan. Lawan mereka Fetterman dan Hobbs memiliki lebih sedikit pengikut.

Namun ternyata Fetterman dan Hobbs yang memenangkan pemilihan. Mereka mengalahkan Lake dan Oz. Dari contoh tersebut diketahui bahwa punya lebih banyak pengikut media sosial bukanlah satu-satunya faktor untuk memenangkan pemilu.

Aktor Politik dan Media Sosial

Adopsi platform media sosial oleh politisi sebagai alat komunikasi politik telah menghasilkan bentuk komunikasi baru antara politisi dan pemilih mereka. Sebelum munculnya media sosial, industri budaya massa (film, televisi, media cetak, fashion) tumbuh subur mengisi ruang publik dan lebih banyak digunakan oleh para aktor politik.

Dalam skenario baru ini, media sosial digunakan secara ekstensif dalam kampanye dan sering dikaitkan dengan keberhasilan dalam sebuah kontestasi pemilu atau program. Contohnya pada kampanye Barack Obama (2008 dan 2012), Donald Trump (2016), Brexit (2016), Bolsonaro untuk pemilu Presiden Brasil (2018) dan terbaru Anwar Ibrahim di Malaysia (2022).

Baca juga: Komika sebagai Aktor Politik Indonesia

Sungguh media baru (new media) telah memberi perubahan radikal terhadap saluran komunikasi publik dalam aktivitas politik. Dari sedikit kepada banyak (from few to many), audiens yang sejenis menjadi lebih beragam (from unified to diversified), transmisi dari satu arah menjadi interaktif (from one-way to interactive), dan peran pengguna dari pasif menjadi aktif (from passive to active).

Secara menyeluruh, media sosial mengubah penekanannya dari “keunggulan kreatif” pendekatan di media massa lama, menjadi “keunggulan konten” bermerek di media sosial. Media sosial telah memainkan peran sentral dalam sistem politik dan penyelenggaraan pemilu selama beberapa dekade terakhir.

Dengan media sosial politisi melakukan kampanye permanen tanpa terkendala geografis atau waktu. Informasi tambahan apa pun tentang para politisi dapat diperoleh tidak hanya melalui pers, tetapi langsung dari profil bio di jejaring media sosial atau melalui orang lain yang secara sukarela berbagi (share, subscribe, dan love).

Jika dahulu proses kampanye dilakukan melalui mimbar dan panggung yang bersifat fisik, kini bertransformasi dalam medium digital. Aktivitas politik yang diunggah melalui media sosial dipercaya semakin meneguhkan digital positioning para aktor politik dalam persepsi publik.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Nyanyi 'Pertemuan' di Depan Titiek Soeharto: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Prabowo Nyanyi "Pertemuan" di Depan Titiek Soeharto: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Nasional
Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Nasional
Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Nasional
Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

Nasional
Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, PPP: Tak Ada Lagi Koalisi 01 dan 03

Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, PPP: Tak Ada Lagi Koalisi 01 dan 03

Nasional
CSIS: Pemilu 2024 Hasilkan Anggota DPR Muda Paling Minim Sepanjang Sejarah sejak 1999

CSIS: Pemilu 2024 Hasilkan Anggota DPR Muda Paling Minim Sepanjang Sejarah sejak 1999

Nasional
PPATK Koordinasi ke Kejagung Terkait Aliran Dana Harvey Moeis di Kasus Korupsi Timah

PPATK Koordinasi ke Kejagung Terkait Aliran Dana Harvey Moeis di Kasus Korupsi Timah

Nasional
Prabowo-Titiek Soeharto Hadiri Acara Ulang Tahun Istri Wismoyo Arismunandar, Ada Wiranto-Hendropriyono

Prabowo-Titiek Soeharto Hadiri Acara Ulang Tahun Istri Wismoyo Arismunandar, Ada Wiranto-Hendropriyono

Nasional
Banyak Catatan, DPR Dorong Revisi UU Pemilu Awal Periode 2024-2029

Banyak Catatan, DPR Dorong Revisi UU Pemilu Awal Periode 2024-2029

Nasional
Pakar Ragu UU Lembaga Kepresidenan Terwujud jika Tak Ada Oposisi

Pakar Ragu UU Lembaga Kepresidenan Terwujud jika Tak Ada Oposisi

Nasional
Istana Sebut Pertemuan Jokowi dan Prabowo-Gibran Semalam atas Inisiatif Prabowo

Istana Sebut Pertemuan Jokowi dan Prabowo-Gibran Semalam atas Inisiatif Prabowo

Nasional
Presiden Jokowi Ucapkan Selamat Saat Bertemu Prabowo Semalam

Presiden Jokowi Ucapkan Selamat Saat Bertemu Prabowo Semalam

Nasional
Jokowi Siapkan Program Unggulan Prabowo-Gibran Masuk RAPBN 2025

Jokowi Siapkan Program Unggulan Prabowo-Gibran Masuk RAPBN 2025

Nasional
CSIS: Mayoritas Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik

CSIS: Mayoritas Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik

Nasional
Korlantas Kaji Pengamanan Lalu Lintas Jelang World Water Forum Ke-10 di Bali

Korlantas Kaji Pengamanan Lalu Lintas Jelang World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com