Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemenkes: Kasus Keracunan "Chiki Ngebul" Jadi 10, Mayoritas Anak-anak

Kompas.com - 12/01/2023, 15:28 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bagus Santosa

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan, kasus keracunan makanan berasap dengan nitrogen cair atau dikenal dengan nama "chiki ngebul" menjadi 10 kasus.

Pasalnya, pada Kamis (12/1/2023), Kemenkes kembali menerima laporan adanya penambahan satu kasus di wilayah Jawa Timur. Sebelumnya, kasus ditemukan di Ponorogo, Tasikmalaya, dan Jakarta.

"Total yang dilaporkan dengan yang gejala tadi (akibat keracunan chiki ngebul), jadi ada sekitar 10 kasus," kata Direktur Penyehatan Lingkungan (PL) Kemenkes, Anas Ma'ruf dalam konferensi pers secara daring, Kamis (12/1/2023).

Baca juga: Kemenkes: Kasus Dugaan Keracunan Chiki Ngebul Bertambah 1 Hari Ini

Anas merinci, satu kasus pertama terjadi di desa Ngasinan, Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo pada Juli 2022.

Kemudian pada tanggal 19 November 2022, UPTD Puskesmas Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya melaporkan telah terjadi KLB keracunan pangan dengan jumlah kasus 23 orang.

Setelah dilakukan investigasi dan penyelidikan epidemiologi, hanya tujuh anak yang memiliki gejala keracunan, sedangkan 16 anak lainnya tidak ada gejala. Adapun gejala yang dirasakan berupa mual, muntah, pusing, dan sakit perut.

Dari tujuh anak tersebut, sebanyak enam di antaranya dirawat di Puskesmas, dan satu kasus dirujuk ke rumah sakit.

"Hanya saja gejalanya ringan dan setelah observasi satu hari kemudian dipulangkan," tutur Anas.

Baca juga: Instruksi Kemenkes: RS Lapor ke Dinkes jika Terjadi KLB Keracunan Chiki Ngebul

Lalu pada tanggal 21 Desember 2022, UGD Rumah Sakit Haji Jakarta melaporkan menerima pasien anak laki-laki berumur 4,2 tahun datang dengan keluhan nyeri perut hebat setelah mengonsumsi jajanan jenis chiki ngebul.

"Jadi di Ponorogo satu orang, di Tasikmalaya 23 orang tapi hanya tujuh (anak) yang kita anggap (keracunan), satu anak di Jakarta, dan satu anak di Jawa Timur," tuturnya.

Mayoritas anak-anak

Dari laporan kasus tersebut, Anas mengungkapkan bahwa kejadian ini mayoritas diderita anak-anak.

Hal ini tak lepas dari menariknya makanan viral itu bagi anak-anak. Saat dikonsumsi, chiki ngebul tidak hanya memberikan rasa dingin, tetapi juga ada sensasi di mulut karena mengeluarkan asap seperti "napas naga".

" Jadi memang sampai saat ini dari data yang kita kumpulkan, (korbannya) adalah anak-anak, baik kasus yang terjadi di Ponorogo, di Tasikmalaya, maupun di rumah sakit di Jakarta. Kemudian ini baru masuk kasus di Jatim juga terjadi pada anak-anak," jelas Anas.

Baca juga: Kemenkes Ungkap Efek Keracunan Chiki Ngebul, dari Luka Bakar hingga Kerusakan Organ

Lebih lanjut Anas menjelaskan, keracunan pangan pasca mengonsumsi chiki ngebul baru ditemukan pada tahun 2022.

Di tahun-tahun sebelumnya, Kemenkes tidak menemukan kasus keracunan chiki ngebul dalam deretan kasus keracunan pangan yang diterimanya.

"Jadi sampai saat ini kami selalu melakukan pemantauan secara ketat, baik dari RS maupun Puskemas untuk melapor jika ada kasus baru," sebut Anas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Nasional
Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Nasional
Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Nasional
Serba-Serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Serba-Serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Nasional
Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Nasional
Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Nasional
Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Nasional
Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Nasional
Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Nasional
[POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

[POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

Nasional
Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

Nasional
Soal Perpanjangan Kontrak Shin Tae-yong, Menpora: Prinsipnya Kami Ikuti PSSI

Soal Perpanjangan Kontrak Shin Tae-yong, Menpora: Prinsipnya Kami Ikuti PSSI

Nasional
Soal Potensi Jadi Ketum Golkar, Bahlil: Belum, Kita Lihat Saja Prosesnya

Soal Potensi Jadi Ketum Golkar, Bahlil: Belum, Kita Lihat Saja Prosesnya

Nasional
Tanggal 31 Maret Memperingati Hari Apa?

Tanggal 31 Maret Memperingati Hari Apa?

Nasional
Bawaslu Akui Tak Proses Laporan Pelanggaran Jokowi Bagikan Bansos dan Umpatan Prabowo

Bawaslu Akui Tak Proses Laporan Pelanggaran Jokowi Bagikan Bansos dan Umpatan Prabowo

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com