JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menangis ketika menceritakan sopir truk yang berhasil menjadi bupati.
Sosok yang diceritakan Megawati itu tak lain adalah Tasdi, mantan Bupati Purbalingga yang sempat menjadi kader PDI-P.
Momen Megawati menitikkan air mata ini terekam ketika Presiden ke-5 RI itu berpidato di hadapan ribuan kader partai banteng dalam acara Hari Ulang Tahun (HUT) ke-50 PDI-P di Jakarta International Expo, Jakarta Pusat, Selasa (10/1/2023).
"Ada sopir truk dia bisa jadi bupati karena dicintai rakyat, namanya Tasdi. Itu bonding-nya," kata Megawati sambil menangis.
Baca juga: Heran Banyak Media Meliput HUT Ke-50 PDI-P, Megawati: Nungguin Capres? Enggak Ada!
Adapun mantan Bupati Purbalingga bernama Tasdi yang dimaksud Megawati telah dipecat PDI-P pada Juni 2018 lalu.
Tasdi diberhentikan lantaran terjerat kasus suap dan gratifikasi proyek pembangunan Purbalingga Islamic Center. Dia divonis 7 tahun penjara pada Februari 2019 lalu, tetapi mendapat remisi dan dinyatakan bebas September 2022 kemarin.
Sebelum menyebut nama Tasdi, Megawati menyinggung nama kader PDI-P yang juga mantan Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo.
Mega bercerita, Rudy dahulu layaknya preman, banyak berkelahi dengan orang sampai akhirnya dia ajak masuk ke PDI-P.
Lagi-lagi, air mata Mega jatuh ketika menceritakan perjalanan Rudy bergabung ke partai yang dia pimpin.
"Saya yang suka nangis. Ini kayak gini aja mau nangis," ujar Mega dengan suara bergetar.
Berangkat dari cerita itu, Megawati menegaskan, seluruh kader PDI-P harus bersatu. Tidak hanya demi kepentingan partai, tapi juga perjuangan kesejahteraan rakyat.
Baca juga: Belum Umumkan Capres dari PDI-P, Megawati: Enggak Ada, Ini Urusan Gue!
Mega bilang, jika ada kader yang tak lagi sejalan dengan partai, lebih baik dia hengkang meninggalkan PDI-P.
"Jadi kalau kamu tidak bisa mengerti yang Ibu maksud, jangan ada di PDI Perjuangan, jangan. Lebih baik pindah, keluar, karena di kita yang diperlukan adalah sehati," kata Mega.
"Kalau nggak bonding rasanya ya anyep (hambar), nggak ada guna segini banyak. Saya lebih baik seperti dulu, kecil tapi militan," tuturnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.