Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lonjakan Covid-19, Pemerintah Dinilai Belum Perlu Tutup Pintu RI untuk Pendatang dari China

Kompas.com - 29/12/2022, 18:25 WIB
Fitria Chusna Farisa

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman menilai, syarat masuk Indonesia harus diperketat menyusul lonjakan kasus Covid-19 di China beberapa waktu terakhir.

Namun demikian, menurut dia, pemerintah belum perlu menutup pintu masuk RI untuk pelaku perjalanan dari Negeri Tirai Bambu itu.

"Kalau melarang (masuk) ya enggak perlu, menutup (pintu masuk) itu enggak perlu, tapi memperkuat mitigasi dengan cara skriningnya saja," kata Dicky kepada Kompas.com, Kamis (29/12/2022).

Baca juga: BPOM Terbitkan Izin Penggunaan Darurat Vaksin Comirnaty Children Usia 6 Bulan hingga 11 Tahun

Dicky mengatakan, pemerintah cukup menerapkan aturan perjalanan bagi warga yang hendak masuk Indonesia. Misalnya, mewajibkan pelaku perjalanan divaksin Covid-19 booster dengan durasi maksimal 6 bulan terhitung sejak waktu perjalanan.

Kemudian, kembali mewajibkan pelaku perjalanan memperlihatkan hasil negatif tes PCR. Jika ada yang menunjukkan gejala Covid-19, dianjurkan untuk melalukan tes ulang setibanya di Tanah Air.

Pemerintah juga disarankan kembali menerapkan karantina bagi mereka yang baru tiba di RI. Menurut Dicky, durasi karantina tak perlu berlama-lama seperti dahulu satu sampai dua minggu, tapi cukup tiga hari saja.

"Tidak mesti tes lagi juga kecuali ada gejala. Tapi setidaknya dalam tiga hari dia menetap di hotel (tempat karantina) yang dituju itu atau tempat yang dituju itu dia tidak menunjukkan gejala," ujarnya.

Selain itu, Dicky juga mengimbau warga menunda rencana bepergian ke China selama beberapa waktu ke depan jika tak ada urusan genting.

"Setidaknya sampai Februari pertengahan atau akhir. Kita lihat situasi gelombang yang diprediksi apakah memang akan berlangsung selama 3 bulan dan sekarang kan kurang lebih sudah lebih dari sebulan," kata dia.

Dicky menambahkan, tingginya penularan Covid-19 di China seharusnya menjadi peringatan dini bagi pemerintah RI.

Apalagi, subvarian virus BF.7 yang kini merebak diduga mampu menembus antibodi tubuh, baik yang dihasilkan dari vaksin maupun imunitas alami akibat terpapar virus corona.

"Khusus untuk (kasus Covid-19) China ini memang mau tidak mau kita harus khawatir karena potensi perburukannya cukup besar," tuturnya.

Baca juga: Menkes Sebut Covid-19 Subvarian BF.7 Hadir di RI, Sudah Ada 15 Kasus

Sebelumnya diberitakan, pemerintah Provinsi Zhejiang, China melaporkan 1 juta kasus infeksi Covid-19 harian terbaru pada Minggu (25/12/2022). Jumlah ini diperkirakan akan berlipat ganda pada hari-hari mendatang.

Lonjakan infeksi Covid-19 itu menyebabkan kenaikan angka pasien virus corona di banyak rumah sakit di China.

Pemerintah China pun telah mengambil sejumlah langkah merespons situasi tersebut, salah satunya dengan membatasi penerbangan ke sejumlah negara, termasuk Indonesia.

"Pemerintah China sendiri yang membatasi (penerbangan), kami ikut kebijakan mereka, kalau dulu mereka membatasi satu maskapai ke satu kota sekarang mereka hanya membatasi 15 frekuensi," kata Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Maria Kristi Endah Murni, Selasa (27/12/2022).

"Jadi China yang membatasi sendiri untuk tidak terlalu banyak diakses oleh negara lain," sambungnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

PAN Yakin Prabowo-Gibran Bakal Bangun Kabinet Zaken

PAN Yakin Prabowo-Gibran Bakal Bangun Kabinet Zaken

Nasional
Puan Lantik 3 Srikandi Anggota PAW dari Fraksi P-Nasdem, PPP, dan PKB

Puan Lantik 3 Srikandi Anggota PAW dari Fraksi P-Nasdem, PPP, dan PKB

Nasional
Jokowi Gelar Bukber di Istana, Wapres Singgung soal Kendalikan Nafsu Saat Berikan Tausiyah

Jokowi Gelar Bukber di Istana, Wapres Singgung soal Kendalikan Nafsu Saat Berikan Tausiyah

Nasional
Misi Kemanusiaan di Palestina, Fadli Zon Harap Kerja Sama Lembaga Zakat Indonesia-UNRWA Segera Dibentuk

Misi Kemanusiaan di Palestina, Fadli Zon Harap Kerja Sama Lembaga Zakat Indonesia-UNRWA Segera Dibentuk

Nasional
Soal Pemilu Ulang Bisa Timbulkan Krisis, Kubu Ganjar-Mahfud: Alasan Mengada-ada

Soal Pemilu Ulang Bisa Timbulkan Krisis, Kubu Ganjar-Mahfud: Alasan Mengada-ada

Nasional
DPR Setujui Perpanjangan Waktu Pembahasan RUU KIA, Puan Ungkap Alasannya

DPR Setujui Perpanjangan Waktu Pembahasan RUU KIA, Puan Ungkap Alasannya

Nasional
Arus Mudik Lebaran 2024 Diperkirakan Melonjak, Komisi V DPR Minta Kemenhub Serius Siapkan Kelaikan Angkutan Umum

Arus Mudik Lebaran 2024 Diperkirakan Melonjak, Komisi V DPR Minta Kemenhub Serius Siapkan Kelaikan Angkutan Umum

Nasional
Yakin MK Tolak Gugatan Anies dan Ganjar, TKN: Gugatannya Tidak Masuk Akal

Yakin MK Tolak Gugatan Anies dan Ganjar, TKN: Gugatannya Tidak Masuk Akal

Nasional
Kemenko Polhukam Identifikasi 1.900 Mahasiswa Jadi Korban TPPO Bermodus 'Ferienjob' di Jerman

Kemenko Polhukam Identifikasi 1.900 Mahasiswa Jadi Korban TPPO Bermodus "Ferienjob" di Jerman

Nasional
Lewat Telepon, Putra Mahkota Abu Dhabi Ucapkan Selamat ke Gibran

Lewat Telepon, Putra Mahkota Abu Dhabi Ucapkan Selamat ke Gibran

Nasional
Cerita soal Saham Freeport, Jokowi: Seperti Tak Ada yang Dukung, Malah Sebagian Mem-'bully'

Cerita soal Saham Freeport, Jokowi: Seperti Tak Ada yang Dukung, Malah Sebagian Mem-"bully"

Nasional
Akui Negosiasi Alot, Jokowi Yakin Indonesia Bisa Dapatkan 61 Persen Saham Freeport

Akui Negosiasi Alot, Jokowi Yakin Indonesia Bisa Dapatkan 61 Persen Saham Freeport

Nasional
Kubu Ganjar-Mahfud Tolak Gugatan ke MK Disebut Salah Alamat oleh KPU

Kubu Ganjar-Mahfud Tolak Gugatan ke MK Disebut Salah Alamat oleh KPU

Nasional
Jokowi Gelar Buka Puasa di Istana, 2 Menteri PDI-P Tak Tampak

Jokowi Gelar Buka Puasa di Istana, 2 Menteri PDI-P Tak Tampak

Nasional
Polisi Tangkap 5 Tersangka Pengoplos BBM Pertalite Jadi Pertamax

Polisi Tangkap 5 Tersangka Pengoplos BBM Pertalite Jadi Pertamax

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com