JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Relawan Jokowi Mania (Jo-man), Immanuel Ebenezer, mengeklaim bahwa seharusnya kelompok relawan berperan dalam mengawal kebijakan dari politikus yang didukungnya.
Hal ini ia ungkapkan sebagai bagian dari tudingan bahwa kelompok-kelompok relawan Jokowi saat ini, menurutnya, telah terbelah dan punya kepentingan masing-masing.
"Kalau di Amerika kulturnya bagus relawan itu, tapi ketika sudah proses demokrasi, mereka membubarkan diri. Tapi di era Jokowi, mereka masuk menjadi kelompok periferi, kelompok pinggiran, jadi komisaris dan sebagainya," ujar dia dalam diskusi "Ngopi dari Seberang Istana" yang diselenggarakan Lembaga Survei KedaiKopi, Minggu (4/12/2022).
Baca juga: Relawan Jokowi Sodorkan Nama Capres, Immanuel Ebenezer: Ini Relawan atau Calo Ya?
"Kualitasnya merendahkan dirinya dan merendahkan presiden. Cukup dikasih jabatan ini senang, menyenangkannya sebatas itu aja, padahal relawan yg sebenernya mengawal kebijakan. Jadi watchdog," tutur pria yang akrab dipanggil Noel.
Ia juga menyinggung soal hajatan "Temu Relawan Nusantara Bersatu" yang turut menghadirkan Jokowi di Stadion Utama Gelora Bung Karno pada Sabtu (26/11/2022) lalu, yang disebutnya sebagai "even Jokowi paling buruk".
Noel mengaku diundang, namun undangan itu tiba pada detik-detik terakhir.
Menurutnya, hal itu bukti bahwa soliditas relawan Jokowi sudah terbelah, dengan dirinya tersingkir dari arus utama karena menolak usulan Jokowi menjabat sebagai presiden 3 periode.
Beberapa kelompok relawan dinilai justru mengeksploitasi sosok Jokowi untuk kepentingannya sendiri.
Baca juga: Ketua Joman: Relawan Jokowi Terbelah Beberapa Faksi, Ada yang Cari Uang dan Incar Kursi Menteri
Usulan jabatan 3 periode, misalnya, menurut Noel justru berlawanan dengan fitrah relawan sebagai pengawal kebijakan yang demokratis.
Usul ini malah membuat Jokowi berpotensi menjadi seorang otoritarian, padahal ia dipilih lewat mekanisme demokratis.
"Saya bangga dengan presiden yang saya pilih. Saya tidak mau pemimpin republik ini jadi monster. Pemimpin ketika tidak bisa lagi dikontrol, lupa kekuasaan, dia bisa jadi monster dan itu bahaya. Kita tidak mau hal seperti ini terjadi di alam demimokrasi kita, kecuali kita (menganut) fasisme, otoritarianisme," jelas Noel.
"Semoga ke depan gagasan 3 periode dan sebagainya bisa tereliminasi karena kontrol kita. Saya juga tidak terjebak dalam logika dukung-mendukung, apalagi politik partisan. Kita mau substansial, demokrasi kebijakan," tambahnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.