Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

2 Hakim Agung Tersangka, Pimpinan Komisi III DPR Klaim Sudah Hati-hati Lakukan "Fit and Proper Test"

Kompas.com - 14/11/2022, 18:32 WIB
Adhyasta Dirgantara,
Novianti Setuningsih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Komisi III DPR Bambang Wuryanto atau Bambang Pacul mengklaim pihaknya sudah berhati-hati dalam melakukan fit and proper test atau uji kelayakan dan kepatutan terhadap setiap calon hakim agung.

Diketahui, sudah dua hakim agung ditetapkan tersangka dalam kasus dugaan korupsi berupa suap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Awalnya, Bambang Pacul menyoroti hakim agung sebagai sosok yang penuh keagungan.

"Ya sesungguhnya kalau sudah namanya hakim Mahkamah Agung maka itu sesuatu yang luhur, yang penuh keagungan budi, kan gitu loh," ujar Pacul saat ditemui di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (14/11/2022).

Baca juga: Pengamat: Suap Hakim Agung di MA Sistemik, Tak Bisa Disebut Oknum

"Tapi, kalau sampai ada yang kena (jadi tersangka) lagi, ya mohon maaf lah namanya juga manusia. Bisa saja ada khilafnya, ada salahnya," katanya lagi.

Hanya saja, Bambang Pacul mengingatkan bahwa, jika seseorang sudah diagung-agungkan dengan menyematkan kata 'agung', maka orang itu sangat sakral.

Ia mencontohkan seperti jaksa agung pada Kejaksaan Agung (Kejagung) hingga hakim agung pada Mahkamah Agung (MA).

Oleh karena itu, ia mengklaim DPR sudah berhati-hati dalam melakukan seleksi terhadap hakim agung.

"Tapi kita kan enggak bisa ngomong apa namanya juga manusia iya toh. Kita juga ketika fit and proper bangsa agung-agung ini juga hati-hati gitu loh, hati-hati," ujar Bambang Pacul.

Baca juga: Jual Beli Perkara di MA Disebut Bisa Libatkan 3 Hakim Agung, KPK Didorong Usut Tuntas

Kemudian, ia mendorong agar dilakukan evaluasi terhadap MA. Bahkan, perbaikan diusulkan dilakukan secara kontinuitas.

Sementara itu, terkait dorongan agar pimpinan hakim di MA diganti, Bambang Pacul mengingatkan ada persyaratan di baliknya.

"Walah itu kan diganti kan ada persyaratan pergantiannya gitu loh. Tidak kemudian apa itu istilahnya bentar-bentar ganti, bentar-bentar ganti gitu yah, jangan," katanua.

Sebelumnya, KPK menyatakan seorang hakim agung di MA kembali ditetapkan sebagai tersangka dugaan suap dalam perkara pengurusan perkara.

Menurut Plt Juru Bicara KPK Ali Fikri, hal itu terungkap dari hasil pengembangan perkara dugaan suap yang melibatkan Hakim Agung Sudrajad Dimyati.

Baca juga: Kala Ketua Komisi III DPR Marahi LSM Saat Dengar Masukan terkait RKUHP...

Dengan begitu, ada dua hakim agung yang sudah menjadi tersangka korupsi.

"Tentu ini berbeda dengan perkara sebelumnya ya, dengan tangkap tangan dengan tersangka SD (Sudrajad Dimyati) dan sembilan orang lainnya. Waktu itu kan kami menetapkan 10 orang sebagai tersangka," kata Ali Fikri saat dihubungi melalui telepon dalam program Breaking News di Kompas TV, Kamis (10/11/2022).

Menurut Ali, penyidik mengungkap fakta dan perkara baru dari hasil penyidikan terhadap kasus dugaan suap Hakim Agung Sudrajad Dimyati, sehingga menetapkan sejumlah tersangka baru.

"Yang ini kami temukan fakta baru begitu, ternyata kemudian ada dugaan pemberian dan penerimaan oleh pihak lain. Kami menemukan fakta-fakta baru dari kegiatan tangkap tangan yang dilakukan sebelumnya," ujar Ali Fikri.

Namun, KPK belum membuka identitas hakim agung yang ditetapkan sebagai tersangka tersebut.

Baca juga: Hakim Agung Tersangka Bertambah, Pimpinan Komisi III: MA Bukan Lagi Lembaga Terhormat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tok! Kasasi KPK Kabul, Eltinus Omaleng Dihukum 2 Tahun Penjara

Tok! Kasasi KPK Kabul, Eltinus Omaleng Dihukum 2 Tahun Penjara

Nasional
Penetapan Prabowo di KPU: Mesra dengan Anies hingga Malu-malu Titiek Jadi Ibu Negara

Penetapan Prabowo di KPU: Mesra dengan Anies hingga Malu-malu Titiek Jadi Ibu Negara

Nasional
Gibran Bertemu Ma'ruf Amin, Saat Wapres Termuda Sowan ke yang Paling Tua

Gibran Bertemu Ma'ruf Amin, Saat Wapres Termuda Sowan ke yang Paling Tua

Nasional
Anies Dinilai Masih Berpeluang Maju Pilkada Jakarta, Mungkin Diusung Nasdem dan PKB

Anies Dinilai Masih Berpeluang Maju Pilkada Jakarta, Mungkin Diusung Nasdem dan PKB

Nasional
Petuah Jokowi-Ma'ruf ke Prabowo-Gibran, Minta Langsung Kerja Usai Dilantik

Petuah Jokowi-Ma'ruf ke Prabowo-Gibran, Minta Langsung Kerja Usai Dilantik

Nasional
Kejagung Periksa 3 Saksi Terkait Kasus Korupsi Timah, Salah Satunya Pihak ESDM

Kejagung Periksa 3 Saksi Terkait Kasus Korupsi Timah, Salah Satunya Pihak ESDM

Nasional
Tak Dukung Anies Maju Pilkada Jakarta, PKS Dinilai Ogah Jadi “Ban Serep” Lagi

Tak Dukung Anies Maju Pilkada Jakarta, PKS Dinilai Ogah Jadi “Ban Serep” Lagi

Nasional
2 Prajurit Tersambar Petir di Mabes TNI, 1 Meninggal Dunia

2 Prajurit Tersambar Petir di Mabes TNI, 1 Meninggal Dunia

Nasional
Usung Perubahan Saat Pilpres, PKB-Nasdem-PKS Kini Beri Sinyal Bakal Gabung Koalisi Prabowo

Usung Perubahan Saat Pilpres, PKB-Nasdem-PKS Kini Beri Sinyal Bakal Gabung Koalisi Prabowo

Nasional
[POPULER NASIONAL] Anies-Muhaimin Hadir Penetapan Presiden-Wapres Terpilih Prabowo-Gibran | Mooryati Soedibjo Tutup Usia

[POPULER NASIONAL] Anies-Muhaimin Hadir Penetapan Presiden-Wapres Terpilih Prabowo-Gibran | Mooryati Soedibjo Tutup Usia

Nasional
Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

Nasional
Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Nasional
Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Nasional
Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com