Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ditanya Keistimewaan R20 dari Dialog Antaragama Umumnya, Ketum PBNU: Bedanya, Ini Jujur!

Kompas.com - 03/11/2022, 23:10 WIB
Vitorio Mantalean,
Bagus Santosa

Tim Redaksi

NUSA DUA, KOMPAS.com - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf mengeklaim bahwa forum agama G20, Religion 20 (R20), yang mereka prakarsai bersama Liga Muslim Dunia, punya keistimewaan tersendiri dibandingkan dialog-dialog antaragama pada umumnya.

Hal itu ia tegaskan ketika ditanya awak media soal hasil konkret dari forum R20 yang mempertemukan para pemuka agama dan sekte dunia pada 2-3 November 2022.

"Bedanya di dalam forum ini, semua orang jujur!" tegas Yahya kepada wartawan selepas penutupan R20 di Hotel Grand Hyatt, Nusa Dua, Bali, Kamis (3/11/2022).

"Apa yang jadi masalah Anda bisa dengarkan tadi uskup dari Nigeria, dia jelaskan terang-terangan bagaimana komunitas muslim di sana mempersekusi minoritas Kristen," lanjutnya.

Baca juga: Gandeng Liga Muslim Dunia, Gus Yahya Berharap Forum R20 Bisa Jadi Gerakan Dunia

Forum R20 memang menyediakan sesi khusus untuk membicarakan "kepedihan sejarah" dan "truth telling" dari relasi agama-agama di berbagai belahan bumi.

Yahya merujuk pada apa yang dibicarakan Uskup Matthew Hassan Kukah, uskup Katolik Sokoto, Nigeria, saat menjadi pembicara pada sesi panel keempat forum R20.

Uskup Kukah, misalnya, menjelaskan bagaimana orang-orang Katolik pribumi di sana dipersekusi kelompok ekstremis Islam, bahkan menurutnya ada orang Katolik dibunuh muslim di kampus karena mengeluhkan pengenalan agama secara paksa. Pembunuhan serta penculikan tak pernah sepi.

Uskup Kukah menambahkan, tak sedikit warga Katolik yang enggan menyekolahkan anaknya.

“Islam dijadikan sebagai ajaran utama dan menghalangi penyebaran agama Katolik di Nigeria,” kata Uskup Kukah.

Gus Yahya menyebutkan, forum R20 sejak awal tidak dijadikan forum untuk saling memuji kebaikan ajaran agama masing-masing, untuk kemudian masing-masing partisipan pulang dengan perasaan bahwa ajaran masing-masing paling unggul.

"Di sini kita bicara kenyataan, jujur apa adanya, sehingga kita sampai kepada wawasan yang sama bahwa kita butuh kerja sama, karena masalah begitu banyak, dan semuanya menyangkut agama. Kalau kita biarkan ini terus-terusan tanpa solusi yang valid yang konkret, agama akan kehilangan kredibilitasnya," ungkap Yahya.

"Anda bisa dengarkan dari pembicara-pembicara, bagaimana misalnya juga digugat itu persekusi dari mayoritas Hindu di India terhadap minoritas. Semua bicara jujur karena kita mau melihat masalah apa adanya, supaya kita mendapatkan jalan keluar yang valid," imbuhnya.

Baca juga: Terima Pemimpin Gereja Mormon, Gus Yahya Dihadiahi Kitab Suci

Yahya berharap bahwa forum yang dianggap jujur ini dapat terus mempertahankan kejujurannya untuk jangka panjang. Menurutnya, kejujuran para pemuka agama ini menjadi langkah awal yang berarti.

"Ini semua memerlukan perjuangan panjang. Setidak-tidaknya kita sudah mulai dengan konferensi ini bicara jujur," tutup dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menko Polhukam Sebut Pengamanan Rangkaian Paskah Dilakukan Terbuka dan Tertutup

Menko Polhukam Sebut Pengamanan Rangkaian Paskah Dilakukan Terbuka dan Tertutup

Nasional
Prabowo-Gibran Buka Puasa Bareng Golkar, Semeja dengan Airlangga, Agung Laksono, dan Akbar Tandjung

Prabowo-Gibran Buka Puasa Bareng Golkar, Semeja dengan Airlangga, Agung Laksono, dan Akbar Tandjung

Nasional
Fahira Idris: Pendekatan Holistik dan Berkelanjutan Diperlukan dalam Pengelolaan Kawasan Aglomerasi Jabodetabekjur

Fahira Idris: Pendekatan Holistik dan Berkelanjutan Diperlukan dalam Pengelolaan Kawasan Aglomerasi Jabodetabekjur

Nasional
KPK: Baru 29 Persen Anggota Legislatif yang Sudah Serahkan LHKPN

KPK: Baru 29 Persen Anggota Legislatif yang Sudah Serahkan LHKPN

Nasional
Dewas Sudah Teruskan Aduan Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar ke Deputi Pimpinan

Dewas Sudah Teruskan Aduan Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar ke Deputi Pimpinan

Nasional
Rekening Jaksa KPK yang Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar Diperiksa

Rekening Jaksa KPK yang Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar Diperiksa

Nasional
Kasus Kredit Ekspor LPEI, KPK Buka Peluang Tetapkan Tersangka Korporasi

Kasus Kredit Ekspor LPEI, KPK Buka Peluang Tetapkan Tersangka Korporasi

Nasional
Pakar Hukum Dorong Percepatan 'Recovery Asset' dalam Kasus Korupsi Timah yang Libatkan Harvey Moeis

Pakar Hukum Dorong Percepatan "Recovery Asset" dalam Kasus Korupsi Timah yang Libatkan Harvey Moeis

Nasional
Sidak ke Kalteng, Satgas Pangan Polri Minta Pasar Murah Diintensifkan Jelang Lebaran

Sidak ke Kalteng, Satgas Pangan Polri Minta Pasar Murah Diintensifkan Jelang Lebaran

Nasional
Puspen TNI Sebut Denpom Jaya Dalami Dugaan Prajurit Aniaya Warga di Jakpus

Puspen TNI Sebut Denpom Jaya Dalami Dugaan Prajurit Aniaya Warga di Jakpus

Nasional
Bea Cukai dan Ditresnarkoba Polda Metro Jaya Gagalkan Peredaran Serbuk MDMA dan Kokain Cair

Bea Cukai dan Ditresnarkoba Polda Metro Jaya Gagalkan Peredaran Serbuk MDMA dan Kokain Cair

Nasional
TNI Kirim Payung Udara, Bisa Angkut 14 Ton Bantuan untuk Warga Gaza Via Udara

TNI Kirim Payung Udara, Bisa Angkut 14 Ton Bantuan untuk Warga Gaza Via Udara

Nasional
Tersangka Kasus Korupsi Timah Diyakini Bisa Bertambah 2-3 Kali Lipat jika Diusut Lewat TPPU

Tersangka Kasus Korupsi Timah Diyakini Bisa Bertambah 2-3 Kali Lipat jika Diusut Lewat TPPU

Nasional
Pakar Hukum Duga Ada 'Orang Kuat' Lindungi Kasus Korupsi Timah yang Jerat Harvey Moeis

Pakar Hukum Duga Ada "Orang Kuat" Lindungi Kasus Korupsi Timah yang Jerat Harvey Moeis

Nasional
Gerindra: Prabowo Tidak Cuma Janji Kata-kata, Dia 'The New Soekarno'

Gerindra: Prabowo Tidak Cuma Janji Kata-kata, Dia "The New Soekarno"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com