Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemenkes: Direkomendasikan WHO, Efikasi Fomepizole Berikan Kesembuhan untuk Gagal Ginjal

Kompas.com - 03/11/2022, 19:16 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bagus Santosa

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Juru Bicara Kementerian Kesehatan, Mohammad Syahril mengatakan, 95 persen anak/pasien di RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo membaik setelah diberikan obat penawar (antidotum) Fomepizole.

Hal ini membuktikan bahwa efikasi obat tersebut baik dan memberikan kesembuhan. Fomepizole pun telah direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

"Penggunaan Fomepizole menunjukkan 95 persen pasien anak di RSCM menunjukkan perkembangan yang terus membaik, artinya efikasinya baik dalam memberikan kesembuhan," kata Syahril kepada wartawan, Kamis (3/11/2022).

Baca juga: Pilih Fomepizole untuk Obat Gagal Ginjal, Kemenkes: Kami Tidak Komersialisasi Obat-obatan

Saat ini, obat Fomepizole yang tersedia mencapai 246 vial. Sebanyak 87 persennya merupakan donasi gratis dari negara lain, yaitu Aussie dan Jepang. Aussie memberikan 16 vial, sementara perusahaan Takeda di Jepang menyumbang 200 vial.

Obat tersebut sudah didistribusikan ke 17 rumah sakit di 11 provinsi.

"Kita bisa lihat kasus sejak 18 oktober sudah turun (sejak instruksi tidak mengonsumsi obat sirup). Kenaikan jumlah kasus karena telatnya pelaporan (sebagian besar kasus bulan Agustus dan September)," tutur Syahril.

Lebih lanjut Syahril menyampaikan, tidak ada komersialisasi atas obat-obatan yang dipilih untuk penyembuhan penyakit gangguan ginjal akut.

Obat yang dipilih sebagai penawar (antidot) ini mampu mengikat racun dalam ginjal. Obat tersebut didatangkan dari banyak negara, yaitu Singapura, Australia, Jepang, dan Amerika Serikat.

Baca juga: Satu Anak di Bandung Sembuh dari Gagal Ginjal Akut

Pertimbangan pemberian Fomepizole kata Syahril, murni karena adanya perbaikan kondisi pasien setelah diberikan terapi pengobatan Fomepizole.

"Ini membuktikan pengobatannya efektif menyembuhkan dan mengurangi perburukan gejala. Kami sampaikan tidak ada komersialisasi obat-obatan oleh Kemenkes, tetapi semata-mata hanya untuk menyelamatkan anak anak," ungkap Syahril.

"WHO sudah mengindikasikan penyebab gagal ginjal karena EG DEG (etilen glikol dan dietilen glikol dalam obat sirup) dan lainnya, Fomepizole menjadi opsi antidot. Jadi bukan berdasarkan asumsi semata," sambungnya.

Sebagai informasi, per Selasa (2/11/2022), kasus gagal ginjal mencapai 325 kasus. Total angka kematian akibat gagal ginjal akut sebanyak 178 orang atau 54 persen (fatality rate).

Baca juga: Bareskrim Akan Periksa BPOM terkait Izin Edar Obat Buntut Kasus Gagal Ginjal Akut


Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengeklaim, angka kematian itu sudah menurun dibandingkan sebelumnya yang sempat mencapai 60 persen.

Menurut catatannya, Provinsi DKI Jakarta yang memiliki persebaran kasus paling tinggi. Akan tetapi, Budi Gunadi tak memerinci berapa angka kasus di DKI Jakarta yang terkini.

"Dan memang ada konsentrasi di beberapa provinsi tertentu, terutama di daerah Sumatera Utara, daerah Jawa bagian barat, bagian timur, dan juga daerah Sulawesi Selatan," kata Budi Gunadi dalam rapat, Rabu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Fahira Idris: Pendekatan Holistik dan Berkelanjutan Diperlukan dalam Pengelolaan Kawasan Aglomerasi Jabodetabekjur

Fahira Idris: Pendekatan Holistik dan Berkelanjutan Diperlukan dalam Pengelolaan Kawasan Aglomerasi Jabodetabekjur

Nasional
KPK: Baru 29 Persen Anggota Legislatif yang Sudah Serahkan LHKPN

KPK: Baru 29 Persen Anggota Legislatif yang Sudah Serahkan LHKPN

Nasional
Dewas Sudah Teruskan Aduan Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar ke Deputi Pimpinan

Dewas Sudah Teruskan Aduan Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar ke Deputi Pimpinan

Nasional
Rekening Jaksa KPK yang Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar Diperiksa

Rekening Jaksa KPK yang Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar Diperiksa

Nasional
Kasus Kredit Ekspor LPEI, KPK Buka Peluang Tetapkan Tersangka Korporasi

Kasus Kredit Ekspor LPEI, KPK Buka Peluang Tetapkan Tersangka Korporasi

Nasional
Pakar Hukum Dorong Percepatan 'Recovery Asset' dalam Kasus Korupsi Timah yang Libatkan Harvey Moeis

Pakar Hukum Dorong Percepatan "Recovery Asset" dalam Kasus Korupsi Timah yang Libatkan Harvey Moeis

Nasional
Sidak ke Kalteng, Satgas Pangan Polri Minta Pasar Murah Diintensifkan Jelang Lebaran

Sidak ke Kalteng, Satgas Pangan Polri Minta Pasar Murah Diintensifkan Jelang Lebaran

Nasional
Puspen TNI Sebut Denpom Jaya Dalami Dugaan Prajurit Aniaya Warga di Jakpus

Puspen TNI Sebut Denpom Jaya Dalami Dugaan Prajurit Aniaya Warga di Jakpus

Nasional
Bea Cukai dan Ditresnarkoba Polda Metro Jaya Gagalkan Peredaran Serbuk MDMA dan Kokain Cair

Bea Cukai dan Ditresnarkoba Polda Metro Jaya Gagalkan Peredaran Serbuk MDMA dan Kokain Cair

Nasional
TNI Kirim Payung Udara, Bisa Angkut 14 Ton Bantuan untuk Warga Gaza Via Udara

TNI Kirim Payung Udara, Bisa Angkut 14 Ton Bantuan untuk Warga Gaza Via Udara

Nasional
Tersangka Kasus Korupsi Timah Diyakini Bisa Bertambah 2-3 Kali Lipat jika Diusut Lewat TPPU

Tersangka Kasus Korupsi Timah Diyakini Bisa Bertambah 2-3 Kali Lipat jika Diusut Lewat TPPU

Nasional
Pakar Hukum Duga Ada 'Orang Kuat' Lindungi Kasus Korupsi Timah yang Jerat Harvey Moeis

Pakar Hukum Duga Ada "Orang Kuat" Lindungi Kasus Korupsi Timah yang Jerat Harvey Moeis

Nasional
Gerindra: Prabowo Tidak Cuma Janji Kata-kata, Dia 'The New Soekarno'

Gerindra: Prabowo Tidak Cuma Janji Kata-kata, Dia "The New Soekarno"

Nasional
TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

Nasional
Terseretnya Nama Jokowi dalam Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

Terseretnya Nama Jokowi dalam Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com