JAKARTA, KOMPAS.com - Juru Bicara Kementerian Kesehatan, Mohammad Syahril mengatakan, 95 persen anak/pasien di RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo membaik setelah diberikan obat penawar (antidotum) Fomepizole.
Hal ini membuktikan bahwa efikasi obat tersebut baik dan memberikan kesembuhan. Fomepizole pun telah direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
"Penggunaan Fomepizole menunjukkan 95 persen pasien anak di RSCM menunjukkan perkembangan yang terus membaik, artinya efikasinya baik dalam memberikan kesembuhan," kata Syahril kepada wartawan, Kamis (3/11/2022).
Baca juga: Pilih Fomepizole untuk Obat Gagal Ginjal, Kemenkes: Kami Tidak Komersialisasi Obat-obatan
Saat ini, obat Fomepizole yang tersedia mencapai 246 vial. Sebanyak 87 persennya merupakan donasi gratis dari negara lain, yaitu Aussie dan Jepang. Aussie memberikan 16 vial, sementara perusahaan Takeda di Jepang menyumbang 200 vial.
Obat tersebut sudah didistribusikan ke 17 rumah sakit di 11 provinsi.
"Kita bisa lihat kasus sejak 18 oktober sudah turun (sejak instruksi tidak mengonsumsi obat sirup). Kenaikan jumlah kasus karena telatnya pelaporan (sebagian besar kasus bulan Agustus dan September)," tutur Syahril.
Lebih lanjut Syahril menyampaikan, tidak ada komersialisasi atas obat-obatan yang dipilih untuk penyembuhan penyakit gangguan ginjal akut.
Obat yang dipilih sebagai penawar (antidot) ini mampu mengikat racun dalam ginjal. Obat tersebut didatangkan dari banyak negara, yaitu Singapura, Australia, Jepang, dan Amerika Serikat.
Baca juga: Satu Anak di Bandung Sembuh dari Gagal Ginjal Akut
Pertimbangan pemberian Fomepizole kata Syahril, murni karena adanya perbaikan kondisi pasien setelah diberikan terapi pengobatan Fomepizole.
"Ini membuktikan pengobatannya efektif menyembuhkan dan mengurangi perburukan gejala. Kami sampaikan tidak ada komersialisasi obat-obatan oleh Kemenkes, tetapi semata-mata hanya untuk menyelamatkan anak anak," ungkap Syahril.
"WHO sudah mengindikasikan penyebab gagal ginjal karena EG DEG (etilen glikol dan dietilen glikol dalam obat sirup) dan lainnya, Fomepizole menjadi opsi antidot. Jadi bukan berdasarkan asumsi semata," sambungnya.
Sebagai informasi, per Selasa (2/11/2022), kasus gagal ginjal mencapai 325 kasus. Total angka kematian akibat gagal ginjal akut sebanyak 178 orang atau 54 persen (fatality rate).
Baca juga: Bareskrim Akan Periksa BPOM terkait Izin Edar Obat Buntut Kasus Gagal Ginjal Akut
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengeklaim, angka kematian itu sudah menurun dibandingkan sebelumnya yang sempat mencapai 60 persen.
Menurut catatannya, Provinsi DKI Jakarta yang memiliki persebaran kasus paling tinggi. Akan tetapi, Budi Gunadi tak memerinci berapa angka kasus di DKI Jakarta yang terkini.
"Dan memang ada konsentrasi di beberapa provinsi tertentu, terutama di daerah Sumatera Utara, daerah Jawa bagian barat, bagian timur, dan juga daerah Sulawesi Selatan," kata Budi Gunadi dalam rapat, Rabu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.