JAKARTA, KOMPAS.com - Nasib politisi PDI Perjuangan Ganjar Pranowo jelang Pemilu Presiden (Pilpres) 2024 masih samar.
Sejak lama, Ganjar digadang-gadang menjadi kandidat calon presiden (capres) terkuat. Menurut survei berbagai lembaga, elektabilitasnya hampir selalu berada di puncak.
Namun, modal besar itu tak membuat Ganjar jadi anak emas partainya. Malahan, baru-baru ini dia dijatuhi sanksi oleh PDI-P karena pengakuannya soal siap maju jadi capres.
Baca juga: Ketika Ganjar Konsisten soal Siap Capres walau Sudah Dipanggil 3 Kali oleh PDI-P
Berulang kali elite PDI-P menegaskan, perihal capres merupakan kewenangan Megawati Soekarnoputri, penguasa tertinggi partai banteng.
Mau tak mau, Ganjar harus tunduk pada aturan ini. Nasib Gubernur Jawa Tengah itu pun berada di bawah kuasa mutlak Mega.
Menurut survei banyak lembaga, elektabilitas Ganjar sebagai capres berada di kisaran angka 20 persen, bahkan lebih. Persentase tersebut kerap menempatkannya di puncak tertinggi survei elektabilitas capres, bersaing dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Dalam survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang dirilis pada Sabtu (22/10/2022) misalnya, elektabilitas Ganjar menyentuh angka 24 persen.
Mengekor setelahnya Prabowo Subianto dengan elektabilitas 21 persen, lalu mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dengan elektabilitas 18,7 persen.
Survei Indikator Politik Indonesia juga menunjukkan hasil serupa. Dalam survei yang dirilis Minggu (2/10/2022), elektabilitas Ganjar disebut yang paling tinggi (29 persen).
Di posisi kedua ada nama Prabowo (19,6 persen), lalu Anies (17,4 persen).
Sejalan, survei Charta Politika yang dirilis Kamis (22/9/2022) juga memperlihatkan bahwa elektabilitas Ganjar menduduki urutan puncak (31,3 persen). Dua nama setelahnya lagi-lagi Prabowo (24,4 persen) dan Anies (20,6 persen).
Capaian itu rupanya tak cukup membuat Ganjar mendapat tempat spesial di PDI-P. Malahan, dia berkali-kali disentil oleh elite partainya sendiri karena disebut berambisi maju jadi capres.
Dia pernah disebut kemajon atau kelewatan oleh Ketua Badan Pemenangan Pemilu DPP PDI-P Bambang Wuryanto alias Bambang Pacul karena terang-terangan menunjukkan keinginannya jadi calon RI-1.
Sementara, atas alasan yang sama, politisi PDI-P Trimedya Panjaitan pernah menyentil Ganjar dengan menyebutnya kemlinthi atau dalam istilah orang Jawa berarti sombong atau congkak.
Belakangan, Ganjar ditegur Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI-P buntut pernyataannya soal siap jadi capres.